Belum hilang rasa perih dihati akibat ucapan Menkopolhukkam
Tedjo Edhy Purdjiatno yang menyebut rakyat “Tak Jelas” pada beberapa hari yang
lalu, kini ia kembali melontarkan kata-kata yang menusuk perasaan. “Kayak BURUH saja”, katanya ketika menanggapi
rencana pegawai KPK yang ingin mogok kerja jika seluruh pimpinannya
dikriminalisasikan.
Jika peristiwa awal itu terjadi mungkin Menko Khilaf dan kebablasan ngonmong saja.
Barangkali keadaanlah yang membuatnya waktu itu menjadi kurang nyaman dan tak
sempat berpikir normal, tertekan atau ada sesuatu yang tak terkendalikan,
sehingga melihat kerumunan publik di Rasuna Said dia panik dan keluarlah
kata-kata yang tak semestinya diucapkan oleh seorang pejabat negara.
Tapi, ucapan kasar itu kembali terulang, apalagi membawa-bawa
BURUH sebagai sebutan yang berkonotasi merendahkan. Ucapan menko itu memang
singkat, namun bagi seorang buruh seperti saya cukup bisa memaknainya bahwa
Tedjo ingin mengatakan pegawai KPK tidak perlu mogok, karena MOGOK kerja itu
merupakan cara-cara yang tak baik yang sering dilakukan oleh para BURUH.
Berulangya ucapan kasar seperti itu, mengindikasikan bahwa
ini bukan lagi kekhilafan, tetapi merupakan suatu kesengajaan, atau mungkin
juga merupakan suatu kebiasaan. Sengaja
atau biasa berkata kasar tentu tidak baik, apalagi jika yang melakukannya itu
seorang pejabat negara setingkat Menko.
Ucapan yang menusuk ulu hati itu bisa menimbulkan kekacauan
baru, karena Buruh adalah bagian terbesar dari bangsa ini. Jumlahnya tidak
sedikit, andaikan Buruh serentak bangkit meminta pertanggungjawaban Menko atas
ucapannya itu pasti negeri ini akan lumpuh total.
Buruh bisa saja melakukan sesuatu sebagai balasan atas ucapan Menko itu, dan
untuk melakukannya Buruh tak perlu hiruk pikuk turun kejalan sambil memanggul
senjata, cukup dengan cara berdiam diri dirumah saja, tidak melakukan apa –apa
dan tidak mau bicara apa-apa.
Setelah Buruh berdiam diri, pasti akan terdengar teriakan
sumbang dari orang-orang yang membutuhkannya, terutama dari kalangan pengusaha
yang didalam pikirannya selalu dihantui oleh perasaan takut rugi. Dengan diamnya Buruh, mesin yang
biasanya mengaum akan kaku dan membisu, produksi terhenti, dan pada gilirannya
perekonomian negara akan terganggu, bayangkan betapa gagahnya Buruh,
hanya dengan berdiam diri, negara ini bisa sengsara, apalagi jika mereka
menyatukan diri bergerak ke Jakarta, pasti akan lebih runyam lagi.
Oleh karenanya, selesaikan sajalah kemelut Polri – KPK itu secara
arif dan bijak, sehingga pegawai KPK tidak merasa perlu lagi untuk Mogok.
Andaikan pegawai KPK itu benar-benar mogok
juga, maka itu artinya mereka sudah tak
sabar lagi melihat pimpinannya diperlakukan seperti itu, dan pimpinan mereka
itu merupakan pujaan hati para buruh yang sangat geram melihat tingkah laku
para Koruptor, aku tau itu karena aku ini seorang BURUH
0 comments:
Post a Comment