Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Anas dan SBY bergandengan tangan di Solo

Written By lungbisar.blogspot.com on Monday, December 9, 2013 | 12:54 AM

Di Jakarta, Anas dan SBY menjadi dua seteru, saling serang dan saling sindir, yang satu mengejek gaya bahasanya dan yang lainnya menuduh dengan menyebut “Jahat sekali”.
Diberbagai tempat dan kesempatan, pendukung kedua belah pihak saling adu argumentasi, saling bela dan membenarkan idolanya masing-masing. Pendukung SBY menuding Anas melakukan penistaan terhadap Partai Demokrat dan SBY, sementara para loyalis Anas menyebut SBY Paranoid.

SMS yang dikirimkan SBY kepada petinggi Demokrat menunjukan bahwa perseteruan itu sudah mencapai titik puncaknya, dan semakn meruncing kala SMS yang semestinya dirahasiakan itu bocor kepublik.

Bocornya SMS SBY itu membuat pihak-pihak di Demokrat semakin gusar, ternyata masih banyak loyalis Anas dilingkaran mereka. Kelompok ini jadi duri dalam daging bagi SBY dan Demokrat, menusuk dari dalam tetapi sulit untuk ditindak. Mereka bergerak bagaikan angin, terasa ada tapi tak dapat digenggam.

Perseteruan antara dua tokoh tersebut telah mengilhami dua orang warga Solo, Hartono dan Sudiatmiko. Keduanya  tampil bersama dengan memakai topeng, Hartono memakai topeng wajah SBY dan Sudiatmiko memakai topeng Anas. Lalu mereka berjalan sambil bergandengan tangan di Area Car Free Day dan naik becak bersama di Jl. Slamet Riyadi. Sungguh mesra sekali.

Aksi Hartono dan Sudiatmiko ini memang sesuatu yang sederhana, tampil apa adanya, tanpa dialog, tanpa pengeras suara, tidak membawa sejumlah massa, hanya sekedar jalan bersama dengan memakai topeng, kemudian naik beca bersama setelah itu merekapun bubar. Waktunya juga tidak terlalu panjang, tidak berhari-harian dan tidak pula dilakukan didepan istana, tetapi disebuah kota yang dulu pernah dipimpin oleh Jokowi sebelum dia menjabat sebagai Gubennur DKI.

Tapi, sesederhana apapun aksi kedua warga Solo itu, pantaslah kiranya menjadi bahan renungan bagi SBY dan Anas. Bahwa rakyat sudah jenuh dengan perseteruan keduanya, rakyat (yang dalam hal ini diwakili oleh Hartono dan Sudiatmiko) berkeinginan agar SBY dan Anas rukun dan damai. Melupakan masa lalu, menjadikan perbedaan sebagai hikmah, berjalan seiring menelusuri permasalahan bangsa, kemudian duduk bersama untuk merumuskan solusinya, persis seperti apa yang digambarkan oleh Hartono dan Sudiatmiko dalam aksinya.
Atau lebih jelasnya lagi, dengan aksinya itu, Hartono dan Sudiatmiko ingin mengingatkan Anas dan SBY  bahwa “Damai itu Indah” .

0 comments: