Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Koes Plus (Bermula dari hati)

Written By lungbisar.blogspot.com on Wednesday, March 13, 2013 | 1:48 AM


“Missa Solemnis”, sebuah kata yang ditulis dan dipajang oleh seorang komikus terkenal Jan Mintaraga  disebuah pentas, tempat dimana Koesplus manggung. Saat itu barangkali tidak banyak yang tau apa makna dari tulisan tersebut. Para penggemar musik yang menyaksikan penampilan Koesplus saat itu barangkali juga tidak terlalu memperhatikannya kecuali menganggapnya sekedar belaka.

Tulisan itu dikutip dari karya komponis ternama Beethoven, dengan makna “Bermula dari hati, akan mendapat tempat dihati” ,  dan ternyata dalam perjalanan sejarah musik Indonesia Koesplus memang benar-benar mendapat tempat dihati publik, kelompok musik ini melegenda dan mendunia, dikenal dan digandrungi oleh tua dan muda, termasuk anak-anak yang belum lahir saat Koesplus masih jaya-jayanya.

Sejarah panjang Koesplus bermula dari band Teen Ager’s Voice pada tahun 1952, group musik bentukan Tony Koeswoyo (alm) ini kemudian berganti nama dengan Irama Remaja, dimana seorang aktor kawakan, Sophan Sopian tercatat sebagai salah satu anggotanya, kemudian mengalami perubahan lagi menjadi Koes & Bros, diawaki oleh Tony dan 4 saudaranya yang lain, plus Jan Mintaraga.
Tidak banyak yang dapat diungkap tentang Teen Voice , Irama Remaja sampai ke Koes & Bros, hingga akhirnya pada tahun 1960 dengan bekal peralatan Band yang dibeli oleh saudaranya Koesdjono Koeswoyo, Tony membentuk group musik yang baru dengan nama Koes Bersaudara, dengan personelnya terdiri dari Koesjono Koeswoyo (DJon), Koestono Koeswoyo (Tony), Koesnomo Koeswoyo (Nomo), Koesyono (Yon) , dan Koesroyo Koeswoyo ( Yok).
Kemudian pada tahun 1963 Karena sesuatu dan lain-lain hal Koesdjono keluar dari kelompok musik tersebut dan diteruskan oleh Tony dengan adik-adiknya, yang kemudian dikenal dengan nama Tony, Nomo, Yon dan Yok.
Beberapa tahun kemudian kelompok ini makin menampakkan dirinya, lagu-lagunya mulai mendapat tempat dihati para penikmat musik ditanah air, maka jadilah lagu-lagu Koes Bersaudara seperti Dara manisku, Telaga Sunyi, Bis Sekolah, Kuduslah cintaku, Pagi yang Indah, dan lain-lain memenuhi ruang dan waktu dinegeri ini, stasion radio baik-RRI maupun radio swasta seakan berlomba-lomba memutar lagu mereka.
Ketenaran itu kemudian berbuah pahit, oleh pemerintah yang waktu itu sangat anti Barat menuding lagu-lagu Koes Bersaudara berbau Nekolim (Neo Kolonial dan Imprealis), dianggap berbahaya karena bisa meracuni jiwa generasi muda, diejek sebagai musik Ngak Ngik Ngok dan akhirnya pada hari Kamis 1 Juli 1965, mereka ditangkap oleh Komando Operasi Tertinggi (KOTI) dan ditahan dipenjara Glodok.
Anehnya lagi ketika penangkapan itu Nomo yang disamping bermusik, juga berbisnis tidak ikut ditangkap tetapi datang menyerahkan diri, sepertinya Nomo ingin mengatakan lebih baik sengsara bersama-sama dari pada senang sendirian, mangan ora mangan ngumpul.
Tony Koeswoyo dan adik-adiknya dibebaskan pada 29 September 1965, sehari sebelum meletusnya peristiwa subuh berdarah G 30 S-PKI, mereka ditahan dan dibebaskan tanpa keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum.  Misteri penahanan mereka sedikit terkuak pada akhir 2008, saat hadir diacara talkshow KICK ANDY (Metro TV) Yok Koeswoyo mewakili saudara-saudaranya bercerita bahwa ada sesuatu yang tersembunyi  di balik penangkapan mereka, pemerintahan Soekarno menugaskan mereka untuk melakukan operasi Kontra Intelejen guna mendukung gerakan Ganyang Malaysia.
Keluar dari penjara mereka terus berkarya, lagu-lagu yang mereka ciptakan sewaktu berada dalam penjara masing dengan judul Mengapa Hari Telah Gelap, Balada Kamar 15, Didalam Bui, Jadikan aku Dombamu,  dan lainnya direkam dalam plat ebonite, dan laku keras dipasaran. Namun itu tidak bertahan lama, produktivitas Koes Bersauadara kemudian melemah kembali pada penghujung tahun 60 an atau tepatnya pada era 1968 hingga 1969.

Selentingan kabar angin bahwa menyebutkan bahwa ada perbedaan pandangan antara Nomo dengan Tony, Nomo berpandangan bahwa harus ada usaha yang jelas untuk kelangsungan hidup disamping bermain musik, sementara bagi Tony musik bukanlah ekerjaan sambilan, tetapi sesuatu yang harus ditekuni dengan serius. Tony lebih memilih Musik sebagai  tempat bergantungnya harapan dan oleh karenana dia bertekad hidup mati dengan musik, dan konon kengototan Tony inilah yang membuat Nomo hengkang dari Koes Bersaudara dan kedudukannya digantian oleh Murry. Seiring dengan itu pula nama Koes Bersaudara berubah menjadi Koesplus.

Setelah pergantian personil tersebut nama group musik pimpinan Tonny Koeswojo ini mulai melejit kembali. Lagu-lagunya merakyat, gampang dinyanyikan dan mudah diingat, dekat dengan keseharian kita membuat  Koesplus semakin digandrungi oleh para penggemarnya. Sejumlah lagu-lagunya menjadi hit, sebut saja Kolam Susu,   Nusantara I s/d VI, Layang-layang, Kapan-Kapan, Diana dan banyak lagi sederetan lagu lainnya yang sejak mereka nyanyikan hingga kini masih lengket dibenak para penggemarnya.
Tahun 1972 hingga akhir 1976 merupakan masa jayanya, barangkali tidak ada penikmat musik dinegeri ini yang tidak mengenal Koesplus. Masa-masa ini mereka dikenal sangat productive, tercatat sepanjang tahun 1974 mereka mengeluar 22 album, hampir 2 album dalam setiap bulannya, tahun 1975 sebanyak 6 album dan tahun 1976 ada 10 album.
Menurut harian Kompas, Koes Plus telah melahirkan sebanyak 750 lagu dalam 72 album (Kompas 13 Sept 2001). Dan penting dicatat bahwa lagu-lagu mereka benar-benar enak didengar dan bermutu, menjadi sesuatu yang akrab ditelinga pencinta musik tanah air, menjadi lagu yang sering diputar dalam siaran radio dan banyak dinyanyikan dalam berbagai acara pesta.
Hal ini tentunya merupakan sesuatu yang sulit dicapai oleh kelompok musik lain, baik bagi pemusik dizamannya maupun oleh pemusik zaman sekarang. Dan prestasi ini dicapai oleh Koesplus barangkali karena karya cipta mereka “Bersumber dari hati, dan hasilnya mendapat tempat dihati para penggemarnya

0 comments: