Entah karena pemahaman saya yang dangkal, sehingga merasa aneh membaca pernyataan Ramadhan Pohan yang menyebutkan bahwa Australi telah berhasil mempersatukan kita.
Pernyataan ini secara tersirat mengakui bahwa bangsa ini telah terpecah belah menjadi beberapa bagian, kemudian dipersagtukan kembali oleh Australi dengan cara menyadapan.
“Australia telah berhasil mempersatukan kita, Bangsa Indonesia.
Apa yang disampaikan oleh pemerintah baik itu dari pak Martu (Menlu), Djoko Suyanto (Menkopohukam) dan pak SBY sendiri selaku presiden itu sama dengan DPR dan rakyat. Bahkan PDIP yang biasanya selalu berseberangan dengan kami (PD) itu menyuarakan hal yang sama,” ujar Pohan sebagaimana yang dikutip oleh salah satu media online.
Dan kedangkalan pemahaman saya semakin menjadi-jadi ketika anggota Fraksi PD ini melanjutkan kata-katanya “Tetapi isu penyadapan ini berbeda, kita benar-benar merasa satu bahasa, satu bangsa dan satu nusa, inilah nasionalisme,” sambung Pohan lagi
Apakah perbedaan pendapat dalam menyiapi kebijakan pemerintah bisa dianggap sebagai sesuatu yang tidak bersatu ? Jika jawabnya “Iya,” maka samalah artinya kita menyikapi perbedaan itu sebagai sebuah ancaman. Sebagai contoh sikap PDIP berbeda dengan PD soal kenaikan harga BBM bisa dianggap sebagai perpecahan. Padahal itu hanyalah perbedaan pendapat, bukan perbedaan bahasa, dan itu sah adanya.
PDIP berhak mempunyai pendapat yang berbeda dengan pemerintah, tidak selamanya harus memiliki pandangan yang sama, dan itulah gunanya musyawarah mufakat dilembaga perwakilan untuk melahirkan sebuah kebijakan yang benar-benar matang dan menguntungan rakyat banyak.
Akan halnya menghadapi serangan dan tekanan yang datang dari luar, semisal penyadapan yang dilakukan oleh pihak asing, maka seketika itu pula perasaan sebangsa dan setanah air kita akan muncul dengan sendirinya. Ini bukanlah hal baru, bukan ada karena Australi menyadap pembicaraan presiden, tetapi memang sudah ada sejak lama, seperti yang terukir dalam sejarah tentang lahirnya pergerakan Boedi Utomo, lalu kemudian disusul oleh Sumpah Pemuda yang melahirkan kebulatan tekad satu Bangsa, satu Bahasa dan satu tanah air, tanah Indonesia.
Semakin saya coba untuk mencerna pernyataan Pohan ini semakin dangkal rasanya daya pikir otak saya. Tak terbayangkan oleh saya gangguan pihak luar itu dibutuhkan untuk menumbuh suburkan rasa Nasionalisme kita. jika logika ini diperturutkan, maka bersiap-siaplah kita untuk terus menerus diganggu dan digerogoti oleh bangsa lain.
0 comments:
Post a Comment