Dalam
perbincangan kami di Bandara Sultan Syarif Kasim II terungkap bahwa
keberangkatan Lung Bisar kali ini bertujuan untuk mencari Hang Jebat. Saya
tertegun mendengarnya, tokoh legenda itu sudah lama mangkat. Dia mati
sebagai seorang pendurhaka, melakukan amuk besar melawan penguasa,
menuntut bela atas kematian sahabatnya Hang Tuah yang dihukum mati oleh
raja.
Hang
Jebat tak terima sahabatnya diperlakukan seperti itu, Tuah dihukum
karena fitnah dari Patih Kermawijaya, bukan atas kesalahan yang
dilakukannya. Oleh karena itulah Jebat bereaksi keras, menghunus keris
menuntut bela.
Ternyata
hukuman mati yang dijatuhkan kepada Hang Tuah tidak dijalankan
sebagaimana mestinya, Datuk Bendahara sang eksekutor hanya
menyembunyikan Tuah didalam hutan, dan dipanggil kembali mengabdi ketika
Amuk Jebat sudah sampai pada tingkat mengancam keselamatan Sultan.
“Tokoh
sekaliber Hang Jebat itu perlu dihadirkan di Riau ini,” katanya lagi,
seakan dia ingin menegaskan bahwa kepergiannya itu memang serius untuk
mencari Hang Jebat.
Karena
terbatasnya waktu dan Lung Bisar buru-buru harus menuju keruang tunggu,
maka tinggallah saya tertegun menebak-nebak maksud ucapan Lung Bisar
itu tadi.
Mungkin
dia sudah jenuh melihat sikap para pemimpin dan elite politik yang ada
di Riau ini, sehingga diperlukan tokoh yang berani berkata tidak pada
penguasa, berani menegur dan mengoreksi kebijakan pemimpin yang
merugikan rakyat, bersikap tegas atas ketidak adilan.
Dua
mantan gubernur di Riau ini secara berturut-turut tersangkut perkara
korupsi. Dimulai dari Soeripto yang tersangkut kasus reklamasi pantai.
Penggantinya Saleh Djasit tersangkut perkara Korupsi Alat Pemadam
Kebakaran dan dilanjutkan oleh Rusli Zainal yang tersangka kasus PON.
Selain
ketiga pemimpin itu ada pula sederet nama wakil rakyat yang digaruk
oleh KPK, dan tidak tertutup kemungkinan jumlahnya bakal bertambah lagi,
mengingat kesaksian dari tersangka sebelumnya menyebut beberapa nama
yang kini masih bebas melenggang dan duduk dikursi Dewan.
Selain
Gubernur dan anggota DPRD Provinsi, sejumlah Bupati di Riau ini juga
meringkuk dibalik terali besi, mereka itu diantaranya mantan Bupati
Pelalawan, mantan Bupati Siak dan mantan Bupati Kampar, kesemuanya
didakwa melakukan kesalahan yang sama yakni tindak pidana korupsi.
Tapi mengapa bukan Hang Tuah yang dipilih oleh Lung Bisar ?
Tuah
memang lebih perkasa, tapi dia lebih setia kepada penguasa dibanding
kepada sahabat karibnya sendiri. Hang Tuah itu hanya berani terhadap
rakyat, tapi tunduk pada
penguasa, dia lebih setia pada Sultan meskipun dia tau Raja Alim Raja
disembah, Raja Zalim Raja disanggah. Sebalikna Jebat orang tegas, berani
menegur penguasa, menentang keputusan Sultan yang keliru. Kesetiaannya
terhadap kawan senasib (rakyat) tidak berbelah bagi dan keputusannya
mendurhaka pada sultan karena ingin membela Hang Tuah yang diperlakukan
dengan semena-mena.
Jadi,
melihat kondisi Riau saat ini, dimana para elite dan pemimpinnya banyak
tersandung masalah hukum maka diperlukan orang yang berani bicara
lantang seperti Hang Jebat, untuk mengoreksi keputusan penguasa yang
keliru dan merugikan rakyat, itu lebih baik dari pada para pemimpin dan
penguasa di Riau ini terlanjur melakukan tindak pidana korupsi dan
akhirnya digaruk oleh KPK.
Untuk
itulah barangkali Lung Bisar mencari Hang Jebat, meskipun dia sendiri
tau bahwa pencariannya itu ibarat melangkah diawang-awang.
0 comments:
Post a Comment