Pendekar
menguasai gelanggang dengan pencak silat, sementara Pendekar Bawang amat mahir
bersilat lidah.
Harga bawang melonjak,
rakyat berteriak, dan presidenpun
bereaksi dengan meminta para pembantunya untuk mencari solusi, membuat langkah
yang lebih serius dan nyata agar masalah
BAWANG ini jangan sampai meresahkan rakyat secara terus menerus.
"Jangan bersilat
lidah di depan pers. Cari solusi. Itu yang ingin saya sampaikan. Saya akan
ikuti terus," kata Presiden saat membuka rapat kabinet terbatas dikantor
presiden Kamis 14 Maret 2013.
Heboh soal naiknya
harga Bawang dan kata “Bersilat Lidah” dalam ungkapan presiden ini mengingatkan
saya pada cerita sederhana tentang dunia persilatan, dimana sebuah gelanggang persilatan akan melahirkan
ahli pencak silat, dan ahli pencak silat ini sering disebut sebagai pendekar.
Dalam dunia persilatan
jumlah pendekar itu tidak terlalu banyak,
seratus murid yang belajar Silat digelanggang satu diantaranya belum
tentu mampu meraih prediket pendekar. Diperlukan kesungguhan dalam berlatih, harus
tekun belajar, bersikap ksatria dan
istiqomah serta memegang teguh pantang larang yang diajarkan oleh sang guru.
Lain halnya dalam dunia
politik, kesungguhan barangkali bisa dinomor duakan karena yang perlu dinomor
satukan itu adalah kedekatan, tidak perlu pintar yang penting
pintar-pintar menempatkan diri. Tidak perlu Istiqomah, yang penting Isi dan
Kemas, dan dalam kondisi seperti ini lahirlah pendekar bawang. Pendekar yang
tidak mementingkan keahlian pencak silat tetapi mahir bersilat lidah.
Presiden memang sudah
mengingatkan para pembantunya agar jangan bersilat lidah, jangan saling
menyalahkan, tetapi melakukan langkah kongkret untuk menyelesaikan masalah,
namun bukan berarti reaksi keras
presiden itu serta merta membuat harga Bawang menjadi turun. Pasar tidak bisa diintervensi dengan hanya
sekedar memberi peringatan, tetapi harus
dengan aksi, dengan tindakan yang mengatur keseimbangan antara Supply dan demand.
Para Menteri terkait
dengan urusan harga Bawang ini tentunya sudah mahfum bagaimana caranya
menjaga agar ketersediaan dan permintaan terhadap Bawang dipasar tetap
seimbang. Kitapun yakin bahwa mereka ini
adalah orang-orang pilihan, dan presiden tentunya tidak sembarangan mengangkat
pembantunya, tetapi jika kemudian kita mendengar ada Menteri yang mengajak rakyat menanam Bawang dihalaman
rumahnya sambil terus menghimbau agar rakyat mengurangi konsumsi Bawang, maka
pantaslah para menteri ini diberi prediket sebagai pendekar bawang.
0 comments:
Post a Comment