Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Pemimpin Kencing Berdiri, Rakyat Kencing Menari

Written By lungbisar.blogspot.com on Thursday, June 26, 2014 | 12:13 AM

Makin dekat dengan hari pemilihan presiden makin riuh pula suara para pendukung masing-masing calon, semakin sering para capres dan cawapres datang kedaerah semakin terkotak-kotak pula masyarakat ditingkat bawah.

Gaduh dan terkotak-kotak dibumbui dengan berbagai ungkapan kasar dan serang menyerang antara kelompok pendukung capres yang satu dengan yang lainnya inilah yang menjadi kecemasan kita. Pilpres ini seakan sudah bergeser dari pesta demokrasi untuk melahirkan pemimpin yang mempersatukan bangsa menjadi perang yang meluluh lantakkan sendi-sendi persaudaraan

Memang hingga hari ini belum ada korban yang berjatuhan secara pisik, tetapi secara moral kita ditolak mundur kezaman purba yang prilaku manusianya tak mengenal etika, mengumbar umpatan secara berlebihan dan menganggap lawan dalam kompetisi sebagai musuh digelanggang.

Mula-mula perang dengan menggunakan kata dalam bait-bait puisi, yang satu menulis puisi bernada mengejek  lalu yang satunya lagi membalasnya dengan meminjam sajak Wiji Thukul. Dilanjut dengan umpatan lewat media cetak dan televisi, lalu diramaikan oleh masing-masing pendukung dengan akun palsu dijejaring sosial. Sungguh memprihatinkan.

Persaiangan antar capres seyogyanya dilakukan secara santun dan menjunjung adat ketimuran, saling menghargai dan saling menghormati.  Pemilihan presiden ini bukanlah perang tanding antara dua pendekar dalam dunia persilatan, dimana pendekar yang menang bisa melanjutkan hidupnya dengan damai sampai ada penantang berikutnya sementara yang kalah terkapar lana bersimbah darah, mati terkubur dengan dendam kesumat.

Tanpa disadari, pemilihan presiden kali ini telah melahirkan perseteruan antar elite yang menjalar keakar rumput, perang kata-kata antar tokoh dicontoh oleh para pendukungnya ditingkat bawah. Inilah yang membuat kita menjadi khawatir.

Kekhawatiran itu dipicu oleh realita yang berkembang ditengah masyarakat saat ini yang sudah mulai terkotak-kotak, masing-masing bersitegang urat leher membela calon yang didukungnya. Perbincangan ditempat-tempat umum hingga diwarung-warung kopi saat ini penuh dengan perdebatan antar masing-masing pendukung kandidat presiden.

Debat antar mereka terkadang berisi saling hujat dan membuka aib, seperti air tumpah kelantai berserak tanpa arah, mengalir sekenanya menurut penafsiran mereka sendiri akan ucapan elite yang diekspos oeh media.

Bagi kedua kandidat (Jokowi dan Prabowo) semua persaingan itu akan berakhir seiring dengan diumumkannya hasil pilpres mendatang, kalaupun diperpanjang masalahnya, paling hanya sampai ke Mahkamah Konstitusi. Setelah itu mereka bersalaman atau duduk bersanding secara damai, tetapi ditingkat bawah urusannya bisa runyam, sikap permusuhan diantara kedua kelompok pendukung itu akan berlangsung lama. Usaia Pilpres nanti, para elite pendukung capres akan saling berangkulan sambil melirik kemungknan mendekati lawan yang menang, tetapi diakar rumput akan seperti piring retak yang sangat susah untuk merekatkannya kembali.


Pemilihan presiden ini bertujuan untuk memilih seorang pemimpin yang terbaik bagi negeri ini, bukan untuk memecah belah dan mencabik-cabik rasa persaudaraan kita sesama bangsa Indonesia. Justeru itulah para tokoh negeri ini dihimbau agar tidak mempertontonkan sikap permusuhan dihadapan publik, karena masyarakat awam memiliki kecenderung sikap meniru kelakuan para pemimpinnya. Pemimpin Kencing Berdiri, Rakyat Kencing sambil Menari

0 comments: