Selesai makan sate di
Warkop Pak Bual, Paduka pulang kerumah, dalam perjalanan pulang tiba-tiba
perutnya terasa mulas. Untuk menyelamatkan keadaan beliau mampir disebuah Masjid untuk buang
hajat, cret …… cret …., urusan dikamar
kecil itupun selesai dan dia bergegas pulang.
Seorang Hulu Balang
membukakan pintu, dan beliau melangkah masuk, tapi up tunggu dulu ……. Paduka
menghentikan langkahnya dan berbalik kebelakang.
“Bau apa ini, menyengat
sekali ?” Tanya Paduka kepada Hulu Balang dan yang ditanyapun kebingungan karena dia tidak merasa mencium bau apapun
disekitar itu.
“Panggil petugas
kebersihan !” Kata Paduka dengan nada perintah, dan sejenak kemudian 2 petugas kebersihan
datang menghadap.
“Kenapa ada bau tak
sedap disekitar istanaku ini ?” tanya paduka, tapi sama seperti sang Hulu
Balang kedua petugas kebersihan itu juga merasa bingung, mereka tidak mencium
bau apapun disekitar situ, kecuali bau Parfum yang biasa dipakai Paduka.
“Ah ……….., kenapa
kalian tak menjawab , Kenapa bingung ?” Bodoh
…….. sekolah tinggi bodohnya mengacau abu, aku pecat kalian, berambus dari sini,”
bentak Paduka, dan ketiga orang itupun angkat kaki pulang kerumahnya karena
sudah dipecat.
Masih dalam keadaan
marah, beliau melangkah keruang makan lalu membuka tudung saji, terlihat makan
lezat khas kerajaan terhidang diatas meja, namun bau tak sedap itu tetap saja
mengganggu hidungnya membuat paduka seperti
orang kesurupan. Kemarahannya semakin menjadi-jadi, siapun yang ada
disekitarnya menjadi sasaran kemarahannya.
Suasana Istana menjadi
Panik, tak seorangpun diantara dayang dan para abdinya yang berani mendekat,
tak terkecuali sang Permaisuri, dan dalam situasi yang kacau balau itu cucunya
pulang dari sekolah, langsung menyalami dan mencium Paduka.
“Eeeeeee …… Datuk tadi
makan sate ya ?” kata cucunya dengan logat yang cadel khas anak kecil.
“Koq tau ? Tanya Paduka
?
“Itu sisanya masih ada
lengket dikumis Datuk,” jawab cucunya.
“Oh ya,” jawab Paduka
sambil membersihkan kumisnya, ada sesuatu yang nempel disitu, tetapi bukan kuah
sate seperti yang diduga oleh cucunya, melainkan sisa pembuangan dari kamar
kecil di Masjid tadi, dan dari situlah datangnya bau tak sedap itu. Dan barulah
dia ingat bahwa selesai buang hajat tadi dia merapikan kumisnya.
“Makanya ……. jangan marah melulu,” kata Lung Bisar. “Koreksi diri
dulu,” lanjutnya lagi.
“Aku ni Raja Lung, tak
mungkin salah, sekarang kamu pergi ke Warkop Pak Bual cabut izin usahanya.” Dan
titah Paduka itu membuat Lung Bisar menjadi heran “Kepala sakit, kaki yang diamputasi,”
ujarnya sambil berlalu dari sisi Paduka.
0 comments:
Post a Comment