Dulu, (dulu sekali) dizaman jayanya smokil*), isi kantung Lung Bisar dipenuhi dengan
Ringit. Bukan karena dia tak cinta rupiah, tetapi karena ringgit sangat mudah didapat dan nilainya tak
jauh beda dengan rupiah.
Dulu (masih pada zaman dahulu) dia
diajarkan oleh Ustadz Karim agar hidup hemat dan tidak berfoya-foya,
menyisihkan sebagian rezekinya untuk disimpan dibawah katil sebagai persiapan
dihari tua kelak.
Dulu, orang belum terbiasa menabung di
Bank, bahkan didusun tempat tinggal Lung Bisar belum ada Bank yang buka kantor,
maka kasur dan katil menjadi salah satu tempat yang dianggap aman untuk
menyimpan uang.
Kebiasaan mengantungi ringgit itu
kemudian berubah ketika perniagaan antar negara terganggu oleh pergolakan yang
dikenal dengan istilah konfrontasi. Sejak itu kejayaan Smokil tinggal menjadi
kenangan, dan tabungan ringgit Lung Bisar mulai berkurang.
Sepuluh tahun kemudian, anaknya ingin
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, maka Lung Bisar menguras
sisa ringgit yang disimpannya itu, hasilnya lumayan memuaskan, karena nilai
tukar ringgit melonjak jauh diatas rupiah. Lung Bisar merasa lega karena
upayanya berhemat berbuah manis dan menyenangkan.
Seiring dengan berjalannya waktu,
kebiasaan Lung Bisar menyimpan uang dibawah bantal berubah pula dengan menabung
ke Bank, yang dengan sendirinya pula uang yang ditabung itu bukan dalam bentuk
ringgit tetapi rupiah.
Masa berganti, waktupun berlalu dengan
cepatnya, Lung Bisar yang dulunya muda kini sudah menjadi renta, tubuhnya yang
dulu kekar dan bugar kini sudah mulai dimakan usia dan digerogoti bergai macam
penyakit.
Saat usia tua dengan segenap penyakit
yang mendera itu pulalah ia kembali merasakan nikmatnya hidup berhemat dengan cara
menabung, kebutuhan hidup dan biaya berobat bisa ditanggulangi dengan tabungan
yang tersimpan di Bank.
Tapi alangkah kecewanya Lung Bisar,
ketika dia sadar bahwa uang yang disimpannya dengan bersusah payah itu nilainya
terpuruk jauh kedasar. Nilainya jatuh sekali, bahkan menurut berita berbagai
media, rupiah termasuk salah satu dari uang yang tidak berharga, artinya
menyimpan rupiah tak ubahnya seperti menyimpan sampah.
0 comments:
Post a Comment