Hari
ini Presiden meresmikan peluncuran uang baru dari gedung BI di Jakarta, dan
peristiwa ini mengingatkan kita pada pidato presiden tentang nilai tukar rupiah
yang selama ini menggunakan dolar sebagai rujukan dalam transaksi
perdagangan internasional. Saat diskusi Ekonomi yang digelar oleh Indef pada 6
Desember yang lalu itu,
Presiden
meminta agar perekonomian Indonesia tidak hanya diukur dengan dolar tetapi juga
dengan mata uang negara lain, salah satunya Yuan, mata uang China. “Menurut
saya, kurs rupiah dan dolar bukan lagi tolok ukur yang tepat,” kata Presiden
dan pidato presiden itu menimbulkan penafsiran sebagai upaya pemerintah
mengalihkan kiblat rujukan nilai tukar rupiah dari dolar menjadi Yuan,
mengingat saat ini China adalah mitra dagang terbesar Indonesia.
Penafsiran
yang sedemikian rupa bukan tanpa alasan, karena sejak awal kecenderungan
memilih China sebagai mitra dagang dan penanam modal di Indonesia sudah
terlihat dengan jelas. Pemerintah menjadikan China sebagai tempat sandaran
harapan dalam mendapatkan pinjaman untuk berbagai proyek pembangunan, terutama
dalam pembangunan infrastruktur dinegeri ini.
Pada
september tahun lalu, tercatat 3 Bank BUMN, seperti Bank Mandiri, BNI dan
BRI mendapatkan pinjaman dari CDB (China Development Bank). China memang tampak
seperti teman yang baik, memberikan pinjaman tidak disertai dengan berbagai
syarat yang berat, tidak mencampuri urusan dalam negeri Indonesia seperti
kebijakan memerangi Teroris yang diinginkan Amerika, atau program pemberantasan
korupsi, penegakan HAM dan lain sebagainya.
Bagi
China yang terpenting adalah proyek yang dibiayai dengan dana pinjaman itu
harus diserahkan kepada mereka untuk mengerjakannya. Terkait fenomena
kecenderungan memilih China sebagai mitra dagang dan investor ini, teringat
pulalah saya pada cerita seorang warga keturunan Tiong Hoa bernama Tan Si Bok
yang masuk kekampung halaman kami dulu sebagai penjerat Babi.
Kehadirannya
teramat sangat dibutuhkan oleh warga kampung untuk menumpas Babi yang merupakan
musuh petani dalam bercocok tanam. Dia mendapat elu-eluan dari warga sekampung
sebagai pahlawan yang telah mebantu petani sekaligus mengobarkan kembali gairah
bercocok tanam.
Tan
Si Bok tidak menuntut syarat apapun, yang penting dia diberi kesempatan
memasang jerat Babi disekitar peladangan warga. Babi hasil tangkapannya dibawa
pulang tanpa menyusahkan petani dikampung tersebut, alhasil terjalinlah kerja
sama yang baik antara sipenjerat Babi dengan para petani, kedua belah pihak
sama-sama diuntungkan, Tan Si Bok mendapat kesempatan makan enak dan Petani
tertolong karena musuh tanaman sudah berangsur hilang.
Kerja
sama tak tertulis ini berlanjut terus, Babi hasil tangkapan Si Bok jadi
menumpuk dan harus dibuatkan kandangnya. Si Bok menjadi orang yang super sibuk,
dia tidak hanya sebagai penjerat Babi tetapi sudah mulai melebarkan sayapnya
sebagai peternak Babi. Lama kelamaan ternak Babi Si Bok jadi berkembang biak,
sehingga dia sudah tidak perlu lagi bersusah payah keluar masuk kampung
memasang jerat babi, tapi cukup mengurus ternaknya dengan baik dan menjualnya
kepasar.
Akibatnya
Si Bok menjadi saudagar Babi yang kaya raya sementara Petani kembali menjadi
resah karena kampung mereka kini benar-benar sudah menjadi tempat kubangan
Babi, dipemukiman penduduk ada kandang Babi milik Tan Si Bok, disawah ladangnya
berkeliaran Babi liar yang lapar dan merusak tanaman.
Kembali
kepersoalan Modal dan mitra dagang dari China ini, saya khawatir kisah Tan Si
Bok itu terulang kembali, dimana China tidak hanya memenangkan tender
pengerjaan proyek saja tetapi mulai megangkut warganya sebagai pekerja, mulai
dari top management dengan dasi dan sepatu yang berkilat hingga sampai ketukang
sapu, semuanya didatangkan dari China dan membuat kesempatan kerja bagi
penduduk lokal jadi terampas.
China
tidak hanya menggelontorkan dananya ke Indonesia, tetapi juga mengirim warganya
sebagai tenaga kerja, ada yang masuk secara legal dan tak sedikit pula yang
tertangkap karena masuk dengan menggunakan visa wisata, bahkan ada isu yang
berkembang bahwa sebagian dari warga negara China yang masuk ke Indonesia itu
adalah Tentara China., Alah mak oi, Jika info ini benar, bukan tak mungkin kita
akan terjebak dalam perangkap Babi milik Tan Si Bok, seperti cerita diatas.
3:49 PM | 0
comments | Read More