"Bahkan saya berani menjamin, jika Jokowi-JK menang,
menteri agamanya pasti dari kalangan Nahdatul Ulama (NU)," kata Ketua Umum
PKB Muhaimin Iskandar, di forum silaturahim ulama di Surabaya, Minggu
(25/5/2014).
Sepintas, ucapan Muhaimin ini merupakan angin segar bagi
warga NU, pemilihan presiden belum dilaksanakan jatah kursi kabinet untuk warga
NU sudah disediakan. Ini menandakan bahwa NU merupakan sebuah organisasi yang
selalu diutamakan dan diperhitungkan oleh siapapun yang memimpin dinegeri ini.
Namun karena ucapan ini disampaikan saat mendekati masa
pemilihan presiden maka maknanya bisa
melenceng jadi pelecehan terhadap NU.
Apalagi ucapan itu disampaikan didepan para ulama Jatim yang pada umumnya
adalah warga Nahdliyin.
Sadar atau tidak,
ucapan Muhaimin itu seakan-akan memperlakukan para ulama seperti anak kecil
yang bisa diiming-imingi dengan permen. Dengan janji jabatan menteri
Agama, Muhaimin mungkin berharap para
Ulama akan mengajak pengikutnya untuk memilih pasangan Jokowi – JK sebagai
presiden.
Ulama yang dihadapinya
itu bukanlah orang bodoh, bukan pula kumpulan orang-orang yang haus jabatan.
Mereka semuanya terdiri dari orang-orang berilmu dan berdedikasi, menentukan sikap
pilihan bukan karena iming-iming jabatan, tetapi tergantung pada pribadi calon
yang kita sodorkan. Lagi pula kursi menteri Agama itu hanya satu, sementara
warga NU jumlahnya jutaan.
Bagi para Ulama, calon
pemimpin itu jelas kreterianya, berakhlak, menjadi panutan bagi pengikutnya,
arif dan bijaksana, berilmu dan
istiqomah, Amanah dan Fathonah, jujur serta berkeadilan dan beberapa syarat
lainnya sesuai dengan tuntunan Rosul. Kesemua persyaratan pemimpin yang
diyakini oleh para Ulama itu tidak bisa ditukar dengan sebuah kursi Menteri.
Sejatinya dalam pertemuan
itu Muhaimin bisa menjelaskan kepada
para ulama tentang alasannya mendukung Jokowi – JK. Dia kewajiban untuk
menyampaikan sedetail mungkin tentang profile Jokowi – JK, apa kelebihannya,
apa untungnya bagi ummat dan apa ruginya jika ummat tidak memilih pasangan ini.
Sehingga dengan penjelasan itu Ulama akan berkeyakinan bahwa memang Jokowi – JK
lah pasangan pimpinan terbaik untuk dipilih.
Sebagai seorang
pemimpin partai politik seharusnya Muhaimin ikut menumbuh suburkan faham
Demokrasi yang kita anut. Siapapun yang terpilih menjadi presiden itulah yang
terbaik untuk bangsa ini, tidak perduli apakah dia dari kelompok kita atau
bukan, yang terpenting ukhwah Islamiyah tetap terjaga dengan baik, ummat tidak
terkotak-kotak dalam kelompok kecil, tetapi bersatu padu dalam wadah besar yang
bernama Indonesia.
Siapapun nantinya yang
terpilih menjadi presiden maka dialah yang berwenang mengangkat menteri Agama. Dalam
sejarah negeri ini telah mencatat bahwa sejak era reformasi, semua Menteri
Agama itu berasal dari kalangan NU, cuma masalahnya adalah dua diantaranya telah
menoreh catatan kelam, tersandung kasus
Korupsi dan digaruk oleh KPK. Dan kedua mantan menteri agama itu sudah bisa
dipastikan telah merugikan nama baik NU.
0 comments:
Post a Comment