Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya
Powered by Blogger.

Visitors

Powered By Blogger

Featured Posts

Like us

ads1

SBY, Partai atau Negara

Written By lungbisar.blogspot.com on Sunday, March 31, 2013 | 11:08 PM


Pengunduran diri Anas dari jabatan ketua umum ternyata menyisakan banyak persoalan bagi Partai Demokrat, harapan untuk memperbaiki citra dan elektabilitas partai, malah menimbulkan gejolak baru dikalangan internal mereka. Keputusan majelis tinggi menunjuk seorang pelaksana tugas  (PLT) menggantikan posisi Anas, tidak sesuai dengan ketentuan,  AD/ART partai tidak mengenal istilah PLT, pengganti ketua umum yang berhenti harus dipilih lewat kongres luar biasa (KLB).
Digagaslah KLB, dan Ibas ditunjuk sebaga Stering Comitee yang bertanggung jawab penuh  atas penyelenggaraannya pada tanggal 30 sampai 31 Maret di Bali. Cuma persoalannya, PD kesulitan mencari figur pemimpin yang mumpuni, yang mampu meningkatkan elektabilitas partai, yang bersedia mengabdi full timer tapi tak boleh minta dicalonkan sebagai presiden. Ketua terpilih harus mengundurkan diri dari jabatan formalnya karena Majelis tinggi menetapkan ketua umum Partai tidak boleh merangkap jabatan.
Karena kesulitan mencari calon ketua umum itulah kiranya 25 DPD Partai Demokrat datang ke Cikeas meminta kesediaan SBY untuk turun gunung, meninggalkan jabatan Ketua Majelis Tinggi untuk menjadi ketua umum partai.
Bersediakah SBY ?
Konon kabarnya beliau yang bijak bestari ini sempat tercenung selama 10 menit, suasana menjadi hening hingga SBY menjawab akan memikirkan usulan DPD itu. Jawaban yang diberikan SBY ketika itu baru pada tahap memikirkan, belum menyatakan kesediaannya.
Memang tidak ada larangan bagi seorang presiden untuk memimpin partai, tapi lazimnya yang terjadi didunia politik adalah ketua Partai yang mencalonkan diri sebagai presiden bulan sebaliknya. Presiden itu seorang negarawan, tidak berada dalam satu kelompok atau golongan tertentu, tetapi menjadi milik seluruh bangsanya. Justeru itulah sering kita dengar seorang presiden melepaskan seluruh atribut partainya dan mencurahkan segenap tenaga dan pikirannya untuk bangsa dan negaranya. 
Tidak bisa dinafikan bahwa tugas seorang ketua partai itu amat berat, khususnya saat  berada ditahun politik ini. Tiap-tiap partai sedang mengatur strategi untuk memenangkan pertarungan, memasang kuda-kuda untuk berpacu digelanggang pemilu ditahun depan. Tiap-tiap ketua partai akan disibukan urusan pemilu, mulai dari menyusun daftar calon sementara sampai kepada menyusun rencana pemenangan pemilu.
Tenaga dan pikiran ketua partai akan terkuras, agar partainya mampu meraup suara pemilih, dan oleh karenanya akan menjadi sulit bagi seorang presiden memisahkan dirinya antara seorang ketua partai dengan seorang presiden, termasuk memisahkan fasilitas negara yang dipergunakannya. 
KLB Partai Demokrat ini seakan menjadi batu ujian bagi SBY, beliau berada pada dua pilihan yang sama sulitnya, partai atau negara, meskipun sesungguhnya menjadi ketua partai belum tentu mengabaikan tugas-tugas negara.
Partai boleh berharap penuh kepada SBY, namun sebagai seorang negarawan tentu SBY tidak akan gegabah memutuskan, karena beliau tau bahwa ada kepentingan yang lebih besar yang harus didahulukannya yakni kepentingan rakyat  Indonesia yang telah memilihnya.
Tapi, jika SBY benar-benar bersedia menjadi calon ketua umum,  tentu para elite partai tak perlu lagi ke Bali, tidak ada yang harus dikongreskan lagi. Pengganti ketua umum sudah terpilih dengan sendirinya karena tak mungkin ada calon lain yang akan maju menjadi pesaing SBY.  Dan sejarah akan mencatat bahwa dinegeri ini ada partai politik yang katanya menjadi pilar demokrasi dipimpin oleh sebuah keluarga, dimana ketua dan sekjennya terdiri dari bapak dan anak.
Wallahu’alam
11:08 PM | 0 comments | Read More

Apakah PD akan Tenggelam

Written By lungbisar.blogspot.com on Wednesday, March 27, 2013 | 11:39 PM


jika salah menghitung, langkah akan terpuruk dijurang yang dalam, dan nama besar PD akan tinggal kenangan belaka.

Semula diyakini bahwa turunnya Anas dari kursi ketua umum akan mampu memperbaiki elektabilitas partai, kenyataannya malah PD menjadi repot sendiri mencari penggantinya dan elektabilitas partai tak juga membaik.
Perkara elektabilitas inilah yang memusingkan kepala para elite partai, mereka resah mencari jalan keluarnya, sementara Anas berhenti sambil menebar kata-kata tajam yang bagaikan anak panah lepas dari busurnya.
Diluar perhitungan banyak pihak, Anas yang kesehariannya terlihat santun itu ternyata mampu melakukan perlawanan, meskipun tidak dengan cara yang prontal, namun langkah-langkah yang dilakukannya merupakan serangan balik terhadap pihak-pihak yang menggusurnya dari PD.
Siapakah figur yang bisa dihandalkan oleh Demokrat itu ? Sejumlah nama memang sudah digadang-gadang menjadi calon ketua umum. Dari kalangan internal, muncul nama Marzuki Alie, dan Saan Mustopa, sementara dari Puri Cikeas disebut-sebut pula nama Ani Yudhoyono, dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).
Marzuki dan Saan Mustopa nampaknya sudah melakukan sejumlah manuver diberbagai  daerah. Saan mengaku terus melakukan komunikasi intensif dengan para pengurus didaerah  meskipun dia sendiri tak pernah mengungkapkan daerah mana yang akan mendukungnya.
Sementara itu kubu Marzuki sudah mulai melakukan konsolidasi dengan mengumpulkan pengurus DPC-DPC di Makassar beberapa waktu lalu, terakhir mereka berkumpul di Ancol dan konon kabarnya konsolidasi yang dilakukannya itu berbuah teguran dari ketua majelis tinggi.
Dari kubu Cikeas, meski tidak pernah terdengar suara mereka ingin mencalonkan diri, tapi kader Demokrat seakan berlomba-lomba ingin mencalonkannya, belum ada jawaban pasti apakah diantara ketiganya akan menolak atau menerima pencalonan itu.
Jika Saan dan Marzuki terpilih, mampukah kedua fungsionaris partai ini merebut hati pemilih, apakah mereka memiliki daya juang yang baik untuk mendongkrak elektabilitas partai, apakah keduanya punya nilai jual yang tinggi guna meraih simpati rakyat ? Jawabnya tentu kader PD yang tau, namun satu hal yang harus dimaklumi, bahwa melorotnya elektabilitas partai bukan hanya karena faktor ketua umum, tetapi juga karena terungkapnya beberapa kasus korupsi yang melibatkan elite partai ini.
Demikian juga halnya dengan pencalonan trio Cikeas (SBY, Ani Yudhono dan Ibas) meskipun hingga hari ini ketiganya relatif bersih dari sangkaan negatif dan diyakini mampu membersihkan partai ini dari para pencoreng nama baik, namun apa jadinya partai ini, jika ketua dan sekjennya adalah ibu dan anak, plus ketua majelis tinginya dipegang oleh sang suami. Publik akan menilai PD hanya milik keluarga Cikeas, dan pada gilirannya nanti ketika ikut pemilu hanya sedulur mereka yang berkenan memilih.
Untuk itulah, PD harus menghitung ulang dengan cermat, agar KLB yang akan dilaksanakan akhir Maret ini bisa menjadi langkah awal kebangkitan partai, bisa memulihkan kepercayaan publik, dan pada gilirannya sukses mendulang suara pada pemilu 2014 mendatang.
jika salah menghitung, langkah akan terpuruk dijurang yang dalam, dan nama besar PD akan tinggal kenangan belaka.
11:39 PM | 0 comments | Read More

SBY Memang Harus Turun

Written By lungbisar.blogspot.com on Monday, March 25, 2013 | 11:39 PM


Terbuktilah sudah bahwa apa yang disebut-sebutkan sebagai isu kudeta itu hanyalah isapan jempol belaka, hari ini Jakarta aman-aman saja, tak ada pasukan bersenjata yang mendatangi istana untuk memaksa SBY turun dari kursi kekuasaannya. Tidak ada kekerasan yang mengarah pada tindakan merampas kekuasaan, dan tidak ada pula peristiwa tembak menembak antara tentara dengan pelaku kudeta. Alhamdulillah, hari ini berlalu dengan damai, tanpa pertumpahan darah sebagaimana yang kita khawatirkan dalam beberapa hari ini.
Memang ada aksi MKRI, tapi tidaklah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan, mereka hanya sebatas berkumpul didepan kantor YLBHI, dan berteriak meminta SBY – Boediono turun. tak satupun diantaranya yang membawa senjata  dan tidak pula didukung oleh jumlah massa yang besar.  
Apakah aksi mereka ini bisa dikategorikan sebagai tindakan coup d’etat (kudeta), tentu saja tidak,  karena mereka hanya sebatas menuntut  agar SBY turun dari jabatannya , tetapi tidak melakukan tindakan apapun yang bersifat pemaksanaan.
Aksi serupa sebenarnya sudah sering terjadi, berbagai pihak sudah sering meminta SBY turun, hal ini dimungkinkan terjadi karena pemerintahan yang dipimpin oleh SBY dianggap gagal menyelesaikan berbagai persoalan bangsa, terutama dalam hal memberantas kejahatan korupsi dan penyelesaian masalah hukumnya. Sebut saja kasus Mafia Pajak, hukum hanya sampai pada seorang Gayus sementara mafianya tidak terungkap. Bail Cntury hingga hari ini tidak jelas ujung pangkalnya, yang terdengar malah teriakan nasabahnya yang menjerit karena uang mereka menguap.
Lebih celakanya lagi, beberapa skandal besar seperti kasus Wisma Atelit dan Hambalang malah melibatkan elite Partai Demokrat. Partai pemerintah yang seharusnya bersih dari skandal. Kasus Wisma Atelit melibatkan Nazaruddin yang waktu itu menjabat sebagai Bendahara PD, sehingga menuai tudingan miring bahwa isi kas PD bersumber dari dana yang tidak bersih. Nazar tak mau sendiri , diapun menyebut nama Anas Urbaningrum Ketua Umum PD, dan terakhir terselip pula nama Ibas Sekjen Partai yang tak lain adalah Putera SBY sendiri, jadi tiga nama penting (yang dalam istilah orang Minang disebut 3 tungku sajarang) ditubuh PD terlibat dalam pusaran kasus besar.  
Anas Urbaningrum yang tersangkut dalam kasus Hambalang akhirnya berhenti dari jabatannya, berhentinya Anas berbuntut pada kesibukan SBY mencari penggantinya lewat KLB dan akhirnya publik menilai SBY lebih sibuk mengurus partai dari pada mengurus rakyat.
Tapi cukupkah alasan diatas sebagai dasar untuk menurunkan SBY ? Tentu saja tidak,  karena presiden dipilih oleh rakyat lewat pemilihan umum yang berlangsung secara demokrasi, ada aturan main yang harus dihormati dan ada pula prosedur baku yang sudah ditetapkan dalam undang-undang, salah satu diantaranya adalah presiden berhenti setelah habis masa jabatannya.
Jadi, sabarlah menunggu waktunya, karena SBY memang harus turun tahta setelah masa jabatannya yang kedua ini berakhir.
11:39 PM | 0 comments | Read More

Kancil dan Harimau

Written By lungbisar.blogspot.com on Friday, March 22, 2013 | 11:06 AM


“Itulah pintarnya Kancil, dan oleh karena pintarnya itulah maka disebut “Kancil Luar Biasa, disingkat menjadi KLB.” 

Sudah menjadi tradisi bagi anak-anak dusun Pasir Berdengung, bahwa bila musim purnama mengambang mereka berduyun-duyun mendatangi rumah Lung Bisar untuk mendengar cerita dongeng dari orang tua yang mereka panggil dengan sebutan Pak Lung itu. Tak terkecuali pada malam itu, saat mana saya yang secara kebetulan sedang numpang bermalam dirumah beliau.
“Malam ini kita bercerita tentang Kancil Luar Biasa,” kata Lung Bisar memulai dongengnya, dan seperti biasanya anak-anak itupun duduk dengan tertib sambil menyimak kata demi kata yang keluar dari mulut Lung Bisar.
“Bermula kisah dari seekor Harimau yang bermaksud hendak menyatukan seluruh warga hutan dalam sebuah perkumpulan. Rencananya itu mendapat sambutan baik dari kawan-kawannya yang lain, hampir semua warga hutan belantara yang mendengar rencana Harimau itu menyatakan setuu. Bahkan Singa dan Gajah yang dikenal sebagai seterunya juga setuju, sedikitpun mereka  tak membantah, semuanya menyatakan dukungan dengan sepenuh hati kecuali Kancil, makhluk yang satu ini memberikan dukungan dengan sedikit catatan.” Kata Lung Bisar  sambil menghentikan sejenak ceritanya untuk menyeruput kopi yang disediakan oleh nCik Kenah., kemjudian sambil menyulut sebatang rokok dia lanjutkan ceritanya lagi.
“Maka terjadilah dialog antara Kancil dengan Harimau, debat mereka semakin alot ketika sampai pada pembicaraan siapa nanti yang akan dipilih sebagai pimpinan.” Kata Lung Bisar dengan gayanya yang khas, dan anak – anak belia itu duduk tertib mendengarkannya.
“Saya lebih cenderung Singa yang jadi Ketua,”  kata Harimau.
“Ooooo saya kurang setuju, ...... Singa itu kukunya panjang, rambutnya gondrong, kalau dia jadi ketua kita nanti apa kata dunia,” sanggah Kancil.
“Bagaimana kalau Gajah ? Kata Harimau lagi.
“Kalau Gajah saya sih setuju, tapi Gajah itu tak pandai duduk, apa jadinya nanti kalau pimpinan kita mulai dari bangun tidur sampai tertidur lagi kerjanya berdiri terus.” Jawab Kancil sambil memamah dedaunan.
“Kalau begitu saya usulkan Lembu yang jadi ketua,” kata Harimau lagi dengan nada setengah putus asa.
“Ooo mak, Lembu itu hampir sama dengan keledai, mereka lebih terkenal bodohnya, saking bodohnya, Lembu yang punya susu Sapi yang dapat nama, saya keberatan.” Jawab Kancil dengan tegas.
“Siapa lagi nCil,” sergah Harimau dengan emosinya.
“Bagaimana kalau saya yang jadi ketuanya,” jawab Kancil dengan senyum dikulum. “Dan Tuan Harimau akan saya nobatkan sebagai Datuk Panglima Hutan, pemangku adat tertinggi dibelantara ini,” sambung Kancil lagi.
“Cocok juga tu,” jawab Harimau, kemudian mereka  bersalam-salaman mengakhiri perdebatan dengan sebuah kesepakatan, dan konon kabarnya kesepakatan  antara Harimau dan Kancil itu menjadi keputusan kongres yang akan mereka laksanakan.
“Lho, koq ada keputusan sebelum kongres?” Tanya salah seorang anak dengan penuh keheranan,
“Itulah pintarnya Kancil, dan oleh karena pintarnya itulah maka disebut “Kancil Luar Biasa, disingkat menjadi KLB.”  Jawab Lung Bisar mengakhiri ceritanya.
11:06 AM | 0 comments | Read More

Kudeta

Written By lungbisar.blogspot.com on Tuesday, March 19, 2013 | 8:50 AM

Dihari-hari terakhir ini kita dikejutkan oleh ISU tentang akan adanya kudeta terhadap pemerintahan yang syah. Isu tersebut semakin santer terdengar manakala para jenderal yang sudah purna bhakti bertemu dengan presiden tanggal 13 Maret yang lalu. Konon kabarnya isu tersebut sangat akurat dan bersumber dari laporan intelijen.

Kita patut merasa cemas akan isu ini, karena istilah kudeta itu sendiri mengandung makna penjungkirbalikan kekuasaan secara paksa. Bila benar terjadi, Kudeta tidak hanya akan menjatuhkan penguasa, tetapi juga akan menjatuhkan korban yang tak sedikit. Pertempuran akan sulit dihindari, tentara yang setia dengan republik akan berhadap-hadapan dengan pihak yang melakukan kudeta. 

Desingan peluru akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari keseharian kita sepanjang waktu, dan ditiap-tiap letusan senjata dengan sendirinya akan menelan korban. Para pengurus Masjid dan yayasan sosial akan tunggang langgang dalam penyelenggaraan jenazah, mulai dari memandikan, menyolatkan hingga sampai pada menguburkan jasad korban. Para penggali kubur juga kebagian getahnya, mereka harus bekerja ekstra sepanjang hari agar tidak ada korban yang terlantar dan terlambat masuk keliang lahat.

Kudeta yang sudah terlanjur dilancarkan sulit untuk dihentikan, pihak yang menang sementara waktu boleh naik tahta, tapi bukan berarti pihak yang dikudeta akan bungkam selamanya, mereka diam sambil menyusun strategi dan taktis sambil menunggu waktu yang tepat untuk melakukan serangan balik, demikianlah seterusnya hingga perang saudara menjadi sesuatu sulit dihindari, dan pada akhirnya rakyat jualah yang akan menanggung beban deritanya.

Tapi, benarkah akan ada kudeta ? siapakah yang berada dibalik rencana kudeta itu, sebesar apakah kekuatan yang dimilikinya, rentetan pertanyaan itu datang bertubi-tubi, bermain-main dalam benak kita. 

Biasanya kudeta itu dilakukan oleh sekelompok orang bersenjata, dan dinegeri ini senjata yang paling lengkap itu hanya dimiliki oleh TNI, kalaupun ada teroris dan kelompok separatis, jumlahnya tidak seberapa, paling banter mereka hanya mampu membuat bom rakitan dan diledakkan didepan hotel atau tempat hiburan malam. Tindakannya hanya sebatas mengacaukan keamanan, tidak sampai mengganggu stabilitas politik apalagi sampai melakukan kudeta.

TNI dipastikan tidak akan mau melakukan kudeta, karena tentara kita adalah prajurit Sapta Marga yang setia pada negara, tindakan itu amatlah nista dimata mereka. Kita haqqul yakin bahwa TNI adalah orang-orang yang mencintai negeri ini dengan sepenuh hati. Justeru itu kita tidak yakin kalau TNI mau melakukan kudeta.

Kelompok besar lainnya adalah Partai Politik. Partai memang memiliki anggota dalam jumlah yang besar, tapi bukan rahasia lagi bahwa partai – partai yang ada dinegeri ini bukanlah partai yang mendapat dukungan sepenuh hati. Dukungan yang mereka peroleh adalah dukungan semu, tergantung pada buah tangan yang mereka bawa saat kampanye. Jangankan dukungan untuk melakukan kudeta, dukungan dalam pemilu saja sulit mereka peroleh, justeru itulah sering kita dengar besarnya jumlah Golput pada setiap pemilihan umum maupun pemilukada.

Ada pula kelompok barisan sakit hati, mereka ini merupakan kumpulan orang-orang yang dulunya pernah berada dilingkungan kekuasaan, yang oleh sebab sesuatu dan lain-lain hal kini terpinggirkan. Sebagian diantaranya ada yang dihinggapi penyakit post ower syndrome, latah dan lain sebagainya tetapi masih ingin tetap eksis. Mereka bersatu bukan karena persamaan ideologi dan cita-cita tetapi berkumpul karena merasa senasib sepenanggungan. Jumlahnya tidaklah terlalu besar dan rentan perpecahan, serta tidak pula memiliki kekuatan untuk melakukan kudeta. 

Jadi, kelompok mana lagi yang mungkin melakukan kudeta? Pertanyaaan ini sulit dijawab oleh akal sehat kita. Jika ada kelompok yang dengan sengaja berani merencakan kudeta terhadap pemerintahan yang syah, barangkali tindakan itu hanya akan sia-sia belaka karena tidak akan pernah mendapat dukungan dari rakyat.

Tetapi, dalam situasi tertentu, ketika penguasa sudah tidak lagi berlaku adil terhadap rakyatnya, korupsi terjadi dimana-mana, hukum tidak lagi ditegakkan, para pejabat negara berlomba-lomba menumpuk kekayan , pemerintah menjalankan kekuasaannya dengan sewenang-wenangnya, republik seakan menjadi taming bagi praktik politik dinasti dan perkoncoan, maka bukan tidak mungkin rakyat akan turun kejalan sambil berujar “Raja Alim Raja disembah, Raja zalim Raja disanggah,” dan bila itu yang terjadi, maka bukan Kudeta lagi namanya, tetapi people power, sebuah istilah yang saya sendiri sudah lupa maknanya.
8:50 AM | 0 comments | Read More

Ibas Harus Segera Diperiksa

Written By lungbisar.blogspot.com on Sunday, March 17, 2013 | 11:03 PM


“dikhawatirkan publik akan mengambil  kesimpulan sendiri bahwa apa yang diungkapkan oleh Yulianis itu benar adanya.”

SAAT diperiksa sebagai saksi kasus Hambalang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Kamis (14/3) lalu. Yulianis mengatakan bahwa ada dana US$200 ribu (Rp1,94 miliar) yang dialirkannya ke Ibas.
Kesaksia Yulianis itu belum tentu salah atau benarnya, itu baru sebatas tuduhan dan masih harus diuji kebenaranya.  Bisa saja kesaksiannya itu bermuatan lain dari fakta hukum, disusupi oleh kepentingan politik atau ada penumpang gelap yang dengan sengaja ingin merusak nama baik sekjen PD yang juga putera presiden itu.
Tetapi, tidak tertutup pula kemungknan bahwa Yulianis memang sedang mengungkapkan fakta hukum yang sebenarnya, tidak main tuduh dan tidak asal ucap, tetapi benar-benar mengungkapkan fakta secara apa adanya, tanpa memandang apakah yang diungkapkannya itu menyangkut orang penting dinegeri ini.
Ibas sendiri dalam suatu kesempatan  telah menyampaikan bantahan terhadap kesaksian Yulianis itu.  Diluar persidangan terjadi silang pendapat, ada yang beranggapan Yulianis berdusta dan ada pula yang menilai Ibsa berbohong. Tudingan Yulianis dan bantahan Ibas merupakan dua hal yang diperdebatkan banyak orang diluar persidangan sehingga  membuat rakyat menjadi bingung sambil bertanya, siapakah  diantara mereka yang berdusta.
Justeru itulah, agar tidak terdapat Silang sengkarut dalam kasus yang amat menyita perhatian ini,   kita berharap KPK  segera mengambil sikap.  Memanggil Ibas untuk diminta keterangannya dan hasilnya diumumkan kekhalayak ramai.
Kita percaya bahwa KPK adalah sebuah lembaga indpenden yang tidak pernah merasa takut dan sungkan terhadap siapapun meskipun dia seorang anak presiden, tidak bisa diintervensi oleh lembaga apapun termasuk oleh sekjen partai berkuasa.  Kita masih menaruh kepercayaan terhadap  KPK  akan mampu bersikap tegas dan adil.  Atas kepercayaan yang sedemikian besar  itulah kita menunggu langkah KPK memanggil Ibas untuk diperiksa.
Pemeriksaan terhadap Ibas perlu dilakukan agar publik tau apakah dia benar-benar terlibat atau bersih dalam kasus Hambalang. Tanpa ada kejelasan secara hukum,  dikhawatirkan publik akan mengambil kesimpulan sendiri bahwa apa yang diungkapkan oleh Yulianis itu benar adanya, jika ini yang terjadi maka yang dirugikan tentulah Ibas sendiri dan bukan tidak mungkin pula  kepercayaan rakyat terhadap KPK akan melorot karena  dinilai TAKUT memeriksa anak presiden.
11:03 PM | 0 comments | Read More

Pendekar Bawang

Written By lungbisar.blogspot.com on Friday, March 15, 2013 | 11:09 PM


Pendekar menguasai gelanggang dengan pencak silat, sementara Pendekar Bawang amat mahir bersilat lidah.
Harga bawang melonjak, rakyat  berteriak, dan presidenpun bereaksi dengan meminta para pembantunya untuk mencari solusi, membuat langkah yang lebih serius dan nyata  agar masalah BAWANG ini jangan sampai meresahkan rakyat secara terus menerus.
"Jangan bersilat lidah di depan pers. Cari solusi. Itu yang ingin saya sampaikan. Saya akan ikuti terus," kata Presiden saat membuka rapat kabinet terbatas dikantor presiden Kamis 14 Maret 2013.
Heboh soal naiknya harga Bawang dan kata “Bersilat Lidah” dalam ungkapan presiden ini mengingatkan saya pada cerita sederhana tentang dunia persilatan, dimana  sebuah gelanggang persilatan akan melahirkan ahli pencak silat, dan ahli pencak silat ini sering disebut sebagai pendekar.
Dalam dunia persilatan jumlah pendekar itu tidak terlalu banyak,  seratus murid yang belajar Silat digelanggang satu diantaranya belum tentu mampu meraih prediket pendekar. Diperlukan kesungguhan dalam berlatih, harus tekun  belajar, bersikap ksatria dan istiqomah serta memegang teguh pantang larang yang diajarkan oleh sang guru.
Lain halnya dalam dunia politik, kesungguhan barangkali bisa dinomor duakan karena yang perlu dinomor satukan itu adalah kedekatan, tidak perlu pintar yang penting pintar-pintar  menempatkan diri.  Tidak perlu Istiqomah, yang penting Isi dan Kemas, dan dalam kondisi seperti ini lahirlah pendekar bawang. Pendekar yang tidak mementingkan keahlian pencak silat tetapi mahir bersilat lidah.
Presiden memang sudah mengingatkan para pembantunya agar jangan bersilat lidah, jangan saling menyalahkan, tetapi melakukan langkah kongkret untuk menyelesaikan masalah, namun bukan berarti  reaksi keras presiden itu serta merta membuat harga Bawang menjadi turun.  Pasar tidak bisa diintervensi dengan hanya sekedar memberi peringatan, tetapi  harus dengan aksi, dengan tindakan yang mengatur keseimbangan antara Supply  dan demand.
Para Menteri terkait dengan urusan harga Bawang ini tentunya sudah mahfum bagaimana caranya menjaga  agar ketersediaan  dan permintaan terhadap Bawang dipasar tetap seimbang.  Kitapun yakin bahwa mereka ini adalah orang-orang pilihan, dan presiden tentunya tidak sembarangan mengangkat pembantunya, tetapi jika kemudian kita mendengar ada Menteri  yang  mengajak rakyat menanam Bawang dihalaman rumahnya sambil terus menghimbau agar rakyat mengurangi konsumsi Bawang, maka pantaslah para menteri ini diberi prediket sebagai pendekar bawang.
11:09 PM | 0 comments | Read More

KLB , Kata Lung Bisar

Written By lungbisar.blogspot.com on Thursday, March 14, 2013 | 9:32 PM

Ibarat seorang Sopir, Anas berhenti ditengah perjalanan, dia harus turun dari kenderaannya untuk menyelesaikan tilang, sementara itu kenderaan yang bernama Partai Demokrat itu harus melanjutkan perjalanannya menuju pemilu 2014. Maka tidak ada pilihan lain kecuali menunjuk seorang kader untuk menjadi pemimpin sementara, yang belakangan ini dikenal dengan istilah PLT.
Sayangnya istilah PLT itu tidak dikenal dalam AD/ART partai , agaknya SBY lupa bahwa partai besutannya itu tidak pernah memberi wewenang kepada siapapun ( termasuk dirina sendiri) , untuk menetapkan seseorang sebagai pelaksana tugas pengganti ketua umum yang berhenti ditengah jalan. Istilah PLT itu sendiri hanya dikenal dalam mengisi kekosongan jabatan dalam pemerintahan, yang secara tersirat mengandung makna ditunjuk dari atas. Justeru karenanya menjadi ganjil bila diterapkan pada partai politik yang pada dasarnya mensyaratkan pemilihan.
Lowongnya jabatan ketua umum Partai menyebabkan PD kesulitan mengajukan daftar calon anggota legislatif sementara atau yang biasa disebut dengan DCS. KPU seakan memberi sinyal penoakan bila usulan daftar calon sementara yang diajukan oleh PD itu ditandatangani oleh seorang PLT. Lembaga yang diberi amanah untuk menyelenggarakan Pemilu itu hanya bisa menerima usulan DCS yang ditandatangani oleh Ketua Umum partai atau sebutan lainnya.
Terkait dengan ketentuan tersebut akhirnya PD mempersiapkan diri untuk melaksanakan Kongres Luar Biasa, guna memilih kader terbaiknya menjadi ketua umum menggantikan Anas Urbaningrum. Perhelatan besar ini membuka kesempatan bagi elite partai untuk uji kemampuan, apakah mereka layak dan dipercaya untuk dipilih menjadi pemimpin partai. Beberapa nama dari kalangan internal partai santer disebut sebagai kandidat kuat, diantaranya adalah Marzuki Alie dan Saan Mustopa.
Dalam Kongres yang lalu, Marzuki Alie merupakan seorang rival Anas, sementara Saan Mustopa dikenal sebagai orang dekatnya Anas Urbaningrum. Keduanya merupakan kader militan, potensial dan memiliki peluang yang sama besarnya untuk maju sebagai calon ketua umum.
Beredar kabar bahwa majelis tinggi telah menetapkan syarat bagi yang terpilih sebagai ketua umum tidak bileh rangkap jabatan dan tidak dibenarkan maju sebagai capres dalam pemilihan presiden yang akan datang. Ketua umum terpilih harus bekerja full timer untuk menyelesaikan problem partai, utamanya dalam hal melakukan konsolidasi dan meningkatkan elektabilitas partai.
Bagi Marzuki Alie dan Saan Mustopa , kerja keras untuk kepentingan partai mungkin bisa mereka lakukan, tapi mundur dari jabatan sebagai ketua DPR dan Sekretaris Fraksi PD tentulah sesuatu yang berat, ditambah lagi sayarat berikutnya menyebutkan tidak boleh jadi Capres, seakan ketua umum partai hanya diminta untuk bekerja keras dengan keringat dan tulang bersilang, tetapi tidak diberi peluang untuk mencapai karir politiknya yang lebih baik.
Melihat kondisi yang sedemikian rupa ini, sayapun jadi teringat pada ungkapan Lung Bisar yang menyebutkan kongres luar biasa itu sudah selesai sebelum dimulai.
“KLB yang seyogyanya menjadi ajang pertarungan sehat antar kandidat itu akan berubah menjadi sesuatu yang hambar dan tak bermakna,” Kata Lung Bisar memulai percakapannya. “Tidak akan ada kader potensial yang berani maju sebagai kandidat, karena mereka enggan meninggalkan kursi jabatannya dan dilarang menjadi capres, akhirnya dari pada deadlock majelis tinggi mengajukan satu nama calon untuk dipilih secara aklamasi, itu sudah diatur sedemikian rupa jauh sebelum kongres dilaksanakan,” sambungnya lagi.
Saya biasanya tidak pernah menanggapi bualan Lung Bisar secara serius, tapi kali ini prediksi sahabat saya ini hampir mendekati kenyataan, dan jika itu benar maka KLB yang akan berlangsung itu akan berubah menjadi “Kata Lung Bisar”, disingkat menjadi “KLB.”
9:32 PM | 0 comments | Read More