Beredar kabar bahwa SBY mengirim SMS kepada beberapa kader Partai Demokrat, isinya meingatkan para petinggi partai agar mencermati sikap dan prilaku Anas dengan Ormasnya yang secara sistematis belakangan ini melakukan upaya penghancuran Demokrat dan SBY.
SMS yang katanya bersifat rahasia ini bocor kepublik dan tak pelak lagi menjadi bahan perbincangan yang menghebohkan dengan sebuah tanda tanya besar “Siapa pembocornya ?”
Bocornya SMS dari SBY ini, bukanlah sesuatu yang istimewa. SMS itu dikirim SBY sebagai ketua partai bukan sebagai seorang presiden. Karena itu merupakan SMS dari seorang ketua partai maka tidak ada perlindungan khusus untuk SMS tersebut, sifatnya tidak bisa menjadi rahasia negara, meskipun dikirim oleh seorang ketua partai yang kebetulan juga seorang kepala negara. Jika isi SMS itu ingin di rahasiakan maka itu menjadi tanggung jawab kader PD untuk merahasiakannya. Akan halnya terjadi kebocoran maka itu berarti ada sesuatu yang tak beres ditubuh mereka sendiri.
Yang istimewa sebenarnya adalah isi SMS yang mencermin kekhawatiran besar terhadap sepak terjang Anas dengan ormas PPI bentukannya, sehingga SBY mengingatkan kader dan para elite partai agar berupaya menyelamatkan Partai Demokrat.
Benarkah Anas dan PPI Ormas bentukannya itu sedemiian berbahayanya ?
PPI bentukan Anas itu umurnya baru setahun jagung, jauh kalah jam terbangnya dengan Partai Demokrat yang sudah dua kali ikut Pemilu dan merupakan partai pemenang pemilu pada tahun 2009. PPI hanyalah sebuah Ormas yang berkutat di Duren Sawit dan belum mengakar kemasyarakat, sementara PD memiliki jaringan yang sedemikian besar dan kuat, memiliki pengurus mulai dari tingkat pusat sampai kedesa dan kelurahan. Jumlah anggotanya juga berbanding jauh seperti langit dan bumi, PD punya ribuan anggota dan simpatisan sedangkan PPI hanya diurus oleh segelintir orang dekat Anas saja, lalu kenapa keberadaan Anas dan PPI begitu dicemaskan ?
PPI tidak memiliki akses kepenyelenggara negara, sementara kader Partai Demokrat ada dimana-mana, terutama dilegislatif dan eksekutif. PPI tidak memiliki kekuatan dalam bentuk apapun untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah yang bisa menguntungkan dan melindungi dirinya selain sebuah kebebasan berserikat yang dijamin oleh Undang-Undang, sementara sebagian besar kader Partai Demokrat ikut memutuskan kebijakan negara saat ini, karena PD merupakan kekuatan politik terbesar saat ini.
Kalau merujuk pada pemikiran diatas, tidak ada lagi yang perlu dicemaskan dari Anas, kekuatannya tidak sebanding dengan apa yang dimiliki oleh SBY dan Partai Demokrat. Selayaknya pak SBY senyum-senyum santai aja melihat ulah dan tingkah laku Anas, tak perlu membuang-buang pulsa mengirimkan SMS. Kalau Anas melakukan kesalahan dan menebar fitnah laporkan saja ke Polisi untuk ditindak secara hukum.
Kecuali, jika SBY memandang Anas sebagai seseorang yang sedang memegang kartu truf seperti isi pidato pengunduran dirinya yang dikenal dengan istilah “lembaran berikutnya” maka tentu akan menjadi lain ceritanya.
Lembaran-lembaran yang disebutkan Anas itu sampai saat ini belum terbuka dengan jelas, masih merupakan sebuah misteri. Karenanya publikpun mulai menafsirkan sendiri kecemasan ketua umum PD itu dengan lembaran yang disembunyikan oleh Anas dimaksud.
Jika tidak, untuk apa lagi merasa khawatir terhadap Anas Urbaningrum, seorang tersangka yang sedang menunggu jemputan peyidik KPK untuk dikerangkeng.
0 comments:
Post a Comment