Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Roma Mulai Goyang

Written By lungbisar.blogspot.com on Sunday, June 22, 2014 | 1:50 AM

Kalau biasanya penikmat musik dangdut digoyang oleh Rhoma, maka kini tibalah masanya Rhoma merasa goyang sendiri dengan sikap politiknya. Melalui tim suksesnya yang tergabung dalam Riforri ( Rhoma Irama For Republik Indonesia) mengancam akan menarik dukungan dari Partai Kebangkitan Bangsa.

Ketika diumumkan menjadi capres dari PKB, Rhoma begitu yakin dengan irama Dangdutnya akan mampu meraup suara yang sedemikian besar sehingga dapat mengantarkannya kekursi capres. Berkali-kali dia berucap bahwa kehadirannya disambut oleh lautan manusia, dan menurutnya itulah pertanda bahwa elektabilitasnya sebagai capres cukup menjanjikan.

Ternyata hasil Pemilu tidak seperti apa yang dia bayangkan, raihan suara PKB memang meningkat dibanding Pemilu tahun 2009, tetapi tidak mencukupi jumlah suara yang dipersyaratkan oleh undang-undang untuk mengajukan capres. 

Kemungkinan ini jauh sebelumnya pasti sudah diperhitungkan Muhaimin,  dia sadar bahwa partainya tidak akan mampu meraup suara yang cukup untuk mengusung calon presiden sendiri. Perolehan suara pada pemilu 2009 yang lalu merosot jauh dari pemilu tahun 2004. sebelumnya. Justeru itulah barangkali dia tidak berniat maju sebagai calon presiden tetapi berusaha untuk meningkatkan perolehan suara.

Meskipun tidak diperhitungkan dalam pilpres mendatang, tapi Muhaimin tak hilang akal, dia berusaha dengan segala daya upayanya untuk meningkatkan elektabilitas partainya. Salah satunya dengan cara merangkul Rhoma Irama untuk menggoyang pangung politik nasional. Rhoma disebut-sebut sebagai bakal capres dari PKB, meskipun wacana itu diragukan ketulusannya oleh banyak pihak tetapi sang Raja Dangdut tetap percaya diri untuk maju sebagai capres dari PKB.

Sejak awal sudah banyak yang mengingatkan bahwa kemungkin Rhoma menjadi capres dari PKB itu sangat kecil sekali, faktor utamanya adalah rendahnya elektabiltas Partai dan kedua karena Rhoma bukan kader PKB, tapi Rhoma selalu menepis anggapan itu dengan alasan Muhaimin dan PKB tidak akan mengkhianatinya.

Persoalan yang timbul kemudian bukanlah karena Muhaimin dan PKB yang berkhianat tetapi karena PKB tidak memenuhi syarat perolehan suara untuk mengajukan capres.  Konsekwensinya PKB harus berkoalisi dengan partai lain sekaligus merelakan diri untuk tidak ngotot mengajukan nama capres.

Untuk posisi Cawapres, dengan tegas Muhaimin menyebutkan bahwa PKB tidak dalam posisi menawarkan diri, tetapi menunggu hasil kesepakatan dengan teman berkoalisi. Nama cawapres bisa jadi tokoh dari PKB, atau mungkin saja orang lain yang disepakati oleh PKB dengan rekan koalisinya, dan disinilah nama Rhoma mlai tergusur.


Sadar dirinya sudah dianggap tidak penting lagi maka melelui tim suksesnya dia memperingatkan PKB akan menarik dukungan dalam pilpres mendatang. Tapi sayangnya peringatan itu sudah tidak ada artinya lagi karena yang akan bertarung dalam pilpres mendatang bukanlah PKB, tetapi capres dan cawapres, dengan kata lain Rhoma sudah terlambat sadar dari mimpinya.

0 comments: