Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

TOL Laut Makin Larut

Written By lungbisar.blogspot.com on Tuesday, February 16, 2016 | 2:19 PM

SBY dulu menyebutnya dengan istilah Pendulum Nusantara, lalu Jokowi dalam masa kampanye Pilpres yang lalu menyebutnya sebagai TOL LAUT, kedua-duanya sama-sama memiliki tujuan mulia, yaitu ingin merangkai Nusantara menjadi kesatuan yang utuh, keduanya sama-sama ingin menjadikan laut bukan sebagai pemisah tetapi sebagai pemersatu bangsa.
Bak syair dalam lagu Koesplus, "ribuan pulau tergabung menjadi satu, sebagai ratna mutu manikam," maka gagasan TOL LAUT yang dicanangkan oleh pemerintah ini disambut oleh PT. Atosim Lampung Pelayaran (ALP) dengan mendatangakan kapal dari Jepang berukuran 15.000 GT, dengan kapasitas 500 penumpang plus 200 truk barang. Kapal tersebut direncanakan akan melayari trayek Lampung - Surabaya secara tetap, mengangkut truk bermuatan atau kosong untuk mengurai kemacetan dijalur darat dan diperkirakan akan memotong masa perjalanan dari 3 hari menjadi 40 Jam.
Menurut perhitungan orang cerdik pandai yang duduk dibelakang meja, usaha ini akan menguntungkan kedua belah pihak, baik pengusaha angkutan truk maupun perusahaan pelayaran sama-sama diuntungkan. Pengusaha truk beruntung karena waktu perjalanan menuju sumatera menjadi lebih singkat, konsumsi BBM menjadi berkurang dan kecelakaan bisa diminimalisir.
Pemilik kapal juga diuntungkan dengan adanya muatan yang jelas dan tetap, dan pemerintah dapat memotong jalur logistik serta memangkas ongkos angkut, sehingga harga bahan kebutuhan bisa lebih rendah. Tetapi kenyataannya tidak semanis apa yang dibayangkan, kapal yang diberi nama Mutiara Persada ini pertama berlayar dari Lampung ke Surabaya hanya memperoleh muatan sebanyak 38 unit truk dan sebaliknya dari Surabaya menuju Lampung hanya bermuatan 11 unit truk. Minat pemilik truk untuk menggunakan jalur laut ternyata sangat rendah, mereka lebih cenderung berjalan seperti biasa dijalan darat karena dengan cara itu mereka mendapat nilai tambah.
Meskipun perjalanan yang mereka tempuh lebih jauh tetapi kemungkinan mendapat muatan lebih terbuka. Meskipun resiko dan biaya yang harus mereka keluarkan lebih tinggi terutama untuk BBM dan pungli dijalan lintas, namun pengusaha truk lebih cenderung memilih jalan darat karena tidak semua muatan yang mereka angkut itu menuju satu titik di Pulau Sumatera, ada yang harus mereka bongkar didaerah tertentu di Jawa sesuai pesanan pelanggan mereka.
Dalam sebulan ini pihak ALP nampaknya mencoba untuk bertahan dengan jadwal tetap melayani jalur Lampung - Surabaya, sebanyak 3 trip perminggu. Bila ada perkembangan membaik tentu mereka akan menambah jumlah trip dan dalam jangka yang panjang mungkin akan menambah armada.
Namun jika melihat keadaan awal yang sedemikian rupa, sulit rasanya keinginan itu akan tercapai, dan tidak tertutup kemungkinan armada tersebut akan berubah haluan dengan mengangkut cargo atau peti kemas, berlayar menuju pelabuhan lain sesuai dengan kehendak pasar. Bila ini yang terjadi, maka keinginan untuk memperpendek jalur logistik tidak tercapai dengan sendirinya, dan barangkali usaha merangkai Nusantara dengan gagasan TOL LAUT adalah sesuatu yang harus diperhitungkan secara matang, dengan melibat orang-orang yang berkompeten dalam bidang perniagaan dan kemaritiman.

0 comments: