Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Anas Menuding Lung Bisar sebagai Orang Rabun Politk

Written By lungbisar.blogspot.com on Saturday, December 17, 2011 | 8:40 AM

Selepas membaca statement Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum,  saya bergegas mengajak Lung Bisar sang penjaga Pos Ronda Dusun Teluk Bano pergi ke dokter mata untuk memeriksakan matanya. Saya khawatir apa yang dikatakan Anas bahwa pengkritik pemerintah itu "rabun secara politik" benar adanya, sehingga dia perlu melakukan penggantian kaca mata.
Begitu tawaran kedokter itu saya sampaikan kepadanya, Lung Bisar mencak-mencak dihadapan saya, niat baik saya benar-benar tak dihargainya, dia malah balik membentak saya

"Tidak ada masalah dengan Mata saya,"
"Tapi Anas bilang mata pengkritik pemerintah itu Rabun secara Politik, Lung Bisar kan sering mengkritik pemerintah, boleh jadi apa yang dikatakan Anas itu benar." Jawabku dengan sedikit ragu.
"Oooo ....... Kalau begitu anda keliru, seharusnya bukan saya yang dibawa kedokter mata,  tapi Anaslah yang harus anda bawa ke psikiater,"  bentaknya dengan nada tinggi.
"Lho, koq begitu ?" Tanya ku.
"Barangkali jiwanya sedang terganggu oleh situasi saat ini. Pernyataan Nazar didepan pengadilan membuat dia tergoncang, isi eksepsi Nazar itu menjadi tiupan angin kencang  kearahnya, membuat Anas linglung dan mabuk bagai penumpang kapal laut, sehingga dia tidak bisa melihat dengan baik dan benar. Maka keluarlah pernyataan politik yang menuding orang yang kritis terhadap pemerintah dan presiden SBY itu sebagai orang yang rabun dalam politik.
"Apa tujuannya ?" Tanya ku dengan heran.
"Dalam situasi seperti itu, Anas butuh perlindungan. Dan tempat berlindung yang paling nyaman adalah orang  kuat seperti SBY,  Presiden sekaligus ketua Dewan Pembina Partai yang dipimpinannya. Jadi untuk menambah simpati dan rasa sayang SBY, Anas perlu membuat pernyataan yang menyenangkan, sehingga SBY bisa melindungi Anas dibawah ketiaknya," hening sejenak nampak Lung Bisar sedang menarik nafas, mengumpulkan tenaga , mengendalikan emosinya yang tiba-tiba memuncak.
"Negeri ini sedang amburadul, dianggapnya sudah berada dijalur yang tepat, baru saja kita dikejutkan oleh peristiwa pembantaian di Mesuji, lalu pemerintah pusat seperti buang badan, dengan pernyataan menhut yang menyebutkan bahwa itu sebagai urusan daerah, entah apa maksudnya. Segepuk uang negara ini ditilap oleh hantu dalam kasus Century, Gayus Tanmbunan, Wisma Atelit, Papua masih bergolak tembak menembak sesama sebangsa, dan lain sebagainya." Tambah Lung Bisar dengan nada tinggi.
"Tapi kan semenjak SBY jadi presiden, orang miskin dan pengangguran jadi berkurang ?" Tanyaku
"Itukan kata Anas, kata LSM dan pengamat sosial tidak, lihat sajalah kenyataannya, masih ada beribu anak jalanan yang merangkai hari tanpa masa depan yang jelas. Televisi sepanjang hari menyiarkan berita duka anak bangsa ini. Jembatan roboh sebelum waktunya menelan korban jiwa. Kehormatan kita sebagai bangsa tercabik-cabik, dengan ringan tangan negara sekecil Malaysia berangan mencaplok wilayah kita tanpa ada perlawanan sedikitpun. Hampir tiap bulan kita menerima peti mati membungkus warga  kita yang dibunuh dari luar negeri, kita menjual bangsa kita sendiri untuk menjadi babu diluar negeri dengan bungkusan elok yang disebut TKW dan diberi gelar kehornmatan sebagai pahlawan devisa." Jawab Lung Bisar sambil menyeruput kopinya.
"Tapi Lung,"
"Tak ada tapi-tapian, pergi ke Anas tu dan katakan padanya, berhentilah memutar balikan fakta, jangan bermain retorika yang tak jelas ujung pangkalnya," jawab Lung Bisar sambil membuang mukanya.
Melihat sikap Lung Bisar seperti itu, mengertilah saya bahwa sudah tak sudi lagi meneruskan pembicaraan, saya harus beranjak dari situ, tak elok terus menerus berada dekat orang tua yang sedang emosi, lebih baik cepat pergi daripada diusir dengan siraman kopi panas. Ngaciiiiiir.

0 comments: