Partai
Demokrat sudah mulai kalap dengan situasi politik yang berkembang saat ini,
tenggat waktu yang tersisa untuk menentukan calon presiden semakin dekat, tapi
partai pimpinan SBY ini belum juga dapat menentukan siapa yang akan diajak
berkoalisi untuk mengajukan nama capres.
Capres dari PDI-P sudah
mendapat kepastian dukungan dari PKB dan
Partai Nasdem, sementara PAN, PKS dan PPP sudah merapat ke Partai
Gerindra. Partai Golkar yang katanya
ingin mengajukan nama capres sendiri hingga kini belum mengambil keputusan,
hilir mudik ke Gerindra dan ke PDI-P, sesekali mampir di Demokrat, tapi belum
ada keputusan dengan siapa partai berlambang Pohon Beringin ini akan
berkoalisi.
Awalnya Partai Demokrat
masih percaya diri, meskipun perolehan suaranya melorot jauh kebawah, seorang
fungsionaris PD, Andi Nurpati sempat berucap bahwa PD bisa saja mengajukan
capres sendiri dengan mengajak partai-partai tengah berkoalisi, capresnya bisa
diambil dari salah satu tokoh peserta
konvensi. Tapi ucapan mantan komisioner KPU ini tidak terbukti, hingga kini
koalisi yang digagas oleh Andi Nurpati itu tidak terwujud.
Terakhir terdengar
kabar, bahwa nama Sri Sultan Hamengkubuwono X masuk dalam radar pantauan
Demokrat untuk diusung sebagai capres. Raja Yogya ini disebut-sebut dalam rapat
majelis tinggi PD di Cikeas, dan mendapat sambutan baik dikalangan internal
mereka.
Dari satu sisi,
pemunculan nama Sultan merupakan satu langkah maju bagi perkembangan demokrasi
ditanah air, dimana sebuah partai besar seperti Demokrat, mengajukan seseorang
yang dianggap mampu dan diterima menjadi calon presiden, meskipun sang tokoh
tersebut bukan kader Demokrat tetapi
kader partai lain.
Tapi pencalonan Sultan
tentu akan menimbulkan pertanyaan, bagaimana nasib sebelas tokoh yang mengikuti
konvensi capres yang dilakanakan oleh PD. Bukankah Konvensi itu merupakan
sesuatu yang diagung-agungkan oleh kader Demokrat sebagai sarana untuk
melahirkan pemimpin berkwalitas. Jika memang demikian maka inilah saatnya bagi
PD untuk membuktikan kwalitas pemimpin yang digodok oleh PD lewat konvensi itu.
Sejak awal khalayak
ramai sudah sering mendengar bahwa Demokrat tidak kekurangan figur pemimpin,
ada sejumlah nama yang dianggap mampu meneruskan kepemimpin SBY sebagai
presiden. Ruhut Sitompul berulang-ulang kali memuji dan mengelu-elukan Pramono
Edi, mantan kasad ini tidak kalah dalam segala hal bila dibandingkan dengan
calon presiden dari Partai lain.
Sederet nama besar
lainnya yang diyakini oleh PD memiliki elektabilitas seperti Dahlan Iskan, yang
kemana-mana waktu konvensi paling banyak membawa simpatisan, dikenal lugas dan
bersikap merakyat, atau Anis Baswedan, tokoh yang dekat dengan kalangan Islam,
akademisi, bersih dan intelektualitasnya diakui, serta tokoh-tokoh lain yang
jumlahnya ada sebelas orang.
Pemunculan nama Sultan
sebagai Capres, membuat orang jadi
berpikir bahwa Partai Demokrat sudah mulai kalap, merasa tidak yakin akan
kemampuan peserta konvensi dalam menghadapi elektabilitas capres dari partai
lain.
Partai Demokrat merasa
perlu mencari figur lain diluar peserta konvensi, agar bisa meraih dukungan
rakyat yang lebih besar. Dan dengan mengajukan Sultan sebagai Capres bisa jadi
akan membuat Golkar segera memutuskan berkoalisi dengan PD, sekaligus memenuhi
syarat perolehan suara untuk mengajukan calon residen.
Belum ada kepastian,
apakah PD benar-benar serius mengusung Sultan sebagai capres , yang terdengar
sementara waktu ini baru sebatas wacana
yang dikemukakan oleh fungsionaris PD Ramadhan Pohan.
Dari pihak Sultan
sendiri belum terdengar jawaban menolak atau menerima, tapi satu hal yang pasti
adalah bawa Sri Sultan Hamengkubuwono X
bukanlah seseorang yang dengan gegabah dalam menentukan sikap, beliau
cukup bijak menilai apakah tawaran PD itu sebagai sesuatu yang serius atau
sebuah keputusan orang yang sedang kalap.
0 comments:
Post a Comment