Disela waktu luangnya dalam Upacara ritual Bakar Tongkang masyarakat Tionghoa di Bagansiapi , Kantan Calung diseret oleh sekelompok wartawan untuk duduk kongkow di helam (Warkop) Bun Tiong.
Dia sengaja diperlakukan sedemikian rupa, karena celotehnya enak didengar dan mampu mengusir kejenuhan. Bagi rekan-rekan pemburu berita istirahat bersama Wak Kantan (demikian dia biasa disapa) adalah suatu keharusan. Dia menjadi incaran karena dalam obrolannya terkadang muncul hal-hal yang tak terduga, seperti halnya ketika orang bercerita soal BBM Nazaruddin kepada Tempo, dia menjawab enteng.
"Nazaruddin itukan sedang sakit kepala, jadi nggak usah terlalu ditanggapi apa yang dia sampaikan." Katanya santai sambil menyedot kreteknya dalam-dalam.
"Lho, koq gitu. Apa yang disampaikan Nazar itukan sebuah informasi yang perlu dikembangkan ?
"Apanya yang mau dikembangkan, nara sumbernya saja orang sakit, orang sehat aja belum tentu benar, apalagi orang sakit kepala seperti Nazar itu."
Mendengar ucapan Kantan Calung itu semua yang hadir jadi tertegun, benar juga bagai dikata, apalah yang perlu didengar dari seseorang yang sedang sakit.
"Benarkah Nazar itu sakit ?"
"Naaaaaah, ha ha ha ha ............," Wak Kantan langsung melepas tawanya. "Pertanyaan itulah yang belum dijawab oleh penegak hukum kita" , yang jelas dia sudah membuat banyak pihak disni menjadi sakit," sambungnya lagi. "Dan ............!"
"Dan apa Wak ?"
"Dan, kalau penegak hukum kita masih lengah seperti ini , maka tidak tertutup kemungkinan langkahnya itu akan diikuti oleh sejawatnya Andi Nurpati ."
"Mengaku sakit, lalu terbang ke Singapore ?"
"Ya, " Jawab Kantan Calung dengan singkat, "dan itu bisa membuat negeri ini menjadi lebih sakit lagi," sambungnya sambil berdiri.
"Mau kemana Wak ?"
"Ke Singapore ," jawabnya sambil melempar senyum, dan diapun menyelinap ditengah kerumunan orang ramai dalam acara Bakar Tongkang.
0 comments:
Post a Comment