Lung Bisar dan Cu Busu adalah dua sahabat yang memutuskan
pilihan berbeda dalam pilpres mendatang. Cu Busu dengan berbagai pertimbangan
menjatuhkan pilihannya untuk mendukung Prabowo sementara Lung Bisar berpihak kepada
Jokowi.
Cu Busu tertarik pada pemikiran dan cita-cita Prabowo yang
ingin membangun Indonesia, agar bisa bangkit kembali mengaum sebagai Macan
Asia. Sedangkan Lung Bisar bersimpati kepada gaya hidup Jokowi yang merakyat
dan suka blusukan.
Sambil memangkas rambut pelangannya, Cu Busu bercerita
tentang kebaikan Prabowo, orangnya cerdas, menguasai berbagai bahasa asing,
karir militernya cemerlang, kalaupun akhirnya dia dipecat dari dinas
kemiliteran itu bukan disebabkan karena dia melakukan kesalahan, tetapi karena
tekanan dan pengaruh tertentu dalam situasi politik yang tidak tidak menentu.
Cu Busu juga dengan sigap menangkis tuduhan Penculik terhadap
Prabowo, dia menjelaskan bahwa itu adalah bagian dari tugasnya sebagai alat
negara, patuh pada perintah atasan. “Untuk apa kita sibuk mengungkit-ungkitnya,
sementara orang-orang yang diculik itu kini berdiri dibarisan depan sebagai
pelapis dada Prabowo.” Kata Cu Busu seakan-akan menantang lawan bicaranya.
“Sebut saja Pius, Harjanto Taslam, dan beberapa aktivis
lainnya yang dulu kabarnya pernah diculik, kini aktif di Partai Gerindra,
mereka yang diculik saja diam dan tidak ribut lalu kenapa kita malah yang kasak
kusuk. Isu itu selalu dimunculkan saat mau pemilu terlebih-lebih saat Prabowo
menjadi Capres ?” Tanya Cu Busu dengan gaya berapi-api.
Jika terpilih menjadi presiden Prabowo tidak akan meminta
kenaikkan gaji, dibayar separuh dari gaji SBY juga sudah cukup baginya. Belanja
dapurnya tidak terlalu mahal, dia hanya butuh belanja untuk makan satu orang
saja, dia tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk beli make up, bedak dan lipstik karena dia tidak memiliki isteri.
Sama seperti Cu Busu, Lung Bisar yang kesehariannya bekerja
sebagai Tukang Beca, juga memanfaatkan tiap kesempatan untuk bercerita betapa
rendah hatinya seorang Jokowi, dia pemimpin yang merakyat , sejarah mencatat
bahwa dialah satu-satunya walikota dinegeri ini yang tak pernah mengambil
gajinya.
Waktu di Solo dulu dia cukup belanja di Pasar Klewer, bukan
di Grand mall atau Solo Square, dan kalau mau lebaran nanti tidak perlu beli
baju baru, cukup pakai baju kotak-kotak yang harganya tidak mahal dan bisa
dibeli di Tanah Abang.
Kesehariannya juga tidak membutuhkan biaya hidup yang tinggi,
Jokowi makan lebih sedikit dari orang lain, kendatipun hal itu menyebabkan
tubuhnya jadi kerempeng, tetapi dari segi biaya dia lebih irit.
Jika terpilih menjadi presiden nantinya orang Aceh bisa
berkunjung ke Papua dengan naik Esemka (begitu
juga sebaliknya), karena sebelum masa
jabatannya berakhir dia akan merangkai pulau-pulau besar di Indonesia ini
dengan jembatan, sekaligus menghidupkan kembali produksi mobil anak sekolah yang
dulu ditungganginya.
Sakingkan gigihnya kedua sahabat ini bicara soal capres dukungannya
masing-masing, maka berkembanglah pengikut Lung Bisar yang mendukung Jokowi dan
pengikut Cu Busu yang mendukung Prabowo, dengan jumlah yang lumayan besar.
Suatu ketika Lung Bisar mampir kewarung Mak Sumiati, dan
tanpa diduga ternyata Cu Busu sudah duluan duduk diwarung itu, alhasil bil
husal keduanya duduk semeja sambil memesan PECAL (makanan favourite bersama),
sebuah kebersamaan yang sudah lama mereka tinggalkan.
Sambil menunggu Mak Sumiati mengulek pecal, mereka berbincang
hal ikhwal pemilihan presiden. Keduanya bersikukuh dengan pendapatnya
masing-masing, capres yang didukungnyalah yang terbaik, capres yang lain tidak.
“Usai Pemilihan Presiden ini
nantinya, kalian berdua ini dapat apa ?” Tiba-tiba terdengar suara Mak
sumiati disela pembicaraan mereka. Pertanyaan itu membuat Lung Bisar dan Cu
Busu terdiam bagaikan kehabisan kata, tidak mampu beragumen lagi dan tidak bisa
memberikan jawaban. Mereka berdua sadar akan dirinya bahwa apa yang mereka
lakukan selama ini adalah sebuah kesia-siaan.
Sia-sia karena mereka bukanlah anggota tim sukses, bukan
anggota parpol pendukung, hanya sebatas simapati saja. Hak mereka sama dengan
hak orang lainnya, boleh memilih salah satu calon dan boleh tidak memilih
keduanya, tidak lebih dari itu.
Kedua capres itu sama sebangun, sama-sama punya kelebihan dan
kekurangan, tiap-tiap orang bebas menentukan pilihan sesuai dengan hati
nuraninya masing-masing, tidak perlu dibujuk-bujuk karena pemilih bukanlah anak
kecil lagi, tidak boleh diintervensi karena pemilihan ini bebas dan rahasia,
kecuali.
“Kecuali jika kita punya
kepentingan,” Kata Lung Bisar,
“Betul, Politik itu memang sarat dengan kepentingan, paling
tidak, kepentingan untuk meraih kedudukan,”
Kata Cu Busu sambil beranjak dari tempat duduknya.
0 comments:
Post a Comment