Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Lung Bisar dan Gubernur Riau

Written By lungbisar.blogspot.com on Sunday, March 3, 2013 | 9:09 PM

“Menetes air mata saya,” kata Lung Bisar memulai percakapannya. Raut wajahnya mencerminkan kelelahan yang teramat sangat, lalu menyeruput seteguk kopi yang sudah disiapkan oleh Pak Bual.
“Dari mana tadi Lung ?” Tanya ku.
“Dari kantor Gubernur,” jawabnya singkat. Kemudian sambil menghela nafas ia membetulkan letak peci dikepalanya iapun mulai bercerita panjang lebar tentang apa saja yang baru dialaminya dikantor Gubernur.
“Bermula dari undangan lisan Gubernur Riau lewat berbagai media agar rakyat datang kekantornya pada hari Senin guna mendengarkan pidatonya, maka setelah sholat subuh tadi saya tidak tidur lagi, bersiap-siap untuk memenuhi undangan sang Gubernur. Saya merasa tersanjung, karena seumur-umur saya baru kali inilah saya diundang oleh seorang gubernur untuk datang kekantormya.”
“Oooooo ………, jadi ceritanya tadi ikut upacara dikantor Gubernur ?” Tanya ku lagi dan dia menjawab dengan singkat “Ya, katanya sambil menyeringai.
“Apa isi pidato Gubenur itu tadi Lung ?”
“Entahlah, kurang begitu jelas bagi saya, banyak hal yang dia sampaikan cuman satu kata yang melekat diotak saya.”
“Apa itu Lung ?”
“Musibah,” jawabnya singkat.
“Oooooo ………………. , jadi karena cerita musibah itu anda menangis ?”
“Tidak juga.”
“Lalu kenapa ?”
“Karena saat pak Gubernur pidato, sepeda ontel saya dicuri orang, saya mau teriak tak bisa, takut dianggap mengganggu gubernur yang sedang menyampaikan pesan pentingnya, saya terpaksa berdiam diri sambil meneteskan air mata menyaksikan sepeda saya dilarikan orang, jadi isi pidato Gubernur itu setali tiga uang dengan nasib saya, sama-sama mendapat musibah.” Jawab Lung Bisar menutup ceritanya, saya merasa terenuh mendengarnya dan tak sanggup lagi meneruskan perbincangan.

0 comments: