Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Guru, Ibas dan Alya

Written By lungbisar.blogspot.com on Friday, November 25, 2011 | 10:23 PM


Lung Bisar, berdiri kaku didepan sekolah dasar Muhammadiyah tempat dia pertama kali menuntut ilmu, ditelinganya  masih terngiang suara Pak Kasim mengeja aksara dan menghitung angka,  diruang matanya terbayang wajah guru idolanya itu. Pak Kasim, guru yang mendedikasikan hidupnya untuk dunia pendidikan dikampung halamannya. Dialah yang mengajarkan banyak murid yang kini menjadi elite dinegeri ini.
Bagi Lung Bisar, Pak Kasim bukan hanya sekedar mengajarkan ilmu disekolah, tapi juga menjadi guru kehidupan bagi banyak orang, hidup sederhana (karena tak gaji tak cukup untuk bermewah-mewah) kesehariannya menjadi panutan,  dan meskipun memiliki kharisma dan pengaruh ditengah masyarakat tapi tak ikut dalam politik praktis, apalagi menjadi tim sukses dalam pemilukada.

Wajah Pak Kasim semakin jelas bermain dipelupuk mata Lung Bisar, saat mana media sedang sibuknya memberitakan pernikahan Ibas dan Alya. Media cetak maupun televisi dengan gencarnya menyiarkan berita pernikahan sepasang anak petinggi negeri itu, mengulas habis secara detail, mengupas tuntas dari berbagai aspek kehidupan dan sudut pandang. Mulai dari acara akad nikah di Cipanas hingga sampai pada persiapan pesta di JCC. Pakaian apa yang dipakai mempelai, siapa yang menghias dan siapa artis yang turut menghibur tetamu juga dibicarakan, liputan nikah ini begitu lengkapnya, termasuk setelah nikah nanti Ibas dan Alya akan berbulan madu kemana dan tinggal dirumah yang mana.
Berita Nikah anak pejabat negeri ini telah menenggelamkan ingatan sementara orang bahwa hari ini adalah hari yang bersejarah dan penting untuk diingat, yaitu hari GURU, hari yang ditetapkan untuk memperingati jasa Bapak dan Ibu Guru, hari yang semestinya dijadikan momentum untuk merenung kembali akan arti pentingnya keberadaan seorang guru. Hari yang semestinya kita mulai memikirkan nasib para pendidik yang sudah berjasa banyak membesarkan isi kepala kita.
Tapi itulah ironisnya, berita seputar Hari GURU tenggelam oleh hiruk pikuknya keramaian suara yang memperbincangkan pernikahan sepasang anak pejabat yang sesungguhnya tidaklah penting untuk didengarkan.
Lung Bisar melangkah dengan perlahan sambil diraut wajahnya masih terlukis rasa kecewa, dan wajah Pak Kasim semakin redup dalam ingatannya, seredup wajah GURU dengan beban yang lebih berat dari “PENDAPATANNYA”.

0 comments: