Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Poros Amper Goyang

Written By lungbisar.blogspot.com on Monday, June 23, 2014 | 12:34 AM

Sambil memutar lagu Mak Inang Pulau Kampai, Lung Bisar memacu mobilnya menuju jantung kota, dengan kecpatan tinggi dia melintasi jalur sibuk dan menerobos kemacetan dijalan raya. Dia harus segera bertemu dengan seseorang untuk membicarakan bentuk sebuah POROS yang dianggap penting. Penting untuk karirnya dan  penting pula untuk bangsa dan negara ini dalam lima tahun kedepan.

Demi kepentingan POROS yang teramat penting itu pulalah dia bergegas meluncur, menyalip kenderaan didepannya, menekan pedal gas sekuatnya, menginjak rem pada waktu dibutuhkan mengendalikan stir untuk memastikan mobil melaju kearah tujuan, dan akhirnya sampailah dia  ditempat orang penting yang sedang menunggunya.

Setelah bertemu dan berbasa-basi sejenak tentang POROS yang dianggapnya penting itu, dia langsung balik kanan, seketika itu juga dia memutuskan tidak penting berbicara banyak dengan orang tersebut. Orang yang baru saja ditemuinya itu ternyata tidaklah sepenting apa yang dia bayangkan. Dia merasa bahwa masih ada orang diporos lain yang lebih penting untuk diajak bicara, diapun beregegas pergi dari situ.

Setibanya ditempat kedua, Lung Bisar harus menelan rasa kecewa, sesuatu yang dianggapnya penting untuk dibicarakan ternyata dianggap tidak penting oleh lawan bicaranya. Orang kedua yang ditemuinya itu memandang tidak ada hal penting yang harus dibicarakan lagi, dan kalau mau bicara harus menanggalkan segala kepentingan yang ada. Porosnya sudah penuh, tidak butuh energi baru, kalau mau bergabung silakan tanpa mengajukan syarat.

Pernyataan itu membuat Lung Bisar gigit jari, berlalu meninggalkan ruangan itu dengan harapan kecewa. Dalam perjalanan pulang dia melihat amper spido meternya mengalami gangguan, goyang kekiri kanan tak beraturan, seperti mengikuti irama pikirannya yang sudah mulai ragu akan keadaan sebenarnya. Indikator panas mobilnya turun naik secara mendadak, seperti radiator kekurangan air.

Dengan segala keresahan dia periksakan mobilnya disebuah bengkel, namun menurut keterangan montir tidak ada masalah dengan mobilnya. Montir itu malah menyarankan kepadanya agar menyetir mobilnya dengan hati dan pikiran yang tenang, menentukan arah dan tujuan yang jelas, bukan dengan hati dan pikiran yang goyang dengan arah dan tujuan yang tak pasti.

Dari bengkel dia kendarai mobilnya dengan santai menuju arah pulang, dia tidak terburu-buru lagi, dia merasa sudah tidak ada lagi hal penting yang harus dibicarakan, dia sampai pada suatu kesadaran bahwa dirinya bukanlah orang penting dinegeri ini.


Dalam perjalanan pulang amper mobilnya bergerak normal kembali, tidak goyang kekanan dan kiri, tenang dan nayaman sekali, setenang hati dan pikirannya yang tidak lagi “memandang dirinya sebagai orang penting untuk diajak berkoalisi”.  

0 comments: