Selesai panen, Duan
Gintil terbang ke Jakarta, jalan-jalan melepas penat sambil mengunjungi salah
satu anaknya yang tinggal dibilangan
Ciputat. Sejenak istirahat dilosmen lalu
diapun langsung menuju tempat kos anaknya dengan menggunakan bis kota. Karena Bis
yang ditumpanginya penuh sesak oleh penumpang, maka dia terpaksa berdiri
bersama penumpang lainnya.
Disaat berdesak-desakan
itu kakinya terasa sakit, terinjak oleh seorang lelaki yang bertubuh kekar.
Duan mulai bersikap, mengeluarkan jurus ampuhnya untuk menyelamatkan kakinya
yang terinjak tersebut.
“Satu kali, dua kali
……..” kata Duan dengan nada tinggi sambil menoleh kewajah lelaki yang menginjak
kakinya itu. Seakan mengetahui apa yang dimaksudkan oleh Duan dengan hitungan
satu duanya itu, lelaki kekar tersebut menjawab.
“Tiga kali,” katanya
sambil menghentakkan kakinya lebih keras lagi, sehingga membuat Duan mengerang
kesakitan. “Mau apa kamu ?” Tanya lelaki itu.
“Nggak ! Nggak ada,
Cuma mau hitung saja,” jawab Duan sambil menyeringai.
Lelaki itupun
mengangkat kakinya dan keluar dari Bis, tinggallah Duan menahan sakit dan
menyesali sikapnya. “Ternyata, lelaki itu tidak kalah dengan gertak sambal
ku,” ujar Duan dalam hatinya.
Kuat dugaan saya bahwa
hebohnya PKS dengan istilah TIJITIBEH (mati siji mati kabeh) menjelang reshuffle cabinet beberapa hari yang
lalu, adalah gertak sambal ala Duan Gintil tersebut, terbukti setelah seorang
kadernya dicopot dari cabinet PKS adem-adem saja, seolah tidak pernah ada
kejadian sebelumnya.