Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Sang Demokrat

Written By lungbisar.blogspot.com on Friday, February 27, 2015 | 4:10 PM

Partai Demokrat sebentar lagi akan menyelenggarakan kongres nasional,  salah satu agendanya adalah memilih ketua umum yang akan mekhodai partai tersebut untuk masa lima tahun kedepan. Partai yang pernah besar dan mengantarkan SBY kekursi presiden selama dua priode ini nampaknya tak mau kehilangan tokoh besar sekaliber SBY, justeru itulah jauh-jauh hari santer terdengar bahwa dalam kongres nantinya SBY kembali akan didaulat secara aklamasi sebagai Ketua Umum Partai.
Ditengah riuhnya suara yang ingin mempertahankan SBY ini, terdengar pula kabarnya dari beberapa kader yang ingin bersaing dengan SBY dalam memperebutkan jabatan Ketua Umm tersebut. Diantaranya Max Sopacua, seniman Sys NS, dan I Gde Pasek Suardika. Nama yang terakhir ini adalah Kader Demokrat pentolan Perhimpunan Indonesia yang dikenal sebagai orang dekat Anas Urbaningrum.
Sys NS, seniman yang juga politisi ini adalah salah satu dari deklator PD, mengaku dirinya merasa terpanggil untuk maju sebagai kandidat dengan tujuan untuk membesarkan partai, barangkali dia ingin mengembalikan kejayaan PD seperti awal berdirinya dulu. Demikian jga halnya dengan Max Sopacua dan Pasek, kedua kader ini adalah politisi Senayan yang militansinya tak diragukan lagi.
Adanya nama kader lain selain dari SBY yang mencuat sebelum kongres PD itu membuktikan bahwa PD tidak kekurangan kader pemimpin. Meskipun para kader tersebut terkesan menantang ketuanya dalam pertarungan memperebutkan kursi nomor satu dalam partai, namun untuk sebuah partai yang menjunjung tinggi nilai Demokrasi itu merupakan hal yang syah-syah saja.
Adalah hal yang biasa, jika persaingan itu kian memuncak, dan menimbulkan gesekan, sepanjang tidak menimbulkan perpecahan maka dapat dianggap sebagai sebuah kewajaran yang pada akhirnya nanti bersatu kembali bekerja sama dan setia kepada yang terpilih, itulah dinamika Demokrasi.
Sebagai seorang incumbent, SBY layak mencalonkan diri, namun tidak ada jaminan akan  terpilih kembali, dan kemungkinan itu sudah diperhitungkan oleh SBY, karena dia  sangat memahami makna sebuah Demokrasi, sekaligus menghargai semua hasil dari sebuah proses yang berlangsung secara Demokrasi.
SBY itu seorang demokrat tulen,  dia akan merasa bangga karena ada kader yang mampu mengambil alih beban tugas partai yang sedemikian beratnya itu. Dia akan hidup tenang sebagai bapak bangsa, menikmati masa-masa pensiunnya dengan bercengkerama dengan cucu-cucunya. Tidak perlu memeras otak guna memikirkan nasib Partai lagi, dan satu hal yang lebih penting adalah bahwa terpilih atau tidak, SBY tetap merupakan faktor penentu ditubuh Demokrat.
Jika kondisi ini dipahami oleh semua kadernya, maka Kongres Partai Demokrat yang mendatang akan berlangsung dengan meriah serta memberikan pembelajaran tentang makna sebuah Demokrasi yang sesungguhnya. Namun, jika jauh-jauh hari sudah terdengar ada wacana untuk mempertahankan SBY dengan cara-cara yang tidak Demokrasi, merancang pemilihan secara aklamasi yang hanya ditujukan untuk memberi kesempatan pada SBY seorang, maka sepatutnyalah kita merasa bersedih.

Sedih karena Demokrasi mati dikandangnya sendiri, sedih melihat nasib Sys NS dan kawan-kawan yang sudah mempersiapkan diri untuk mengemban tugas partai namun diabaikan oleh orang-orang yang mempertahankan status quo, bila sudah begini jadinya maka pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah kita masih layak menyebutnya sebagai seorang Demokrat.

0 comments: