Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Ucu Totil dan Reshuffle Kabinet

Written By lungbisar.blogspot.com on Monday, July 11, 2011 | 11:57 AM

Sudah lebih sepekan para petinggi negeri ini kasak kusuk membicarakan reshuffle kabinet , Partai Demokrat sibuk meminta Golkar dan PKS hengkang dari Koalisi terkait perilaku politik menyimpang yang diperlihatkan Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera dalam angket mafia pajak yang gagal dimenangkan kedua anggota koalisi itu. Angket mafia pajak yang sukses digagalkan Partai Demokrat karena mampu merangkul Gerindra adalah momentum tepat untuk reshuffle. sebaliknya kedua Partai yang dianggap mbalelo itu bersikap tenang-tenang saja  dan tak berniat keluar dari koalisi seperti apa yang diinginkan oleh Demokrat.
Desakan agar presiden melakukan reshuffle juga datang dari  luar lingkaran kekuasaan, namun reshuffle yang diinginkan oleh publik bukanlah perombakan kabinet atas dasar bagi-bagi kekuasaan seperti yang terjadi sekarang ini tapi lebih kepada penempatan personel yang berbasis
kompetensi , jadi yang menjadi bahan pertimbangan bukanlah kepentingan kelompok politik tertentu tapi kepentingan bangsa secara keseluruhan.
Presiden sebagai pemegang hak prerogatif sampai hari ini belum mengambil keputusan, padahal angin  reshuffle itu sudah berembus kian kemari, sehingga membuat sebagian kalangan yang mencium baunya menjadi mabuk kepayang.  Sebagai pemimpin SBY  memang harus berhati-hati, mempertimbangkan segala risiko atas keputusan yang diambil, hingga terkesan mengulur-ulur waktu dan membuat kita tak sabar menunggunya.
Ditengah banyaknya pihak yang menunggu keputusan SBY - Budiono soal reshuffle kabinet  ini, ada pengalaman menarik terjadi disekitarku. UCU TOTIL, seorang lelaki paruh baya berkata bijak "Reshuffle  yang tengah  diperbincangkan saat ini , tak lebih dari urusan berbagi kekuasaan,"  katanya dengan nada datar," siapapun yang jadi menteri  nasib kami  tetap saja seperti ini, jalanan di jakarta dan Merak  -  Bakeuhuni tetap saja macet, banjir lahar dingin di Magelang tetap mendera rakyat, lumpur Lapindo tetap saja menjadi sesuatu yang tak terselesaikan, harga pangan dan kebutuhan pokok tetap saja melonjak dan tak terkendali, harga minyak tetap naik terus, listrik tetap merupakan sesuatu yang mahal bagi rakyat kecil," ujarnya  lagi sambil menyedot dalam-dalam asap kreteknya.
Andaikan saja ucapan UCU TOTIL itu terdengar oleh kalangan elite yang saat ini sedang sibuk memperbincangkan soal koalisi yang hampir pecah kongsi, soal setgab yang mulai gagap, dan soal reshuffle kabinet yang belum tuntas, maka tentu akan menjadi lain ceritanya.
Catatan Ucu dalam bahasa Melayu berarti Pakcik

0 comments: