Ditengah riuhnya suara yang ingin
mempertahankan SBY ini, terdengar pula kabarnya dari beberapa kader yang ingin
bersaing dengan SBY dalam memperebutkan jabatan Ketua Umm tersebut. Diantaranya
Max Sopacua, seniman Sys NS, dan I Gde Pasek Suardika. Nama yang terakhir ini
adalah Kader Demokrat pentolan Perhimpunan Indonesia yang dikenal sebagai orang
dekat Anas Urbaningrum.
Sys NS, seniman yang juga politisi ini
adalah salah satu dari deklator PD, mengaku dirinya merasa terpanggil untuk
maju sebagai kandidat dengan tujuan untuk membesarkan partai, barangkali dia
ingin mengembalikan kejayaan PD seperti awal berdirinya dulu. Demikian jga
halnya dengan Max Sopacua dan Pasek, kedua kader ini adalah politisi Senayan
yang militansinya tak diragukan lagi.
Adanya nama kader lain selain dari SBY
yang mencuat sebelum kongres PD itu membuktikan bahwa PD tidak kekurangan kader
pemimpin. Meskipun para kader tersebut terkesan menantang ketuanya dalam
pertarungan memperebutkan kursi nomor satu dalam partai, namun untuk sebuah
partai yang menjunjung tinggi nilai Demokrasi itu merupakan hal yang syah-syah
saja.
Adalah hal yang biasa, jika persaingan
itu kian memuncak, dan menimbulkan gesekan, sepanjang tidak menimbulkan
perpecahan maka dapat dianggap sebagai sebuah kewajaran yang pada akhirnya
nanti bersatu kembali bekerja sama dan setia kepada yang terpilih, itulah
dinamika Demokrasi.
Sebagai seorang incumbent, SBY layak
mencalonkan diri, namun tidak ada jaminan akan terpilih kembali, dan kemungkinan itu sudah
diperhitungkan oleh SBY, karena dia sangat
memahami makna sebuah Demokrasi, sekaligus menghargai semua hasil dari sebuah
proses yang berlangsung secara Demokrasi.
SBY itu seorang demokrat tulen, dia akan merasa bangga karena ada kader yang
mampu mengambil alih beban tugas partai yang sedemikian beratnya itu. Dia akan
hidup tenang sebagai bapak bangsa, menikmati masa-masa pensiunnya dengan
bercengkerama dengan cucu-cucunya. Tidak perlu memeras otak guna memikirkan
nasib Partai lagi, dan satu hal yang lebih penting adalah bahwa terpilih atau
tidak, SBY tetap merupakan faktor penentu ditubuh Demokrat.
Jika kondisi ini dipahami oleh semua
kadernya, maka Kongres Partai Demokrat yang mendatang akan berlangsung dengan
meriah serta memberikan pembelajaran tentang makna sebuah Demokrasi yang
sesungguhnya. Namun, jika jauh-jauh hari sudah terdengar ada wacana untuk
mempertahankan SBY dengan cara-cara yang tidak Demokrasi, merancang pemilihan
secara aklamasi yang hanya ditujukan untuk memberi kesempatan pada SBY seorang,
maka sepatutnyalah kita merasa bersedih.
Sedih karena Demokrasi mati
dikandangnya sendiri, sedih melihat nasib Sys NS dan kawan-kawan yang sudah
mempersiapkan diri untuk mengemban tugas partai namun diabaikan oleh
orang-orang yang mempertahankan status quo, bila sudah begini jadinya maka pertanyaan
yang muncul kemudian adalah apakah kita masih layak menyebutnya sebagai seorang
Demokrat.
0 comments:
Post a Comment