Habis maghrib Lung Bisar
langsung menuju ruang makan. Dia mengajak semua anggota keluarga makan bersama, menyantap nasi dengan panggang
Bebiang plus sambal Belacan, dan lalap rebus
tauk Ubi.
Isterinya minta waktu
sejenak menunggu lampu menyala, namun perut Lung Bisar sudah terlanjur lapar
dan tak bisa ditawar lagi, maka akhirnya mereka sekeluarga makan malam dengan
penerangan seadanya.
Mati lampu, menjadi penyakit
akut yang mewabah dinegerinya saat ini.
Entah apa sebabnya tak ada penjelasan dari pihak PLN. Tanpa pemberitahuan,
tanpa penjelasan, tanpa ada konsesi bagi pelanggan, yang ada hanyalah tagihan
yang setiap bulannya harus dibayar, tidak peduli apakah listrik menyala atayu
tidak.
Suap demi suap nasi
masuk kemulutnya, gelap-gelap makan jalan terus, tapi entah pada suap yang
keberapa tiba-tiba Lung Bisar terpaksa berhenti, kerongkongannya tersengkang
oleh tulang Bebiang, ia sesegukan dan isterinya berusaha memberi air, tapi tak
bisa menolong dan Lung Bisar terpaksa dilarikan kerumah sakit.
Berita Lung Bisar
ketulangan akibat makan dalam gelap ini menyebar keseantero negeri, semua rekan
dan sahabatnya merasa prihatin.
“Lung Bisar adalah
contoh sederhana yang menjadi korban akibat seringnya lampu mati,” kata Iram
Maluk tetangganya, dan ucapan Iram itu mungkin perlu didengar oleh para
petinggi PLN.