Sudah lebih sepekan para petinggi negeri ini kasak kusuk membicarakan
reshuffle kabinet , Partai Demokrat sibuk meminta Golkar dan PKS
hengkang dari Koalisi terkait perilaku politik menyimpang yang
diperlihatkan Partai Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera dalam angket
mafia pajak yang gagal dimenangkan kedua anggota koalisi itu. Angket
mafia pajak yang sukses digagalkan Partai Demokrat karena mampu
merangkul Gerindra adalah momentum tepat untuk reshuffle.
sebaliknya kedua Partai yang dianggap mbalelo itu bersikap tenang-tenang
saja dan tak berniat keluar dari koalisi seperti apa yang diinginkan
oleh Demokrat.
Desakan agar presiden melakukan reshuffle juga datang dari luar
lingkaran kekuasaan, namun reshuffle yang diinginkan oleh publik
bukanlah perombakan kabinet atas dasar bagi-bagi kekuasaan seperti yang
terjadi sekarang ini tapi lebih kepada penempatan personel yang berbasis
kompetensi , jadi yang menjadi bahan pertimbangan bukanlah kepentingan
kelompok politik tertentu tapi kepentingan bangsa secara keseluruhan.
Presiden sebagai pemegang hak prerogatif sampai hari ini belum
mengambil keputusan, padahal angin reshuffle itu sudah berembus kian
kemari, sehingga membuat sebagian kalangan yang mencium baunya menjadi
mabuk kepayang. Sebagai pemimpin SBY memang harus berhati-hati,
mempertimbangkan segala risiko atas keputusan yang diambil, hingga
terkesan mengulur-ulur waktu dan membuat kita tak sabar menunggunya.
Ditengah banyaknya pihak yang menunggu keputusan SBY - Budiono soal
reshuffle kabinet ini, ada pengalaman menarik terjadi disekitarku. UCU
TOTIL, seorang lelaki paruh baya berkata bijak "Reshuffle yang tengah
diperbincangkan saat ini , tak lebih dari urusan berbagi kekuasaan,"
katanya dengan nada datar," siapapun yang jadi menteri nasib kami
tetap saja seperti ini, jalanan di jakarta dan Merak - Bakeuhuni tetap
saja macet, banjir lahar dingin di Magelang tetap mendera rakyat,
lumpur Lapindo tetap saja menjadi sesuatu yang tak terselesaikan, harga
pangan dan kebutuhan pokok tetap saja melonjak dan tak terkendali, harga
minyak tetap naik terus, listrik tetap merupakan sesuatu yang mahal
bagi rakyat kecil," ujarnya lagi sambil menyedot dalam-dalam asap
kreteknya.
Andaikan saja ucapan UCU TOTIL itu terdengar oleh kalangan elite yang
saat ini sedang sibuk memperbincangkan soal koalisi yang hampir pecah
kongsi, soal setgab yang mulai gagap, dan soal reshuffle kabinet yang
belum tuntas, maka tentu akan menjadi lain ceritanya.
Catatan Ucu dalam bahasa Melayu berarti Pakcik
0 comments:
Post a Comment