Dihari-hari terakhir ini kita dikejutkan oleh ISU tentang akan adanya kudeta terhadap pemerintahan yang syah. Isu
tersebut semakin santer terdengar manakala para jenderal yang sudah
purna bhakti bertemu dengan presiden tanggal 13 Maret yang lalu. Konon
kabarnya isu tersebut sangat akurat dan bersumber dari laporan
intelijen.
Kita
patut merasa cemas akan isu ini, karena istilah kudeta itu sendiri
mengandung makna penjungkirbalikan kekuasaan secara paksa. Bila benar
terjadi, Kudeta tidak hanya akan menjatuhkan penguasa, tetapi juga akan
menjatuhkan korban yang tak sedikit. Pertempuran akan sulit dihindari,
tentara yang setia dengan republik akan berhadap-hadapan dengan pihak
yang melakukan kudeta.
Desingan
peluru akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keseharian kita
sepanjang waktu, dan ditiap-tiap letusan senjata dengan sendirinya akan
menelan korban. Para pengurus Masjid dan yayasan sosial akan tunggang
langgang dalam penyelenggaraan jenazah, mulai dari memandikan,
menyolatkan hingga sampai pada menguburkan jasad korban. Para penggali
kubur juga kebagian getahnya, mereka harus bekerja ekstra sepanjang hari
agar tidak ada korban yang terlantar dan terlambat masuk keliang lahat.
Kudeta
yang sudah terlanjur dilancarkan sulit untuk dihentikan, pihak yang
menang sementara waktu boleh naik tahta, tapi bukan berarti pihak yang
dikudeta akan bungkam selamanya, mereka diam sambil menyusun strategi
dan taktis sambil menunggu waktu
yang tepat untuk melakukan serangan balik, demikianlah seterusnya hingga
perang saudara menjadi sesuatu sulit dihindari, dan pada akhirnya rakyat jualah yang akan menanggung beban deritanya.
Tapi, benarkah akan ada kudeta ? siapakah
yang berada dibalik rencana kudeta itu, sebesar apakah kekuatan yang
dimilikinya, rentetan pertanyaan itu datang bertubi-tubi, bermain-main
dalam benak kita.
Biasanya
kudeta itu dilakukan oleh sekelompok orang bersenjata, dan dinegeri ini
senjata yang paling lengkap itu hanya dimiliki oleh TNI, kalaupun ada
teroris dan kelompok separatis, jumlahnya tidak seberapa, paling banter
mereka hanya mampu membuat bom rakitan dan
diledakkan didepan hotel atau tempat hiburan malam. Tindakannya hanya
sebatas mengacaukan keamanan, tidak sampai mengganggu stabilitas politik
apalagi sampai melakukan kudeta.
TNI dipastikan tidak akan mau melakukan kudeta, karena tentara kita adalah prajurit Sapta Marga yang setia pada negara, tindakan itu
amatlah nista dimata mereka. Kita haqqul yakin bahwa TNI adalah
orang-orang yang mencintai negeri ini dengan sepenuh hati. Justeru itu
kita tidak yakin kalau TNI mau melakukan kudeta.
Kelompok
besar lainnya adalah Partai Politik. Partai memang memiliki anggota
dalam jumlah yang besar, tapi bukan rahasia lagi bahwa partai – partai
yang ada dinegeri ini bukanlah partai yang mendapat dukungan sepenuh
hati. Dukungan yang mereka peroleh adalah dukungan semu, tergantung pada
buah tangan yang mereka bawa saat kampanye. Jangankan dukungan untuk
melakukan kudeta, dukungan dalam pemilu saja sulit mereka peroleh,
justeru itulah sering kita dengar besarnya jumlah Golput pada setiap
pemilihan umum maupun pemilukada.
Ada
pula kelompok barisan sakit hati, mereka ini merupakan kumpulan
orang-orang yang dulunya pernah berada dilingkungan kekuasaan, yang oleh
sebab sesuatu dan lain-lain hal kini
terpinggirkan. Sebagian diantaranya ada yang dihinggapi penyakit post
ower syndrome, latah dan lain sebagainya tetapi masih ingin tetap eksis.
Mereka bersatu bukan karena persamaan ideologi dan cita-cita tetapi
berkumpul karena merasa senasib sepenanggungan. Jumlahnya tidaklah
terlalu besar dan rentan perpecahan, serta tidak pula memiliki kekuatan
untuk melakukan kudeta.
Jadi, kelompok mana lagi yang mungkin melakukan kudeta? Pertanyaaan
ini sulit dijawab oleh akal sehat kita. Jika ada kelompok yang dengan
sengaja berani merencakan kudeta terhadap pemerintahan yang syah,
barangkali tindakan itu hanya akan sia-sia belaka karena tidak akan
pernah mendapat dukungan dari rakyat.
Tetapi,
dalam situasi tertentu, ketika penguasa sudah tidak lagi berlaku adil
terhadap rakyatnya, korupsi terjadi dimana-mana, hukum tidak lagi
ditegakkan, para pejabat negara berlomba-lomba menumpuk kekayan ,
pemerintah menjalankan kekuasaannya dengan sewenang-wenangnya, republik
seakan menjadi taming bagi praktik politik dinasti dan perkoncoan, maka
bukan tidak mungkin rakyat akan turun kejalan sambil berujar “Raja Alim
Raja disembah, Raja zalim Raja disanggah,” dan
bila itu yang terjadi, maka bukan Kudeta lagi namanya, tetapi people
power, sebuah istilah yang saya sendiri sudah lupa maknanya.
0 comments:
Post a Comment