Wimar Witular mengunggah gambar yang menampilkan salah satu pasangan capres – cawapres di akun
jejaring sosialnya. Dalam gambar tersebut capres – cawapres didampingi oleh
elit partai pendukung dan tokoh agama Islam.
Dibagian bawahnya terdapat lambang
partai pendukung dan lambang beberapa organisasi Islam termasuk salah
satunya lambang Muhammadiyah. Dilatar
belakangnya dijajarkan gambar beberapa teroris yang sudah dihukum mati, dan
postingan gambar tersebut diberi judu Gallery Of Rogues, atau pajangan gambar
bajingan.
Mungkin saja Wimar ingin menyatakan pendapatnya bahwa Capres –
cawapres dan para pendukungnya ini terdiri dari para bajingan dan oleh
karenanya rakyat pemilih perlu diingatkan jangan sampai pemilihan presiden
mendatang menjadi era kebangkitan orang jahat.
Terlepas dari benar tidaknya dugaan diatas, ada satu hal yang
menyayat hati saya sebagai seorang Muslim, yakni dicantumkannya lambang
MUHAMMADIYAH dalam galery bajingan tersebut. Tidak bisa dipungkiri bahwa pencantuman lambang organisasi
Islam itu merupakan bentuk pelecehan terhadap ummat Islam, khususnya terhadap
warga Muhammadiyah.
Mungkin Wimar lupa bahwa Muhammadiyah bukanlah partai politik, tetapi
organisasi sosial kemasyarakatan yang tidak ikut campur dalam urusan pilpres, meskipun
dijajaran pendukungnya ada pentolan Muhammadiyah seperti Amien Rais dan tokoh
lainnya.
Muhammadiyah bersikap Netral, tidak berpihak kesalah satu
calon, bahkan selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dengan tegas
menyatakan bahwa secara pribadi beliau tidak mendukung salah satu capres.
Tindakan Wimar ini disamping keliru secara politik, juga
menghina warga Muhammadiyah dengan menampilkan postingan yang berjudul Gallery
Of Rogues yang berarti pajangan gambar BAJINGAN. Apapun alasannya, gambar
tersebut akan menimbulkan penafsiran bahwa menurut Wimar Muhammadiyah termasuk
dalam kelompok atau sama prilakunya dengan organisasi para bajingan, untuk itu
warga Muhammadiyah perlu menuntut penjelasan dari Wimar, apa yang menjadi dasar
pemikirannya.
Wimar
Witoelar memang sudah minta maaf atas foto dan status yang ia unggah di akun medsos
pada Ahad (15/6). Ia mengaku tak berniat untuk menghina Muhammadiyah atau pun
organisasi Islam lainnya.
"Saya
ini tak ada apa-apanya dibanding Muhammadiyah," ungkap Wimar sebagaimana
dikutip oleh beberapa media, dan dia juga mengaku sangat dekat dengan beberapa
tokoh Muhammadiyah seperti Syafi’i Maarif, Din Syamsuddin dan Amien Rais.
“Mereka itu semuanya mitra saya, ujarnya lebih lanjut.
Tetapi
permintaan maaf didepan media seperti itu tidaklah akan mengobati luka hati
warga Muhammadiyah, kedekatannya dengan beberapa tokoh Muhammadiyah bukanlah
jaminan dia tidak berniat jahat terhadap Muhammadiyah.
Jika
Wimar benar tidak bermaksud ingin menghina Muhammadiyah, hanya sekedar untuk
lucu-lucuan saja, maka seharusnya Wimar datang ke Muhammadiyah, menyatakan
penyesalannya dan minta maaf atas kekeliruan yang telah dilakukannya, bukan minta
maaf didepan awak media.
Jika
hanya sekedar mengumbar kata “mohon maaf” didepan media lalu menganggap
persoalannya jadi selesai maka patut dipertanyakan siapa sebenarnya yang
bersikap seperti BAJINGAN.
0 comments:
Post a Comment