Kalau biasanya penikmat
musik dangdut digoyang oleh Rhoma, maka kini tibalah masanya Rhoma merasa
goyang sendiri dengan sikap politiknya. Melalui tim suksesnya yang tergabung
dalam Riforri ( Rhoma Irama For Republik Indonesia) mengancam akan menarik
dukungan dari Partai Kebangkitan Bangsa.
Ketika diumumkan
menjadi capres dari PKB, Rhoma begitu yakin dengan irama Dangdutnya akan mampu
meraup suara yang sedemikian besar sehingga dapat mengantarkannya kekursi
capres. Berkali-kali dia berucap bahwa kehadirannya disambut oleh lautan
manusia, dan menurutnya itulah pertanda bahwa elektabilitasnya sebagai capres
cukup menjanjikan.
Ternyata hasil Pemilu
tidak seperti apa yang dia bayangkan, raihan suara PKB memang meningkat
dibanding Pemilu tahun 2009, tetapi tidak mencukupi jumlah suara yang
dipersyaratkan oleh undang-undang untuk mengajukan capres.
Kemungkinan ini jauh
sebelumnya pasti sudah diperhitungkan Muhaimin,
dia sadar bahwa partainya tidak akan mampu meraup suara yang cukup untuk
mengusung calon presiden sendiri. Perolehan suara pada pemilu 2009 yang lalu
merosot jauh dari pemilu tahun 2004. sebelumnya. Justeru itulah barangkali dia
tidak berniat maju sebagai calon presiden tetapi berusaha untuk meningkatkan
perolehan suara.
Meskipun tidak
diperhitungkan dalam pilpres mendatang, tapi Muhaimin tak hilang akal, dia berusaha
dengan segala daya upayanya untuk meningkatkan elektabilitas partainya. Salah
satunya dengan cara merangkul Rhoma Irama untuk menggoyang pangung politik
nasional. Rhoma disebut-sebut sebagai bakal capres dari PKB, meskipun wacana
itu diragukan ketulusannya oleh banyak pihak tetapi sang Raja Dangdut tetap
percaya diri untuk maju sebagai capres dari PKB.
Sejak awal sudah banyak
yang mengingatkan bahwa kemungkin Rhoma menjadi capres dari PKB itu sangat
kecil sekali, faktor utamanya adalah rendahnya elektabiltas Partai dan kedua
karena Rhoma bukan kader PKB, tapi Rhoma selalu menepis anggapan itu dengan
alasan Muhaimin dan PKB tidak akan mengkhianatinya.
Persoalan yang timbul
kemudian bukanlah karena Muhaimin dan PKB yang berkhianat tetapi karena PKB
tidak memenuhi syarat perolehan suara untuk mengajukan capres. Konsekwensinya PKB harus berkoalisi dengan
partai lain sekaligus merelakan diri untuk tidak ngotot mengajukan nama capres.
Untuk posisi Cawapres,
dengan tegas Muhaimin menyebutkan bahwa PKB tidak dalam posisi menawarkan diri,
tetapi menunggu hasil kesepakatan dengan teman berkoalisi. Nama cawapres bisa
jadi tokoh dari PKB, atau mungkin saja orang lain yang disepakati oleh PKB
dengan rekan koalisinya, dan disinilah nama Rhoma mlai tergusur.
Sadar dirinya sudah
dianggap tidak penting lagi maka melelui tim suksesnya dia memperingatkan PKB
akan menarik dukungan dalam pilpres mendatang. Tapi sayangnya peringatan itu
sudah tidak ada artinya lagi karena yang akan bertarung dalam pilpres mendatang
bukanlah PKB, tetapi capres dan cawapres, dengan kata lain Rhoma sudah
terlambat sadar dari mimpinya.
0 comments:
Post a Comment