Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Bualan Pendukung Capres

Written By lungbisar.blogspot.com on Thursday, June 26, 2014 | 12:24 AM

Lung Bisar dan Cu Busu adalah dua sahabat yang memutuskan pilihan berbeda dalam pilpres mendatang. Cu Busu dengan berbagai pertimbangan menjatuhkan pilihannya untuk mendukung Prabowo sementara Lung Bisar berpihak kepada Jokowi.

Cu Busu tertarik pada pemikiran dan cita-cita Prabowo yang ingin membangun Indonesia, agar bisa bangkit kembali mengaum sebagai Macan Asia. Sedangkan Lung Bisar bersimpati kepada gaya hidup Jokowi yang merakyat dan suka blusukan.

Sambil memangkas rambut pelangannya, Cu Busu bercerita tentang kebaikan Prabowo, orangnya cerdas, menguasai berbagai bahasa asing, karir militernya cemerlang, kalaupun akhirnya dia dipecat dari dinas kemiliteran itu bukan disebabkan karena dia melakukan kesalahan, tetapi karena tekanan dan pengaruh tertentu dalam situasi politik yang tidak tidak menentu.

Cu Busu juga dengan sigap menangkis tuduhan Penculik terhadap Prabowo, dia menjelaskan bahwa itu adalah bagian dari tugasnya sebagai alat negara, patuh pada perintah atasan. “Untuk apa kita sibuk mengungkit-ungkitnya, sementara orang-orang yang diculik itu kini berdiri dibarisan depan sebagai pelapis dada Prabowo.” Kata Cu Busu seakan-akan menantang lawan bicaranya.

“Sebut saja Pius, Harjanto Taslam, dan beberapa aktivis lainnya yang dulu kabarnya pernah diculik, kini aktif di Partai Gerindra, mereka yang diculik saja diam dan tidak ribut lalu kenapa kita malah yang kasak kusuk. Isu itu selalu dimunculkan saat mau pemilu terlebih-lebih saat Prabowo menjadi Capres ?” Tanya Cu Busu dengan gaya berapi-api.

Jika terpilih menjadi presiden Prabowo tidak akan meminta kenaikkan gaji, dibayar separuh dari gaji SBY juga sudah cukup baginya. Belanja dapurnya tidak terlalu mahal, dia hanya butuh belanja untuk makan satu orang saja,  dia tidak perlu mengeluarkan biaya untuk beli make up, bedak dan lipstik karena dia tidak memiliki isteri.

Sama seperti Cu Busu, Lung Bisar yang kesehariannya bekerja sebagai Tukang Beca, juga memanfaatkan tiap kesempatan untuk bercerita betapa rendah hatinya seorang Jokowi, dia pemimpin yang merakyat , sejarah mencatat bahwa dialah satu-satunya walikota dinegeri ini yang tak pernah mengambil gajinya.

Waktu di Solo dulu dia cukup belanja di Pasar Klewer, bukan di Grand mall atau Solo Square, dan kalau mau lebaran nanti tidak perlu beli baju baru, cukup pakai baju kotak-kotak yang harganya tidak mahal dan bisa dibeli di Tanah Abang.

Kesehariannya juga tidak membutuhkan biaya hidup yang tinggi, Jokowi makan lebih sedikit dari orang lain, kendatipun hal itu menyebabkan tubuhnya jadi kerempeng, tetapi dari segi biaya dia lebih irit.
Jika terpilih menjadi presiden nantinya orang Aceh bisa berkunjung ke Papua  dengan naik Esemka (begitu juga sebaliknya),  karena sebelum masa jabatannya berakhir dia akan merangkai pulau-pulau besar di Indonesia ini dengan jembatan, sekaligus menghidupkan kembali produksi mobil anak sekolah yang dulu ditungganginya.

Sakingkan gigihnya kedua sahabat ini bicara soal capres dukungannya masing-masing, maka berkembanglah pengikut Lung Bisar yang mendukung Jokowi dan pengikut Cu Busu yang mendukung Prabowo, dengan jumlah yang lumayan besar.

Suatu ketika Lung Bisar mampir kewarung Mak Sumiati, dan tanpa diduga ternyata Cu Busu sudah duluan duduk diwarung itu, alhasil bil husal keduanya duduk semeja sambil memesan PECAL (makanan favourite bersama), sebuah kebersamaan yang sudah lama mereka tinggalkan.

Sambil menunggu Mak Sumiati mengulek pecal, mereka berbincang hal ikhwal pemilihan presiden. Keduanya bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing, capres yang didukungnyalah yang terbaik, capres yang lain tidak.

“Usai Pemilihan Presiden ini  nantinya, kalian berdua ini dapat apa ?” Tiba-tiba terdengar suara Mak sumiati disela pembicaraan mereka. Pertanyaan itu membuat Lung Bisar dan Cu Busu terdiam bagaikan kehabisan kata, tidak mampu beragumen lagi dan tidak bisa memberikan jawaban. Mereka berdua sadar akan dirinya bahwa apa yang mereka lakukan selama ini adalah sebuah kesia-siaan.

Sia-sia karena mereka bukanlah anggota tim sukses, bukan anggota parpol pendukung, hanya sebatas simapati saja. Hak mereka sama dengan hak orang lainnya, boleh memilih salah satu calon dan boleh tidak memilih keduanya, tidak lebih dari itu.

Kedua capres itu sama sebangun, sama-sama punya kelebihan dan kekurangan, tiap-tiap orang bebas menentukan pilihan sesuai dengan hati nuraninya masing-masing, tidak perlu dibujuk-bujuk karena pemilih bukanlah anak kecil lagi, tidak boleh diintervensi karena pemilihan ini bebas dan rahasia, kecuali.

“Kecuali  jika kita punya kepentingan,” Kata Lung Bisar,


“Betul, Politik itu memang sarat dengan kepentingan, paling tidak, kepentingan untuk meraih kedudukan,”  Kata Cu Busu sambil beranjak dari tempat duduknya.

0 comments: