Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Lung Bisar dan Burung Jalak

Written By lungbisar.blogspot.com on Wednesday, December 14, 2011 | 3:04 PM

Malam itu Lung Bisar duduk merenungkan peristiwa sedih yang dialaminya sore tadi,  dia dimaki oleh seekor burung “JALAK”, ditambah pula pada malamnya  listrik mati secara tiba-tiba, dia tak bisa berbuat apa-apa lagi kecuali menerima nasib menanggung sedih dalam gelap gulita, apa mau dikata lagi, mau protes ya proteslah sendiri disitu sementara rekening listrik tetap juga harus dibayar tiap bulannya, tidak mau tau listrik menyala apa tidak, jika terlambat siapkan uang tambahan sebagai dendanya.

Malam kian larut lampu belum juga nyala, sementara kenangan pahit yang baru saja terjadi masih membekas dibenaknya. Sore itu Lung Bisar mampir kepasar burung dan melihat seekor JALAK  yang ditempatkan oleh penjualnya jauh dibagian belakang, Lung Bisar berusaha mendekati burung itu, tapi penjualnya melarang secara halus.
“Jangan dekati Jalak itu Lung.”
“Kenapa ?” Tanya Lung Bisar
“Burung itu milik Paduka,” kata penjual  itu dengan nada yang serius sehingga membuat Lung Bisar makin penasaran, dan dengan mengendap-endap secara perlahan Lung Bisar  masuk ketempat burung Jalak itu, dan tiba-tiba ………. “Pantek,”  terdengar burung itu memakinya , suaranya keras sekali, membuat Lung Bisar menjadi kaget dan malu, malu sekali rasanya dimaki oleh seekor  burung JALAK.
 “Itulah sebabnya aku melarang Ulung masuk, kata penjual itu tadi, “burung itu tak dapat berkata lain kecuali mencarut, karena hanya kata itu pulalah yang sering dia dengar dari pemiliknya.” Jelas sipenjual burung kepada Lung Bisar.
Malam kian larut, dingin makin mencekam,  Lung Bisar menutup lamunannya dengan sebuah kesimpulan bahwa itulah takdir yang harus dijalaninya, dan takdir bukanlah hukuman.

0 comments: