“Missa Solemnis”,
sebuah kata yang ditulis dan dipajang oleh seorang komikus terkenal Jan
Mintaraga disebuah pentas, tempat dimana
Koesplus manggung. Saat itu barangkali tidak banyak yang tau apa makna dari
tulisan tersebut. Para penggemar musik yang menyaksikan penampilan Koesplus saat
itu barangkali juga tidak terlalu memperhatikannya kecuali menganggapnya sekedar
belaka.
Tulisan itu dikutip
dari karya komponis ternama Beethoven, dengan makna “Bermula dari hati, akan
mendapat tempat dihati” , dan ternyata
dalam perjalanan sejarah musik Indonesia Koesplus memang benar-benar mendapat
tempat dihati publik, kelompok musik ini melegenda dan mendunia, dikenal dan
digandrungi oleh tua dan muda, termasuk anak-anak yang belum lahir saat Koesplus
masih jaya-jayanya.
Sejarah panjang Koesplus bermula dari
band Teen Ager’s Voice pada
tahun 1952, group musik bentukan Tony Koeswoyo (alm) ini kemudian
berganti nama dengan Irama Remaja, dimana seorang aktor kawakan, Sophan Sopian tercatat
sebagai salah satu anggotanya, kemudian mengalami perubahan lagi menjadi Koes
& Bros, diawaki oleh Tony dan 4 saudaranya yang lain, plus Jan Mintaraga.
Tidak banyak yang dapat diungkap tentang
Teen Voice , Irama Remaja sampai ke Koes & Bros, hingga akhirnya pada tahun
1960 dengan bekal peralatan Band yang dibeli oleh saudaranya Koesdjono
Koeswoyo, Tony membentuk group musik yang baru dengan nama Koes Bersaudara,
dengan personelnya terdiri dari Koesjono Koeswoyo (DJon), Koestono Koeswoyo
(Tony), Koesnomo Koeswoyo (Nomo), Koesyono (Yon) , dan Koesroyo Koeswoyo ( Yok).
Kemudian pada tahun 1963 Karena sesuatu
dan lain-lain hal Koesdjono keluar dari kelompok musik tersebut dan diteruskan
oleh Tony dengan adik-adiknya, yang kemudian dikenal dengan nama Tony, Nomo,
Yon dan Yok.
Beberapa tahun kemudian kelompok ini
makin menampakkan dirinya, lagu-lagunya mulai mendapat tempat dihati para
penikmat musik ditanah air, maka jadilah lagu-lagu Koes Bersaudara seperti Dara
manisku, Telaga Sunyi, Bis Sekolah, Kuduslah cintaku, Pagi yang Indah, dan lain-lain
memenuhi ruang dan waktu dinegeri ini, stasion radio baik-RRI maupun radio
swasta seakan berlomba-lomba memutar lagu mereka.
Ketenaran itu kemudian berbuah
pahit, oleh pemerintah yang waktu itu sangat anti Barat menuding lagu-lagu Koes
Bersaudara berbau Nekolim (Neo Kolonial dan Imprealis), dianggap berbahaya
karena bisa meracuni jiwa generasi muda, diejek sebagai musik Ngak Ngik Ngok
dan akhirnya pada hari Kamis 1 Juli 1965,
mereka ditangkap oleh Komando Operasi Tertinggi (KOTI) dan ditahan dipenjara
Glodok.
Anehnya lagi ketika penangkapan itu Nomo
yang disamping bermusik, juga berbisnis tidak ikut ditangkap tetapi datang
menyerahkan diri, sepertinya Nomo ingin mengatakan lebih baik sengsara
bersama-sama dari pada senang sendirian, mangan ora mangan ngumpul.
Tony Koeswoyo dan adik-adiknya
dibebaskan pada 29 September 1965, sehari sebelum
meletusnya peristiwa subuh berdarah G 30 S-PKI, mereka ditahan dan dibebaskan
tanpa keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum. Misteri penahanan mereka sedikit terkuak pada
akhir 2008, saat hadir diacara talkshow KICK ANDY (Metro TV) Yok Koeswoyo
mewakili saudara-saudaranya bercerita bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di balik penangkapan mereka, pemerintahan
Soekarno menugaskan mereka untuk melakukan operasi Kontra Intelejen guna
mendukung gerakan Ganyang Malaysia.
Keluar dari
penjara mereka terus berkarya, lagu-lagu yang mereka ciptakan sewaktu berada
dalam penjara masing dengan judul Mengapa Hari Telah Gelap, Balada Kamar 15,
Didalam Bui, Jadikan aku Dombamu, dan
lainnya direkam dalam plat ebonite, dan laku keras dipasaran. Namun itu tidak
bertahan lama, produktivitas Koes Bersauadara kemudian melemah kembali pada penghujung
tahun 60 an atau tepatnya pada era 1968 hingga 1969.
Selentingan
kabar angin bahwa menyebutkan bahwa ada perbedaan pandangan antara Nomo dengan
Tony, Nomo berpandangan bahwa harus ada usaha yang jelas untuk kelangsungan
hidup disamping bermain musik, sementara bagi Tony musik bukanlah ekerjaan
sambilan, tetapi sesuatu yang harus ditekuni dengan serius. Tony lebih memilih
Musik sebagai tempat bergantungnya harapan
dan oleh karenana dia bertekad hidup mati dengan musik, dan konon kengototan
Tony inilah yang membuat Nomo hengkang dari Koes Bersaudara dan kedudukannya
digantian oleh Murry. Seiring dengan itu pula nama Koes Bersaudara berubah
menjadi Koesplus.
Setelah pergantian
personil tersebut nama group musik pimpinan Tonny Koeswojo ini mulai melejit kembali.
Lagu-lagunya merakyat, gampang dinyanyikan dan mudah diingat, dekat dengan
keseharian kita membuat Koesplus semakin digandrungi oleh para
penggemarnya. Sejumlah lagu-lagunya menjadi hit, sebut saja Kolam Susu, Nusantara
I s/d VI, Layang-layang, Kapan-Kapan, Diana dan banyak lagi sederetan lagu
lainnya yang sejak mereka nyanyikan hingga kini masih lengket dibenak para
penggemarnya.
Tahun 1972 hingga akhir 1976 merupakan masa jayanya, barangkali
tidak ada penikmat musik dinegeri ini yang tidak mengenal Koesplus. Masa-masa
ini mereka dikenal sangat productive, tercatat sepanjang tahun 1974 mereka
mengeluar 22 album, hampir 2 album dalam setiap bulannya, tahun 1975 sebanyak 6
album dan tahun 1976 ada 10 album.
Menurut harian Kompas, Koes Plus telah melahirkan sebanyak
750 lagu dalam 72 album (Kompas 13 Sept 2001). Dan penting dicatat bahwa lagu-lagu mereka benar-benar enak didengar dan bermutu,
menjadi sesuatu yang akrab ditelinga pencinta musik tanah air, menjadi lagu
yang sering diputar dalam siaran radio dan banyak dinyanyikan dalam berbagai acara
pesta.
Hal ini tentunya merupakan sesuatu yang sulit dicapai
oleh kelompok musik lain, baik bagi pemusik dizamannya maupun oleh pemusik
zaman sekarang. Dan prestasi ini dicapai oleh Koesplus barangkali karena karya cipta
mereka “Bersumber dari hati, dan hasilnya mendapat tempat dihati para
penggemarnya
0 comments:
Post a Comment