Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

SBY, Partai atau Negara

Written By lungbisar.blogspot.com on Sunday, March 31, 2013 | 11:08 PM


Pengunduran diri Anas dari jabatan ketua umum ternyata menyisakan banyak persoalan bagi Partai Demokrat, harapan untuk memperbaiki citra dan elektabilitas partai, malah menimbulkan gejolak baru dikalangan internal mereka. Keputusan majelis tinggi menunjuk seorang pelaksana tugas  (PLT) menggantikan posisi Anas, tidak sesuai dengan ketentuan,  AD/ART partai tidak mengenal istilah PLT, pengganti ketua umum yang berhenti harus dipilih lewat kongres luar biasa (KLB).
Digagaslah KLB, dan Ibas ditunjuk sebaga Stering Comitee yang bertanggung jawab penuh  atas penyelenggaraannya pada tanggal 30 sampai 31 Maret di Bali. Cuma persoalannya, PD kesulitan mencari figur pemimpin yang mumpuni, yang mampu meningkatkan elektabilitas partai, yang bersedia mengabdi full timer tapi tak boleh minta dicalonkan sebagai presiden. Ketua terpilih harus mengundurkan diri dari jabatan formalnya karena Majelis tinggi menetapkan ketua umum Partai tidak boleh merangkap jabatan.
Karena kesulitan mencari calon ketua umum itulah kiranya 25 DPD Partai Demokrat datang ke Cikeas meminta kesediaan SBY untuk turun gunung, meninggalkan jabatan Ketua Majelis Tinggi untuk menjadi ketua umum partai.
Bersediakah SBY ?
Konon kabarnya beliau yang bijak bestari ini sempat tercenung selama 10 menit, suasana menjadi hening hingga SBY menjawab akan memikirkan usulan DPD itu. Jawaban yang diberikan SBY ketika itu baru pada tahap memikirkan, belum menyatakan kesediaannya.
Memang tidak ada larangan bagi seorang presiden untuk memimpin partai, tapi lazimnya yang terjadi didunia politik adalah ketua Partai yang mencalonkan diri sebagai presiden bulan sebaliknya. Presiden itu seorang negarawan, tidak berada dalam satu kelompok atau golongan tertentu, tetapi menjadi milik seluruh bangsanya. Justeru itulah sering kita dengar seorang presiden melepaskan seluruh atribut partainya dan mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk bangsa dan negaranya. 
Tidak bisa dinafikan bahwa tugas seorang ketua partai itu amat berat, khususnya saat  berada ditahun politik ini. Tiap-tiap partai sedang mengatur strategi untuk memenangkan pertarungan, memasang kuda-kuda untuk berpacu digelanggang pemilu ditahun depan. Tiap-tiap ketua partai akan disibukan urusan pemilu, mulai dari menyusun daftar calon sementara sampai kepada menyusun rencana pemenangan pemilu.
Tenaga dan pikiran ketua partai akan terkuras, agar partainya mampu meraup suara pemilih, dan oleh karenanya akan menjadi sulit bagi seorang presiden memisahkan dirinya antara seorang ketua partai dengan seorang presiden, termasuk memisahkan fasilitas negara yang dipergunakannya. 
KLB Partai Demokrat ini seakan menjadi batu ujian bagi SBY, beliau berada pada dua pilihan yang sama sulitnya, partai atau negara, meskipun sesungguhnya menjadi ketua partai belum tentu mengabaikan tugas-tugas negara.
Partai boleh berharap penuh kepada SBY, namun sebagai seorang negarawan tentu SBY tidak akan gegabah memutuskan, karena beliau tau bahwa ada kepentingan yang lebih besar yang harus didahulukannya yakni kepentingan rakyat  Indonesia yang telah memilihnya.
Tapi, jika SBY benar-benar bersedia menjadi calon ketua umum,  tentu para elite partai tak perlu lagi ke Bali, tidak ada yang harus dikongreskan lagi. Pengganti ketua umum sudah terpilih dengan sendirinya karena tak mungkin ada calon lain yang akan maju menjadi pesaing SBY.  Dan sejarah akan mencatat bahwa dinegeri ini ada partai politik yang katanya menjadi pilar demokrasi dipimpin oleh sebuah keluarga, dimana ketua dan sekjennya terdiri dari bapak dan anak.
Wallahu’alam

0 comments: