Dari hasil perhitungan
sementara banyak wajah-wajah lama yang harus meninggalkan kursi empuknya di
Senayan. Mereka kalah tarung dengan calon wakil rakyat yang baru muncul
didapilnya masing-masing.
Menurut ketua MPR
Sidarto Danusubroto, pemicu kegagalan calon incumbent ini adalah gerakan
serangan fajar, politik uang pada pemilu
kali ini sangat dahsyat sekali. Tapi beliau tidak menjelaskan lebih
rinci siapa politisi yang melakukan politik kotor itu.
Aroma Politik uang
memang terasa pada penciuman kita, tetapi sulit dibuktikan secara hukum kecuali
bagi pelakunya yang tertangkap tangan, sementara pihak-pihak yang bertugas
mengawal Pemilu bersih jumlahnya tak seberapa, lebih banyak mengharapkan informasi dari masyarakat. Masyarakatpun
enggan melaporkan terjadinya politik uang, karena tidak mau terlalu banyak
urusan, disisi lain praktek politik uang ini juga memberi keuntungan sesaat
bagi masyarakat.
Uang memang bisa
membuat pemilih jadi silau dan berubah pikiran dalam menentukan pilihan, tapi bukan
merupakan faktor utama penyebab gagalnya para incumbent kembali ke Senayan. Sebagian besar masyarakat
kita sudah muak melihat wajah-wajah yang selama ini petantang-petenteng di
Senayan. Rakyat inginkan perubahan, ingin adanya wajah-wajah baru yang meskipun
belum tentu lebih baik dari caleg incumbent.
Kejenuhan masyarakat
pemilih melihat wajah-wajah lama itu disebabkan oleh ulah mereka sendiri, hampir setiap saat mereka tampil dimedia
dengan berbagai berita miring. Tidak sedikit anggota DPR tersangkut kasus
korupsi, tampil dilayar kaca dengan senyum dan wajah seperti orang tak
berdosa. Terkadang ada pula yang
berbicara dengan gaya arogan, tampil dimedia membela sikap dan prilaku temannya
yang sedang bermasalah secara hukum.
Sepanjang hari,
sebagian wakil rakyat mempertontonkan gaya hidupnya yang hedonis, berpakaian
necis dengan dasi melintang dan sepatu mengkilat, kesana kemari dengan mobil
mewah sementara rakyat duduk berhimpitan dalam bis kota, atau terjebak
kemacetan lalu lintas karena banjir.
Sejumlah anggota Dewan
tercatat pula sebagai orang pemalas, foto mereka yang ngantuk dan tiduran saat sidang
paripurna beredar dimedia massa. Kalau tidak tidur saat sidang ya ngobrol
sesama anggota Dewan, atau membuka tablet sambil melihat gambar porno,
kesemuanya ini terekam oleh kamera dan tersebar dimedia.
Sering bolos saat
sidang, atau hadir dengan absen titip tanda tangan, dilain pihak mereka suka pelesiran
keluar negeri dengan alasan studi banding, kunjungan kerja dan lain sebagainya tanpa pernah melaporkan
secara terbuka apa hasil yang mereka bawa pulang.
Rakyat hari ini tidak
sebodoh dulu lagi, sebagian mereka sudah melek politik, jadi wakil-wakil rakyat
yang tak terpilih hendaknya jangan menyalahkan orang lain, tapi cobalah koreksi
diri sendiri, apakah waktu selama lima tahun ini sudah dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat.
Adanya dugaan politik
uang yang dilakukan oleh para caleg pada pemilu kali ini mungkin tak bisa
dinafikan, tapi pelakunya bukanlah rakyat pemilih, melainkan para caleg itu
sendiri, dan caleg yang melakukan politik uang itu tidak hanya sebatas muka
baru, besar kemungkinan para incumbent juga turut melakukan praktek kotor itu. Artinya
para politisi itulah yang telah mengotori pikiran rakyat dengan melakukan
politik uang.
Serangan fajar yang
dilakukan para caleg memang punya pengaruh, tapi sebagian rakyat hari ini sudah
tidak bisa dibujuk dengan uang lagi, mereka menentukan pilihannya bukan
semata-mata karena menerima uang tetapi juga ada faktor lain. Caleg yang
memberikan uang belum tentu dipilih oleh rakyat, sesuai dengan slogan yang
indah bunyinya “Terima uangnya, tolak calonnya.”
Pemilihan umum
diharapkan bisa mennghasilkan wakil-wakil rakyat yang berkwalitas, bersih dan
mampu menyalurkan aspirasi masyarakat, jika harapan itu tidak terpenuhi maka
itu artinya partai politik harus segera berbenah diri, rendahnya mutu wakil
rakyat yang terpilih adalah karena tidak siapnya partai politik mendidik kader-kadernya untuk menjadi orang yang
pantas duduk dilegislatif.
0 comments:
Post a Comment