Suatu ketika saya
ditraktir oleh Lung Udin makan Rujak diwarung
Sumiati, rujak yang diuleg langsung oleh
Buk Sumiati ini memang lezat dan istimewa, paduan asam garam ditambah sedikit
Belacan dan cabe berbaur menjadi satu, bila sekali mencoba pasti ketagihan.
Bahkan ada rekan saya yang sudah pindah kekota lain sengaja pulang kampung karena
isterinya yang hamil ngidam ingin makan rujak uleg buatan buk Sumiati. “Nangeni,” katanya dalam sebuah pesan singkat.
Anehnya rujak Sumiati
ini, selesai makan baru terasa pedasnya, padahal sewaktu menyantapnya sepiring
penuh rasa cabe itu tidak mengganggu, berimbang dengan rasa yang lainnya. Jadi
tidaklah mengherankan jika ada teman yang tobat makan rujak disitu karena
pedasnya, tapi selang sehari kemudian kembali datang makan rujak dan begitulah
seterusnya.
Peristiwa makan rujak
bersama Lung Udin diwarung Buk Sumiati ini kembali bermain dalam benak saya,
manakala melihat manuver kader PKS
menjelang terjadinya reshuffle kabinet. Petinggi PKS menyatakan akan menarik
semua menterinya dari kabinet jika salah satu dari 4 kadernya yang jadi menteri
KIB ada yang dicopot dari jabatannya. Lalu muncul istilah Tijitibeh, mati siji
mati kabeh, (mati satu mati semua).
Ternyata SBY
benar-benar mencopot Menristek, Suharna Surapranata yang tak lain adalah kader
PKS, (mungkin kader terbaiknya). SBY seakan memberikan jawaban dari ungkapan PKS
dengan istilahkan Tijitibeh. Setekah pencopotan itu PD masih memperjelasnya
lagi dengan keterangan dari Ketua Fraksi Demokrat Jakfar hafsah.
"Sebenarnya di
sini pilihannya adalah berada di koalisi dan tidak ada di koalisi, tidak ada
rumus tengahnya. Jadi di sini pilihannya yes or no kan bahasanya
sederhana," tegas Ketua FPD, Jafar Hafsah, kepada wartawan di Gedung DPR,
Senayan, Jakarta, Kamis (20/10/2011).
Lebih tegas lagi Wasekjen
PD Ramadhan Pohan mengatakan bahwa SBY
dengan sengaja mengurangi jatah PKS dikabinet sebagai hukuman.
"Kalau mau
koalisi, koalisilah yang baik. Kalau mau jadi oposisi, oposisilah. Tapi, jangan
dua kaki. PKS tidak konsisten dalam menjalankan peran sebagai partai koalisi.
PKS sering menyerang motor koalisi yakni Presiden SBY. Jadi, PKS harus tahu
kewajibannya jangan cuma tahu haknya di koalisi," ujar tokoh yang pernah
populer dengan Mr. A ini.
Bagaimana sikap PKS ? apakah
akan tetap berada dalam Koalisi pemerintahan SBY atau menjadi partai Oposisi seperti apa yang sudah diungkapkan selama ini.
Kalau melihat gelagatnya, sikap PKS pasca reshuffle kabinet ini mungkin akan tetap
berada dalam koalisi, dan secara perlahan namun pasti istilah tijitibeh itu
akan hilang dengan sendirinya, sama halnya dengan pelanggan rujak uleg buk
Sumiati, walaupun pedasnya menyengat namun tetap membuat ketagihan. Berkoalisi itu enak lho.
0 comments:
Post a Comment