Pilpres tinggal enam minggu lagi, masing-masing kubu capres
bergerak cepat pada siang dan malam hari. Mereka berlari mengejar waktu,
membina hubungan dengan berbagai pihak, mendatangi petani dan pemusik, merancang
baju seragam sebagai uniform agar mudah dikenali dan menyerang lawan dengan
berbagai cara.
Persaingan antara kedua capres nampaknya semakin keras,
masing-masing kubu sudah saling melempar tuduhan dan ejekan. Ada dalam bentuk
puisi berbalas puisi, ada berbentuk sindiran yang dibalas pula dengan sindiran,
dan ada pula yang memanfaatkan media sosial dalam menebar fitnah dan kebencian.
Seyogyanya, masing-masing capres memaparkan kepada publik
tentang apa yang ingin mereka lakukan bila kelak terpilih menjadi PRESIDEN.
Kemana bangsa dan negara ini mau mereka bawa, dan apa saja langkah kongkrit
yang akan mereka lakukan agar kesejahteraan rakyat bisa lebih meningkat.
Seharusnya kedua capres berdiri ditengah publik, menanyakan
apa kehendak hati rakyat lalu menyusun sebuah program untuk menjawab keingin
rakyat dimaksud. Mereka berdua seharusnya
bisa memaparkan berbagai rencana program yang akan mereka laksanakan.
Rakyat sungguh sudah tidak bodoh lagi, justeru karenanya
jangan dijejali dengan berbagai berita miring tentang masing-masing capres,
tetapi masing-masing capres cobalah bicara dengan santun tanpa harus bicara
tentang keburukan calon yang lain.
Cobalah sajikan kepada rakyat tentang bagaimana nantinya
seorang presiden terpilih akan melaksanakan amanat Reformasi yang diputuskan
oleh Sidang Umum MPR pada 1998 tentang pemberantasan Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme. Yang mana empat Presiden sebelumnya belum mampu menunaikan amanat
MPR tersebut secara tuntas.
Cobalah paparkan bagaimana langkah kongkrit yang semestinya
diambil oleh pemerintahan mendatang untuk mengatasi masalah pendidikan yang
sistem Ujian Nasionalnya pada hari ini masih menjadi bahan perdebatan. Atau
coba sampaikan kepada rakyat tentang upaya pemberantasan korupsi sehingga KPK
tidak hanya sekedar menangkap Koruptor tetapi mampu membatasi langkah orang yang
ingin menggarong uang rakyat.
Sistem pelayanan haji yang amburadul dan menjadi keluhan
masyarakat muslim setiap musim haji juga perlu pembenahan, masing-masing capres
seharusnya mengemukakan konsep bagaimana cara mengatasinya sehingga ummat
muslim Indonesia bisa menjalankan ibadah haji dengan nyaman dan aman, tanpa
dirasuki oleh syak wasangka terhadap penyelenggaraan haji.
Capres juga harus bisa menjelaskan soal tindakannya kedepan
untuk mengatasi lonjakan jumlah tenaga kerja, apa upaya mereka untuk
menciptakan lapangan kerja dan bagaiamana caranya agar jumlah TKI / TKW setiap
tahunnya bisa berkurang.
Untuk Indonesia diwilayah Timur bagaimana pula cara
pengembangannya, sehingga percepatan pembangunan bisa dilakukan tanpa harus
menimbulkan rasa iri bagi saudaranya yang di Barat. Demikian juga soal daerah
perbatasan yang harus dijaga sehingga rakyat disana tidak memilih hijrah
kenegara lain, dan atau wilayah RI menjadi berkurang karena dicaplok oleh
negara tetangga.
Banyak hal lain lagi yang semestinya mereka pikirkan untuk
kepentingan bangsa dan negara ini, dan itu jauh lebih penting dari pada
berbicara tentang keburukan lawan. Bicara tentang kejelekan dan keburukan lawan
baik ditingkat elite maupun ditingkat pendukung yang paling bawah sama saja
artinya menebar kentut kepada rakyat, baunya busuk dan menyengat hidung serta
tidak ada manfaatnya, pekerjaan seperti ini hanya dilakukan oleh politisi
kampungan yang sedang masuk angin. Dan sebagai rakyat pemilih tentunya tidak
ingin dipimpin oleh politisi masuk angin yang kerjanya sepanjang waktu hanya
sekedar ,menebar KENTUT.
0 comments:
Post a Comment