Terakhir kali saya bertemu dengan Benny Panjaitan di Bandara
Soekarno Hatta pada pernghujung 2012 silam, waktu itu pria yang saya kagumi ini
bersama adik-adiknya yang tergabung dalam group musik panbers akan berangkat ke
Sumatera Utara untuk sebuah Show.
Tubuhnya terlihat sedikit agak kurus dan karena penyakit yang
dideritanya memaksa Benny harus duduk dikursi roda sepanjang hari. Diruang
tungu bandara aku menanyakan keadaannya termasuk tentang kegiatannya
sehari-hari yang menurut pengakuannya masih tetap bermain musik.
“Sampai kapanpun aku tetap ingin bermain musik,” katanya dengan
mimik serius, kemudian dia melanjutkan lagi ceritanya yang mengeaskan bahwa
bagi seorang Benny Panjaitan Musik adalah bagian dari hidupnya yang tak pernah
bisa dipisahkan, bahkan sampai denyut nadi terakhir dia akan tetap ingin
bernyanyi dan bermain musik.
Diakui oleh Benny bahwa dia tidak produktif seperti waktu
mudanya dulu, namun dia tidak ingin berhenti berkarya, sesulit apapun
keadaannya dia tetap berusaha mempertahankan eksistensi Panbers diblantika
musik, justeru itulah meski harus didorong diatas kursi roda dia tetap
berangkat ke Sumatera Utara untuk memenuhi permintaan penggemarnya.
Sama halnya dengan Tonny dalam keluarga Koeswojo, Benny
menghimpun adik-adiknya seperti Hans, Doan dan Assido dalam sebuah group band
yang diberi nama Panbers, akronim dari Panjaitan Bersaudara, sebuah nama yang
mengekalkan marga Batak dalam kancah musik negeri ini.
Pembicaraan kami terputus seketika, karena Benny harus masuk
kepesawat yang membawanya ke Medan.
Mataku terus menataap langkah Asido
Panjaitan mendorong Benny yang duduk dikursi roda, sambil ingatan surut
kebelakang, kemasa-masa jayanya Panbers.
Waktu itu Panbers bersama Koesplus, The Mercys, Bimbo dan
Favourite Group masuk dalam the big five group musik Indonesia. Masing-masing
group musik ini memiliki ciri khas dan keistimewaan tersendiri, seperti Panbers yang dikenal dengan Duet
mautnya.
Lagu-lagu Hitsnya seperti Akhir Dari Cinta, Gereja Tua, Hidup
terkekang dan lainnya hingga kini masih segar dalam ingatan publik. Meskipun
lagu-lagu tersebut sudah terbilang lama usianya tetapi masih tetap enak
didengar dimasa kini, itulah suatu bukti bahwa lagu dan musik yang kwalitas
akan abadi dihati pendengarnya, dan kelompok Panbers memiliki hal itu.
Lama tak terdengar kabarnya, malam ini aku kembali melihat
sosok Benny dalam acara televisi yang dipandu oleh Tukul Laptop, dia hadir
bersama anak dan keponakannya plus adiknya Assido panjaitan. Penampilannya malam ini membuat hatiku jadi
terenyuh, Benny yang kutemui dua tahun lalu sudah diubah oleh penyakit yang
menggerogoti tubuhnya, bicaranya sudah terbata-bata dan tentunya sudah tidak
bisa bernyanyi lagi. Namun sungguhpun demikian, keinginannya dalam bermusik
tidak pernah padam, semangatnya masih menyala-nyala terutama ketika Tukul
menanyakan apakah masih menciptakan lagu dengan tegas dia menjawab “Ya.”
Itulah Benny yang sejenak melintas dalam ingatan ku, semoga
Panber tetap jaya dan abadi dalam ingatan penggemarnya, mauliate lae, Horas.
0 comments:
Post a Comment