Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya
Powered by Blogger.

Visitors

Powered By Blogger

Featured Posts

Like us

ads1

Misteri Dibalik Pembangunan Jembatan Pedamaran

Written By lungbisar.blogspot.com on Wednesday, December 10, 2014 | 7:00 PM

Setelah pembangunan Jembatan Siak III menuai masalah, kini muncul pula kasus korupsi Jembatan Pedamaran. Jembatan yang merentang di Muara Sei. Rokan, menghubungkan tanah Pekaitan dengan Bagansiapi-api Rokan Hilir itu dibangun dengan anggaran tahun jamak 2008/2009 dan 2009/2010, dengan nilai anggaran Rp. 529 Milyar.

Jembatan Pedamaran ini merupakan kebanggaan warga Rokan Hilir, menjadi pembuka isolasi desa Pedamaran yang tertinggal sejak Indonesia merdeka. Padahal negeri Pedamaran itu memiliki potensi wisata alam dan budaya serta menyimpan berbagai cerita legenda, seperti  yang sering disebut-sebut dalam hikayat Tanah Pekaitan.

Salah satu cerita yang melegenda adalah Kisah “Alang Anak Durhaka”,  dari sinilah konon seorang lelaki yang bernama “Alang”  bertolak pergi merantau mengadu nasib ketanah seberang yang kemudian pulang dengan isteri  molek dan menjadi orang kaya. Setelah kaya si Alang lupakan diri berlaku durhaka kepada orang tuanya. Atas takdir yang maha kuasa kapal si Alang menjadi pulau, yang kemudian pulau tersebut diberi nama “Pulau Halang” terletak disebelah Barat daya Pedamaran.

Dalam cerita yang lain juga disebut bahwa desa Pedamaran ini pernah memiliki seorang ulama besar yang bergelar Tuan Syeh, sehingga Pulau Padamaran ini juga disebut sebagai Pulau Tuan Syeh yang konon kabanya memiliki banyak Buaya.  Disamping itu disekitar Pulau Pedamaran ini juga terdapat peristiwa alam yang tak dijumpai didaerah lain, yakni BONO yang datang bersamaan dengan waktu pasang air laut.

Jembatan Pedamaran ini dibangun dengan niat yang mulia, disamping untuk membuka isolasi daerah pesisir yang terdapat di Rokan Hilir, pemerintah dan masyarakat Kabupaten bersepakat untuk menjadikan Pulau Pedamaran sebagai objek wisata, yakni wisata Buaya dan Wisata Bono. Menurut  Anas Maamun (Bupati Rohil waktu itu)  sudah banyak investor  asing yang berminat menanamkan modalnya, seperti investor dari  Taiwan, Thailan, China, Korea dan malaysia.

Untuk kepentingan itu semua digesalah pembangunan Jembatan dimaksud dengan anggaran tahun jamak, dimulai dari tahun anggaran 2008 hingga 2010dan direncanakan siap digunakan paling lambat pada Maret 2011 dengan total angaran senilai Rp. 529 Milyar.

Setelah tenggat waktu Maret 2011 terlampaui jembatan belum juga selesai dibangun, jangankan untuk mengundang investor dan menjadikan Pedamaran sebagai objek wisata, mendengar nama Pedamaran saja orang sudah membayangkan sulitnya melintasi daerah itu, bak kata pribahasa jauh panggang dari api.

Untuk melanjutkan pembangunan jembatan yang terbengkalai itu Pemkab Rohil kembali mengucurkan dana dari anggaran tahun 2012/2013. Penambahan anggaran inilah yang menimbulkan pertanyaan, karena sebelumnya dalam APBD tahun jamak 2008 sampai 2010 sudah ditetapkan anggaran pembangunan jembatan Pedamaran I dan pedamaran II senilai Rp. 529 M. Semestinya, pada pertengahan tahun 2011,  jembatan itu sudah selesai dibangun dan bisa dimanfaatkan karena seluruh dana yang dianggarkan sudah dikucurkan oleh pemkab Rohil.

Semasa Anas maamun menjabat Bupati Rohil, anggaran pembangunan Jembatan itu menjadi sebuah misteri yang tidak bisa dijelaskan,  sampai akhirnya Anas terpilih menjadi Gubernur Riau dan akhirnya hijrah ke Jakarta untuk tugas lain yang ditetapkan oleh KPK. Kemudian terdengar kabar penegak hukum mulai mengendus adanya penyelewengan diseputar pembangunan jembatan tersebut, dan menetapkan seseorang berinisial IK, mantan kepala Dinas PU sebagai tersangka.

Semoga saja penetapan IK sebagai tersangka ini merupakan pintu masuk bagi penegak hukum untuk menguak misteri dalam pembangunan jembatan tersebut. Sebagai kepala dinas, dipastikan IK tidak bekerja sendiri, ada Bupai sebagai atasannya dan ada DPRD (priode 2009 – 2014) sebagai mitra kerjanya, selain itu ada pula Kontraktor yang melaksanakan proyek tersebut.

Kerja keras penegak hukum untuk mengungkap kasus ini secara tuntas sangatlah diharapkan, karena menurut  masyarakat  Rohil bahwa selama ini ada tangan penguasa yang lebih kuat dari penegak hukum, dan sipemilik tangan itu akan terungkap dengan jelas jika kasus ini dapat diusut secara tuntas.


7:00 PM | 0 comments | Read More

BBM Naik, Utang Membengkak

Written By lungbisar.blogspot.com on Wednesday, November 19, 2014 | 9:25 AM

Lung Bisar menatap jauh kedepan, memandang kaki langit yang kemerah – merahan diufuk Barat, haripun dah senja, burung-burung sudah kembali kesarangnya, sementara dia masih saja duduk berdiam diri diujung dermaga, memikirkan utangnya yang tiba-tiba menjadi bengkak akibat keputusan pemerintah yang menaikkan harga BBBM.

Sebagaimana biasanya, setiap akan turun kelaut dia selalu mengambil  Solar ditempat Kucai dengan cara utang dan dibayar semingu kemudian, setelah perhitungan jual beli ikan selesai ditempat pelelangan. Kebiasaan itu sudah berlanjut sejak dulu, dan dia merasa terbantu oleh kebaikan hati Kucai yang memberi fasilitas bon Solar terlebih dahulu.

Urusan utang solar inilah yang membuat Lung Bisar jadi termenung panjang, berpikir bagaimana mungkin antara dirinya dan Kucai berbeda cara menghitungnya, sehingga utang solarnya jadi membengkak, nilainya jauh diatas catatan yang ada pada dirinya.

“Lu punya utangkan 200 liter solar,” kata Kucai menjelaskan perhitungannya kepada Lung Bisar.
“Ya,”  jawab Lung Bisar singkat.
“Nah, 200 liter kali harga sekarangkan jadi sejuta tiga ratus ribu rupiah,” jelas Kucai sambil menunjukan sempoanya.
“Iya, tapi kan wa ambil Solar waktu harganya masih empat ribu lima ratus,”  jawab Lung Bisar.
“Betul, tapi kan lu mau bayar sekarang, ya ikut harga sekaranglah,” jawab Kucai dengan suara agak meninggi.
“Mana bisa begitu.”
“Kenapa tidak,” timpal Kucai pula.
“Wah, lu udah curang Cai.”
“Apanya yang curang, dagangkan mesti seperti itu.” Jawab Kucai dengan suara lantang. Lung Bisar terdiam, dia tak habis pikir melihat sikap  Kucai yang makin licik itu. Hening sejenak, keduanya seperti mengumpulkan tenaga untuk memuntahkan dalil pembenaran.
“Sekarang begini sajalah,” terdengar suara Kucai kembali memulai pembicaraan. “Lu  utang Solar sama gua, sekarang lu kembalikan lagi solar gua itu.” Kata Kucai dengan  nada serius.

Akhirnya terjadilah debat panjang antara dirinya dengan Kucai, keduanya berkutat dengan dalil masing-masing. Lung Bisar tak menerima kalau dia harus membayar utang lama dengan harga solar yang baru ditetapkan pemerintah. Tapi, ketika dia bersikeras untuk membayarnya dengan harga yang lama, Kucai memintanya untuk melunasi utangnya dengan cara mengembalikan sejumlah Solar yang sudah diambilnya.

Pusing Lung Bisar memikirkannya, tak tau dalil apa lagi yang harus dikeluarkanna, akhirnya diapun menyerah pada keadaan, karena terlalu jauh melawan Kucai berdebat bisa berakibat merugikan dirinya sendiri, Kucai bisa saja tidak mau memberikan bon minyak kepadanya lagi.


“Terserah kau lah Cai,” desis Lung Bisar dalam hatinya sambil berjalan menuju dermaga, matanya menatap lurus kedepan memandang laut yang memantulkan sinar mentari senja. Hembusan angin yang bertiup perlahan ditambah dengan kicau burung yang bersahut-sahutan diranting pepohonan seakan membuai Lung Bisar dalam lamunan utang BBM yang kian membengkak. 
9:25 AM | 0 comments | Read More

Kisah Cinta Sumiati dan Berus

Written By lungbisar.blogspot.com on Sunday, October 26, 2014 | 10:25 PM

Derai tawa para pengunjung setia warung Mak Sumiati memecah kesunyian malam, Warung itu menjadi tempat mangkal para pelanggannya untuk berbincang lepas menjelang kantuk tiba. Beragam topik yang mereka perbincangkan, mulai dari kisah hidup para petani di Tanah Putih sampai pada keputusan politik di gedung putih, kesemuanya dibingkai menjadi kabar dan cerita yang tak berjudul.

Diantara sekian ramai pengunjung diwarung itu ada seorang lelaki asing dengan perawakan sedang dan berkulit sawo matang.  Dia duduk sambil memesan secangkir kopi sebagai penghangat tubuh. Lelaki yang belakangan dikenal dengan nama Berus itu  membuat Mak Sumiati merasa gerah, hampir tiap malam dia mampir duduk berlama-lama didalam warung hanya memesan secangkir kopi, tetapi tidak memesan makanan apapun, sampai akhirnya pada suatu malam Mak Sumiati memberanikan diri untuk bertanya.

“Apakah Tuan tidak memesan makanan  ?”
“Oh ...... tidak,”  jawab lelaki itu singkat
“Kenapa ?”

“Saya duduk disini karena ingin melewati waktu malam sambil aroma menikmati goyangan tangan anda saat mengulek bumbu pecal,” jawabnya dengan nada serius. Ternyata gerak tangan dan gaya mak Sumiati yang cekatan plus sedikit goyang pinggul saat menggiling bumbu pecal itu merupakan daya tarik tersendiri bagi Berus, sehingga membuat dia betah untuk  berlama-lama duduk diwarung itu.

“Waw, tuan sudah melakukan kesalahan besar, menikmati goyang tubuh saya tanpa izin,  tuan harus bayar semuanya itu.” Kata Mak sumiati dengan gaya khasnya.
“Berapa yang harus saya bayar,”  jawab Berus sambil merogoh sakunya, kemuadian dia mengeluarkan sejumlah uang, dan setelah itu  “Ting, terdengar bunyi dentingan dari sekeping uang logam Berus yang terjatuh kelantai. Bunyinya dirasakan Mak Sumiati sebagai sesuatu yang merdu, ......... merdua sekali.

“Wah merdu sekali bunyinya, lapang terlingaku mendengarnya,” ujar Mak Sumiati.

“Impas, berarti impaslah sudah,” jawab Berus.

“Apanya yang Impas ?” tanya mak Smiati.

“Aku nikmati goyang tangan dan tubuhmu saat menggiling bumbu Pecal, dan kamu menikmati dentingan uang logamku, kita sama-sama menikmati,” jawab Berus sambil melempar senyum.


Sejak peristiwa malam itu Berus mulai jarang berkunjung kewarung mak sumiati, dia hanya mampir sesekali dan tidak duduk untuk waktu yang terlalu lama. Para pelanggan setia mak Sumiati seakan sudah melupakan peristiwa yang lucu dan menarik itu, mereka tetap ngumpul menghangatkan suasana malam dengan berbagai topik perbincangan, hingga sampailah suatu ketika warung Mak Sumiti tutup tanpa pemberitahuan. Mereka kebingungan, ada apa gerangan yang terjadi, dan setelah ditanya keorang-orang dekatnya ternyata malam itu Mak Sumiati sedang melansungkan pernikahannya dengan Berus dirumah tuan Qadi.
10:25 PM | 0 comments | Read More

Manfaat Gerakan Sholat Untuk Kesehatan

Written By lungbisar.blogspot.com on Saturday, August 30, 2014 | 12:54 AM

Dikutip dari blognya DR. OZ INDONESIA

Takbiratul Ikhram

Manfaat solat bagi kesehatan  yang pertama adalah gerakan takbiratul ikhram. Manfaat gerakan shalat untuk kesehatan dari takbiratul ikhram ini adalah untuk melancarkan aliran darah , limfe dan untuk kekuatan otot pada lengan. Manfaat gerakan sholat takbir ini juga bisa menghindari dari gangguan pada sendi  tubuh bagian atas.

Gerakan sholat Rukuk

Manfaat gerakan shalat bagi kesehatan yang kedua adalah rukuk, manfaat gerakan sholat bagi tubuhnya adalah agar terjaga posisi dan fungsi tulang belakang yaitu untuk menyangga tubuh juga sebagai pusat dari saraf. Gerakan sholat bagi kesehatan pada posisi ruku ini juga sarana menjaga kemih dari penyakit prostat.

I'tidal

Manfaat sholat 5 waktu bagi kesehatan kita semua pasti memahaminya dengan baik, nah pada gerakan i'tidal ini manfaat sholat secara medisnya adalah untuk melatih organ pencernaan juga mempunyai efek sebagai melatih organ pencernaan agar lancar dan baik dan ini merupakan nilai lebih dari manfaat sholat untuk kesehatan.

Gerakan Sholat Untuk Kesehatan Sujud

Filosofi gerakan sholat dari sujud adalah sebagai alat untuk memompa getah bening menuju ke leher dan ketiak juga gerakan sholat rasulullah ini mengandung darah yang sangat kaya akan oksigen dari jantung menuju otak. Jika gerakan sholat yg benar ini kita laksanakan dengan baik, maka keajaiban gerakan sholat ini sangat bermanfaat untuk kesehatan kita hanya dengan melakukan gerakan-gerakan sholat saja.

Hikmah Gerakan Shalat Duduk di Antara Sujud

Hikmah shalat jika ditinjau dari hikmah shalat dari berbagai aspek sebenarnya mempunyai manfaat untuk mengurangi dan menghindari pangkal paha yang sering nyeri dan akibatnya tidak bisa berjalan.  Duduk tawarru hikmah gerakan shalatnya bagi laki-laki bisa mencegah impotensi karena pada posisi ini tumit menekan saluran uretra atau kandung kemih dan saluran vas deferens. Inilah hikmah ibadah shalat yang bisa menjaga kekuatan tubuh dan menjaga elastisitas tubuh kita dengan hikmah-hikmah shalat.

Manfaat Gerakan Sholat Salam

Untuk manfaat salam bagi kesehatan yaitu sebagai relaksasi pada otot leher juga kepala. Selain itu manfaatnya adalah menyempurnakan proses aliran darah pada kepala dan ini merupakan cara alami agar sakit kepala berkurang.  Bagi anda para wanita sista semua, gerakan solat salam bisa untuk mempertahankan dan menjaga kulit wajah menjadi kencang.Ok penggemar setia DR. OZ INDONESIA dimanapun anda berada itulah tadi ulasan ringkas tentang manfaat gerakan sholat, manfaat gerakan shalat bagi kesehatan, keajaiban gerakan sholat dan semoga informasi ini bisa menambah wawasan kita. Terimakasih dan salam sehat indonesia.
12:54 AM | 0 comments | Read More

Biang Kerusuhan

Written By lungbisar.blogspot.com on Saturday, August 23, 2014 | 10:31 PM

Lung Bisar berangkat menghadap Tuan Paduka Raja Tanah Pekaitan, ketika tiba dijembatan Pedamaran dia diahadang oleh Hulu Balang Raja dengan alasan tak seorangpun yang dibolehkan melintas disitu.

"Mengapa ?" tanya Lung Bisar

"Raja  sedang  menerima  tamu-tamu  agung  dari  seluruh  negeri.  Saat  ini  sedang berlangsung pembicaraan penting yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak, Pergilah !"

"Aneh kalian ni, bicara soal nasib rakyat, tapi rakyat disuruh menjauh ?" Kata Lung Bisar

"Kami  hanya  menjalankan perintah, menjaga agar  tidak  ada PERUSUH yang masuk dan mengganggu. Sekarang, pergilah !" Bentak Hulu Balang itu dengan bengisnya

"Iya, aku pergi. Tapi pikirkan: bagaimana kalau perusuhnya sudah ada di dalam sana ?" kata Lung Bisar sambil balik kanan, hulu balang yang angkuh itu terdiam sambil hati kecilnya berkata "jangan-jangan KERUSUHAN itu memang dari dalam sana biangnya.
10:31 PM | 0 comments | Read More

Budul Berdasi

Written By lungbisar.blogspot.com on Tuesday, August 19, 2014 | 11:41 PM

Wakil rakyat itu selayaknya menjadi orang yang terhormat, mereka dipilih lewat sebuah pemilu yang diselenggarakan dengan biaya yang tidak murah. Mereka terpilih diantara sekian banyak orang yang mencalonkan diri tapi tidak terpilih.

Proses dari awal sampai dilantik menjadi wakil rakyat adalah sebuah perjalanan panjang yang harus mereka lalui untuk menjemput sebuah prediket wakil rakyat yang terhormat. Prediket itu tersemat didada mereka jika para wakil rakyat ini mampu menjalankan amanah yang dipikulkan dipundaknya.

Jika para wakil rakyat ini mengkhianati amanah yang diberikan rakyat, dan mereka gagal menyuarakan kepentingan rakyat bahkan lebih cenderung mendahulukan kepentingan pribadi atau kelompoknya, maka gelar terhormat itu dengan sendirinya akan tercoreng.

Jika kedudukannya itu mereka gunakan untuk mengeruk uang negara dalam bentuk bagi-bagi jatah proyek dan lain sebagainya, sehingga ada asas kepatutan yang dilanggar, ada aturan hukum yang mereka kangkangi dan fungsinya  sebagai pengawas penyelenggara negara bergeser menjadi penggarong uang rakyat, maka tidaklah berlebihan jika mereka kita sebut sebagai perampok berdasi.

Perampok, dalam ingatan masyarakat Rokan Hilir identik dengan seorang tokoh yang bernama BUDUL, namanya amat fenomenal dan ditakuti oleh masyarakat. Nah itu dia, jika saat ini ada tokoh yang kerjanya menilap uang rakyat tetapi disegani dan ditakuti maka tidaklah berlebihan jika beliau disebut sebagai “BUDUL BERDASI”.

Selamat berpikir. 
11:41 PM | 0 comments | Read More

Na'uzubillah

Written By lungbisar.blogspot.com on Monday, August 11, 2014 | 11:55 PM

(karena hari sudah hampir maghrib Lung Bisar dan kawan-kawannya bubar dan beranjak pulang kerumahnya masing-masing, beberapa diantara mereka berpikir sambil didalam hatinya mengulangi kata-kata “Na’uzubillah.”)

Pulang dari melaut, Lung Bisar mampir diwarung kopi Pak Bual, warung yang menjadi tempat nongkrong para pembual dinegeri itu. Ditempat ini, mereka berbincang sekenanya, tanpa topik yang jelas tanpa agenda yang diatur, mereka menyebutnya dengan  istilah Bincang Lepas, maksudnya berbincang santai sambil melepas lelah.
Berbagai hal mereka perbincangkan disore itu, dimulai dari cerita masa lalu tentang Budul yang merampok diperairan Sungai Rokan sampai kepada para koruptor yang ditangkap  KPK. Kemudian dilanjut dengan kisah gigi palsu Pak Guru yang copot waktu memberikan pelajaran di Sekolah, hingga sampai kisah pejabat yang dicopot gara-gara diduga menggunakan ijazah palsu.
Cerita merekapun berlanjut tentang nonton di Bioskop Ria, bioskop yang dulu menjadi kebanggan negeri itu kini sudah tinggal kenangan, tak ada yang dapat dilihat lagi, bioskop sudah jadi abu dilalap api. Kini dusun mereka dipenuhi gedung-gedung berkubah, menjulang tinggi kelangit,  setinggi lenggang para pejabat negeri yang hedonis dengan jubah kebesarannya sementara kesejahteraan anak negeri tinggal abadi dalam angan-angan.
Makin sore hari semakin asik mereka berbual, dan sampailah topik perbincangan mereka kepada pembangunan jembatan Pedamaran yang membelah Sungai Rokan, merangkai negeri sampai ke Tanah Pekaitan. Lalu perbincangan mereka merambat ke Jembatan Siak III yang berlokasi di Rumbai Pekanbaru. Jembatan yang cukup dua tahun digunakan itu kini ditutup karena kondisinya yang tak jelas dan bisa membahayakan keselamatan warga.
Pembangunan Jembatan yang dibiayai dengan uang rakyat itu diduga penuh misteri, tidak jelas siapa yang salah, apakah pelaksananya atau pejabat yang mengawasi pembangunannya, masing-masing pihak berlepas tangan dan saling melempar tudingan, tapi tak pernah ada penyelsaian siapa yang harus bertanggung jawab. Jembatan itu ditutup karena besi penyangga lantainya itu melengkung seperti mau patah.
Jembatan yang diberi nama Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah, raja ke 5 dari kerajaan Siak, maksudnya ingin memberi penghargaan kepada sang Raja yang telah bersusah payah berbakti membuka hutan belantara menjadi sebuah kota yang kemudian diberi nama Pekanbaru.
“Tapi sayangnya jembatan itu tak segagah nama dan gelar yang disandangnya,” celetuk Cu Busu ditengah perbincangan mereka.
“Nah itu dia,” sambung Lung Bisar pula.“ Dulukan setiap petinggi negeri ini diberi gelar oleh Lembaga Adat, seperti Imam Munandar bergelar Datuk Sri Lelawangsa, Rusli Zainal dengan gelar Datuk Setia Amanah, kemudian Wali kota Pekanbaru Herman Abdullah bergelar Datuk Bandar,” lanjut Lung Bisar lagi sambil menyeruput kopi pahit hidangan Pak Bual.
“Kebetulan pemangku negeri yang sekarang ini belum diberi gelar oleh lembaga adat, padahal semestinya sudah ada pemikiran kearah itu, bagaimanapun dia adalah putera terbaik yang bertuah mendapat kepercayaan dari rakyat untuk memimpin negeri ini, segeralah kita usulkan agar beliau diberi gelar.” Kata rekan mereka yang lain pula

“Saya usulkan beliau diberi gelarnya Tameng Sari.”
“Itu nama Keris Hang Tuah Cu,” sergah Lung Bisar
 “Syarif Hidayatullah,” sambung yang lainnya
“Gelar itu sudah dipakai untuk Universitas negeri di jakarta.”Jawab Lung Bisar
“Panglima Ali Muhtadibillah,”
“Oooooo , tak bisa Cu, itu mirip dengan gelar Pangeran Brunai Darussalam.”
“Al mari meja kursi,”
“Jangan bercanda,” potong Cu Busu sambil melototkan matanya pada Duan Gintil yang tiba-tiba iseng mengusulkan nama bergaya Arab, suasanapun hening sejenak, Lung Bisar memutar otaknya mencari gelar yang cocok untuk paduka.
“Na’uzubillahi Min Zaliq, itu gelar yang saya usulkan,”  tiba-tiba terdengar suara Tuan Bachtiar dari celah jendela, ternyata perbincangan mereka soal gelar paduka diraja yang dipertuan negeri itu sudah sejak tadi diikuti oleh Tuan Bachtiar, dan ketika Bincang Lepas itu buntu mendapatkan kata yang cocok, maka diapun ikut nimbrung.
Tidak ada yang tau, apakah usulan itu diterima atau ditolak, namun  karena hari sudah hampir maghrib Lung Bisar dan kawan-kawannya bubar dan beranjak pulang kerumahnya masing-masing, beberapa diantara mereka berpikir sambil didalam hatinya mengulangi kata-kata “Na’uzubillah.” 
11:55 PM | 0 comments | Read More

Lung Bisar dan Kudanya

Written By lungbisar.blogspot.com on Monday, July 21, 2014 | 12:46 AM

Lepas waktu Ashar, Lung Bisar mengitari kota Bagan dengan menunggang Kuda, keluar masuk gang dan berkeliling dengan penuh semangat. Sebagai orang yang baru  mahir menunggang Kuda ia ingin  memamerkan keahliannya, termasuk juga ingin membuktikan kepada halayak ramai bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin bagi seorang Lung Bisar. Tidak sekolah bukan berarti tidak bisa punya ijazah, termasuk Ijazah MENUNGGANG KUDA.

Sore itu Lung Bisar menjadi pusat perhatian, ribuan pasang mata penduduk kota menatapnya dengan iringan decak kagum. Semua mulut memujinya, semua orang menyebut namanya sebagai pemuda dengan berbagai keahlian. Lung Bisar makin bersemangat dan dia benar-benar merasa puas dengan mainannya yang baru, Penunggang Kuda.

Makin sore makin banyak orang yang menonton aksinya, Lung Bisar kian bersemangat, namun dia lupa bahwa Kudanya mulai merasa gerah karena terlalu lama berkeliling didalam kota. Dia lupa bahwa sifat Kuda lebih cenderung menempuh jarak jauh ketimbang  berulang-ulang dijalan yang sama.

Kudanya berlari semakin cepat, makin sore semakin tak terkendalikan, Lung Bisar menjadi bingung untuk menghentikannya, dan disaat yang sama tiba – tiba terdengar suara Kelipah Bachtiar menyapanya.

“Mau kemana Lung ?” Tanya Khalifah Bachtiar.

“Entahlah,”  jawab Lung Bisar singkat, dan jawaban itu membuat Khalifah Bachtiar merasa heran, Lung Bisar sudah buang tabiat sampai bisa tak tau arah tujuannya, namun sayup-sayup dari kejauhan dia kembali mendengar suara Lung Bisar. 

“Kuda inipun tak memberitahu kemana aku akan dibawanya.”


Mendengar jawaban sahabatnya itu Khalifah Bachtiar hanya tersenyum-senyum kecil, “Ternyata bukan Lung Bisar yang menunggang Kuda, tetapi Kuda yang melarikan Lung Bisar, na’uzubillahi min zaliqa, semoga tidak ada lagi orang bodoh belagak pintar yang dilarikan oleh Kuda tunggangannya sendiri,”  ujar Kh Bachtiar dalam hatinya.
12:46 AM | 0 comments | Read More

Alam Terbentang Guru Kehidupan

Written By lungbisar.blogspot.com on Saturday, July 19, 2014 | 12:05 AM

Tatkala mentari hampir jatuh diufuk Barat, langit cerah Merah menyala, lewat celah rimbun dedaunan, cahaya mentari senja itu menerangi teras rumah tempat Lung Bisar duduk sendiri menikmati indahnya alam ciptaan Azza wa Jala. 

Aku coba menghampirinya, duduk bersama beliau menikmati secangkir kopi sambil mendengarkan ceritanya tentang pelajaran hidup yang didapat dari hamparan alam semesta. 

"Dulu aku pernah bertanya pada seorang ulama SUFI, "Siapakah GURU tuan" kata Lung Bisar memulai ceritanya. 

"Ulama Sufi Itu menjawab dengan panjang lebar, dia mengaku memiliki ribuan guru. Menyebut nama mereka satu-persatu akan memakan waktu berbulan-bulan, bertahun-tahun dan sudah sangat sulit untuk menjelaskannya. Tetapi ada tiga orang guru yang akan aku ceritakan kepadamu. 

Pertama adalah seorang pencuri. Saat aku tersesat dilarut malam, aku kebingungan mencari tempat menginap, semua tempat telah tutup. 

Tetapi ada seorang pemuda yang sedang melubangi dinding pada sebuah rumah. Aku bertanya kepadanya, "Dimana aku bisa menginap?" lalu dia menjawab "Sulit untuk mencari tempat menginap pada larut malam seperti ini. Tapi, jika engkau bersedia tidur bersama seorang pencuri engkau bisa menginap dirumahku” jawab pemuda itu. 

Akupun menetap bersamanya selama satu bulan! Dan setiap malam ia berkata kepadaku, “Sekarang aku akan pergi bekerja. Engkau beristirahatlah sambil berdoa.” 

Ketika dia telah kembali aku bertanya “apakah engkau mendapatkan sesuatu?” dia menjawab, “Tidak malam ini. Tetapi besok aku akan mencobanya kembali, jika Tuhan berkehendak besok akan terjadi.” Dia tidak pernah patah semangat, dia selalu bahagia. 

Ketika aku mengalami hambatan dan rintangan aku teringat akan si pencuri yang selalu berkata pada malam hari. “Jika Tuhan berkehendak, besok akan terjadi.” Dia itulah guru kehidupanku yang pertama. 

Guruku yang kedua adalah seekor anjing. Tatkala rasa haus melanda kerongkongan ku aku pergi kesungai, bersamaan dengan itu ada seekor anjing yang juga sedang kehausan. 

Pada saat ia melihat ke air nampak olehnya “bayangannya sendiri”, dan ia pun ketakutan. Anjing itu kemudian menggonggong dan berlari menjauh. Namun karena rasa haus yang mendahaga ia kembali lagi. Akhirnya, terlepas dari rasa takutnya, ia langsung melompat ke air, dan hilanglah bayangannya itu tadi. Pada saat itulah aku menyadari sebuah pesan datang dari Tuhan: "ketakutanmu hanyalah bayangan, ceburkan dirimu ke dalamnya dan bayangan rasa takutmu itu akan hilang". 

Guruku yang ketiga adalah seorang anak kecil. Tatkala aku memasuki sebuah kota dan aku melihat seorang anak kecil membawa sebatang liling yang menyala. Dia sedang menuju mesjid untuk meletakkan lilinnya disana. 

“Sekedar bercanda”, kataku kepadanya, “Apakah engkau sendiri yang menyalakan lilinnya?” Dia menjawab, “Ya tuan.” Kemudian aku bertanya kembali, “Ada suatu waktu dimana lilinnya belum menyala, lalu ada suatu waktu dimana lilinnya menyala. Bisakah engkau tunjukkan kepadaku darimana datangnya sumber cahaya pada lilin itu? 

Anak kecil itu tertawa, lalu dengan sekali hembus lilinnya padam, dan dia berkata, “Sekarang tuan telah melihat cahayanya pergi. Bisakah tuan jelaskan Kemana perginya cahaya itu?” 

Aku tersentak pertanyaannya membuat aku sadar akan  kebodohanku sendiri, dan anak kecil ini sudah mengajari aku untuk tidak bersikap sombong atas segala ilmu pengetahuan yang kumiliki. 

Adalah benar bahwa aku tidak memiliki guru. Tetapi tidak berarti aku bukan seorang murid, aku jadikan segala peristiwa dalam kehidupanku sebagai guru. Aku belajar dari kehidupan. Aku tidak memiliki seorang guru karena aku memiliki jutaan guru yang aku dapati dari berbagai sumber. 

Aku Menjadi seorang murid dan belajar sepanjang hayatku, belajar atas apa yang diajarkan oleh kehidupan. Itulah sebuah keharusan di jalan sufi  "Sang guru adalah sebuah kolam dimana engkau bisa belajar bagaimana untuk berenang. Dan tatkala engkau telah mahir berenang, seluruh Samudera adalah milikmu." Kata Lung Bisar mengakhiri ceritanya
12:05 AM | 0 comments | Read More

Jenderal ! Berhentilah Berdebat

Written By lungbisar.blogspot.com on Thursday, June 26, 2014 | 12:39 AM

(Jangan buang waktu dan energimu untuk sesuatu yang tak berguna).

Pemilihan presiden kali ini seakan bergeser dari persaiangan antar capres menjadi ajang debat melelahkan antar jenderal purna bhakti.  Para jenderal yang dulunya masih aktif dan memegang jabatan penting di tubuh ABRI (sekarang TNI) pada saat – saat terakhir dari kekuasan Soeharto itu kini berdebat soal keterlibatan Prabowo dalam penculikan para aktivis.

Dalam wawancara dengan Metro TV pada 8 Juni yang lalu, Fachrul Razi, menyebutkan bahwa Prabowo terlibat dalam kasus penculikan para aktivis. Mantan wakil ketua Dewan Kehormatan Perwira (DKP)  itu menegaskan bahwa DKP telah merekomendasikan agar Prabowo diberhentikan dari dinas ketentaraan.

Atas dasar surat dari DKP itu pulalah, Wiranto selaku Menhankam/Pangab waktu itu  mengirim surat surat usulan kepada presiden. Hasilnya sama – sama kita ketahui bahwa Presiden  Habibie memutuskan  Prabowo diberhentikan dengan hormat dan mendapat hak pensiun.

Penculikan, Itulah kata yang kerap muncul dan menjadi bahan perdebatan yang tak berkesudahan ini. Kubu Prabowo tetap beranggapan bahwa dirinya bersih dan tidak bersalah dalam kasus penculikan yang dituduhkan kepadanya, justeru karena tidak bersalah itu pulalah presiden memberhentikannya dengan hormat dan mendapat hak Pensiun.

Tapi Wiranto dengan retorikanya yang khas menyebutkan bahwa seorang tentara aktif itu hanya diberhentikan dengan hormat jika sudah masuk usia pensiun atau atas permintaan sendiri karena alasan sakit. “Selain dari itu anda terjemahkan sendiri,” kata Wiranto seakan ingin berteka teki.

Prabowo dalam debat capres beberapa hari yang lalu dengan jantan mengakui tindakan penculikan tersebut, tapi itu dilakukannya sebagai seorang tentara yang taat pada perintah atasan. Tidak ada penjelasan lebih lanjut siapa atasan yang dimaksudkan Prabowo itu,tetapi kalau dirunut saat  terjadinya penculikan dimaksud atasan Prabowo selaku Danjen Kopasus pada saat itu adalah Subayo HS selaku Kasad dan Wiranto sebagai Pangab.

Jika Prabowo dipersalahkan melakukan tindakan atas perintah atasannya, tentu tidak pada tempatnya bila kesalahan tersebut dipikulkan kepada dirinya sendiri, Kasad dan Pangab waktu itu juga harus  bertanggung jawab, sama seperti yang dilakukan Prabowo mengambil alih tanggung jawab anak buahnya dari Kopasus.

Tudingan terhadap Prabowo yang melakukan penculikan atas inisiatifnya sendiri selaku Danjen Kopasus, bertolak belakang dengan keputusan DKP yang hanya merekomendasikan agar Prabowo diberhentikan, padahal sesuai dengan kesalahan yang dituduhkan kepadanya adalah pelanggaran HAM berat , hukuman yang setimpal untuk Prabowo seharusnya DIPECAT  dan diadili di Mahkamah Militer, tetapi ternyata itu tak dilakukan dan oleh karenanya publik menjadi bingung dengan apa yang diributkan oleh para jenderal purnawirawan diseputar kasus penculikan itu.

Semakin diikuti perkembangan tentang kasus penculikan itu semakin tidak jelas siapa yang harus bertanggung jawab, para jenderal terus berdebat membuat publik semakin bingung mendengarkannya, sementara perasaan keluarga korban semakin teriris, pilu  dalam penantian yang tak berujung. 


Agar masalah ini tidak semakin kabur, sebaiknya seluruh anggota DKP duduk bersama memberikan penjelasan secara lengkap kepada masyarakat, menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan berbicara dengan niat yang tulus untuk kepentingan bangsa ini secara keseluruhan.  Jika tidak Jenderal, berhentilah berdebat, jangan buang waktu dan energimu untuk sesuatu yang tak berguna.
12:39 AM | 0 comments | Read More

Wimar Menghina Muhammadiyah

Wimar Witular mengunggah gambar yang menampilkan  salah satu pasangan capres – cawapres di akun jejaring sosialnya. Dalam gambar tersebut capres – cawapres didampingi oleh elit partai pendukung dan tokoh agama Islam. 

Dibagian bawahnya terdapat lambang partai pendukung dan lambang beberapa organisasi Islam termasuk salah satunya  lambang Muhammadiyah. Dilatar belakangnya dijajarkan gambar beberapa teroris yang sudah dihukum mati, dan postingan gambar tersebut diberi judu Gallery Of Rogues, atau pajangan gambar bajingan.

Mungkin saja Wimar ingin menyatakan pendapatnya bahwa Capres – cawapres dan para pendukungnya ini terdiri dari para bajingan dan oleh karenanya rakyat pemilih perlu diingatkan jangan sampai pemilihan presiden mendatang menjadi era kebangkitan orang jahat.

Terlepas dari benar tidaknya dugaan diatas, ada satu hal yang menyayat hati saya sebagai seorang Muslim, yakni dicantumkannya lambang MUHAMMADIYAH dalam galery bajingan tersebut. Tidak  bisa dipungkiri bahwa pencantuman lambang organisasi Islam itu merupakan bentuk pelecehan terhadap ummat Islam, khususnya terhadap warga Muhammadiyah.

Mungkin Wimar lupa bahwa  Muhammadiyah bukanlah partai politik, tetapi organisasi sosial kemasyarakatan yang tidak ikut campur dalam urusan pilpres, meskipun dijajaran pendukungnya ada pentolan Muhammadiyah seperti Amien Rais dan tokoh lainnya.
Muhammadiyah bersikap Netral, tidak berpihak kesalah satu calon, bahkan selaku Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dengan tegas menyatakan bahwa secara pribadi beliau tidak mendukung salah satu capres.

Tindakan Wimar ini disamping keliru secara politik, juga menghina warga Muhammadiyah dengan menampilkan postingan yang berjudul Gallery Of Rogues yang berarti pajangan gambar BAJINGAN. Apapun alasannya, gambar tersebut akan menimbulkan penafsiran bahwa menurut Wimar Muhammadiyah termasuk dalam kelompok atau sama prilakunya dengan organisasi para bajingan, untuk itu warga Muhammadiyah perlu menuntut penjelasan dari Wimar, apa yang menjadi dasar pemikirannya.

Wimar Witoelar memang sudah minta maaf atas foto dan status yang ia unggah di akun medsos pada Ahad (15/6). Ia mengaku tak berniat untuk menghina Muhammadiyah atau pun organisasi Islam lainnya. 
"Saya ini tak ada apa-apanya dibanding Muhammadiyah," ungkap Wimar sebagaimana dikutip oleh beberapa media, dan dia juga mengaku sangat dekat dengan beberapa tokoh Muhammadiyah seperti Syafi’i Maarif, Din Syamsuddin dan Amien Rais. “Mereka itu semuanya mitra saya, ujarnya lebih lanjut.

Tetapi permintaan maaf didepan media seperti itu tidaklah akan mengobati luka hati warga Muhammadiyah, kedekatannya dengan beberapa tokoh Muhammadiyah bukanlah jaminan dia tidak berniat jahat terhadap Muhammadiyah.

Jika Wimar benar tidak bermaksud ingin menghina Muhammadiyah, hanya sekedar untuk lucu-lucuan saja, maka seharusnya Wimar datang ke Muhammadiyah, menyatakan penyesalannya dan minta maaf atas kekeliruan yang telah dilakukannya, bukan minta maaf didepan awak media.  


Jika hanya sekedar mengumbar kata “mohon maaf” didepan media lalu menganggap persoalannya jadi selesai maka patut dipertanyakan siapa sebenarnya yang bersikap seperti BAJINGAN.
12:34 AM | 0 comments | Read More

Bualan Pendukung Capres

Lung Bisar dan Cu Busu adalah dua sahabat yang memutuskan pilihan berbeda dalam pilpres mendatang. Cu Busu dengan berbagai pertimbangan menjatuhkan pilihannya untuk mendukung Prabowo sementara Lung Bisar berpihak kepada Jokowi.

Cu Busu tertarik pada pemikiran dan cita-cita Prabowo yang ingin membangun Indonesia, agar bisa bangkit kembali mengaum sebagai Macan Asia. Sedangkan Lung Bisar bersimpati kepada gaya hidup Jokowi yang merakyat dan suka blusukan.

Sambil memangkas rambut pelangannya, Cu Busu bercerita tentang kebaikan Prabowo, orangnya cerdas, menguasai berbagai bahasa asing, karir militernya cemerlang, kalaupun akhirnya dia dipecat dari dinas kemiliteran itu bukan disebabkan karena dia melakukan kesalahan, tetapi karena tekanan dan pengaruh tertentu dalam situasi politik yang tidak tidak menentu.

Cu Busu juga dengan sigap menangkis tuduhan Penculik terhadap Prabowo, dia menjelaskan bahwa itu adalah bagian dari tugasnya sebagai alat negara, patuh pada perintah atasan. “Untuk apa kita sibuk mengungkit-ungkitnya, sementara orang-orang yang diculik itu kini berdiri dibarisan depan sebagai pelapis dada Prabowo.” Kata Cu Busu seakan-akan menantang lawan bicaranya.

“Sebut saja Pius, Harjanto Taslam, dan beberapa aktivis lainnya yang dulu kabarnya pernah diculik, kini aktif di Partai Gerindra, mereka yang diculik saja diam dan tidak ribut lalu kenapa kita malah yang kasak kusuk. Isu itu selalu dimunculkan saat mau pemilu terlebih-lebih saat Prabowo menjadi Capres ?” Tanya Cu Busu dengan gaya berapi-api.

Jika terpilih menjadi presiden Prabowo tidak akan meminta kenaikkan gaji, dibayar separuh dari gaji SBY juga sudah cukup baginya. Belanja dapurnya tidak terlalu mahal, dia hanya butuh belanja untuk makan satu orang saja,  dia tidak perlu mengeluarkan biaya untuk beli make up, bedak dan lipstik karena dia tidak memiliki isteri.

Sama seperti Cu Busu, Lung Bisar yang kesehariannya bekerja sebagai Tukang Beca, juga memanfaatkan tiap kesempatan untuk bercerita betapa rendah hatinya seorang Jokowi, dia pemimpin yang merakyat , sejarah mencatat bahwa dialah satu-satunya walikota dinegeri ini yang tak pernah mengambil gajinya.

Waktu di Solo dulu dia cukup belanja di Pasar Klewer, bukan di Grand mall atau Solo Square, dan kalau mau lebaran nanti tidak perlu beli baju baru, cukup pakai baju kotak-kotak yang harganya tidak mahal dan bisa dibeli di Tanah Abang.

Kesehariannya juga tidak membutuhkan biaya hidup yang tinggi, Jokowi makan lebih sedikit dari orang lain, kendatipun hal itu menyebabkan tubuhnya jadi kerempeng, tetapi dari segi biaya dia lebih irit.
Jika terpilih menjadi presiden nantinya orang Aceh bisa berkunjung ke Papua  dengan naik Esemka (begitu juga sebaliknya),  karena sebelum masa jabatannya berakhir dia akan merangkai pulau-pulau besar di Indonesia ini dengan jembatan, sekaligus menghidupkan kembali produksi mobil anak sekolah yang dulu ditungganginya.

Sakingkan gigihnya kedua sahabat ini bicara soal capres dukungannya masing-masing, maka berkembanglah pengikut Lung Bisar yang mendukung Jokowi dan pengikut Cu Busu yang mendukung Prabowo, dengan jumlah yang lumayan besar.

Suatu ketika Lung Bisar mampir kewarung Mak Sumiati, dan tanpa diduga ternyata Cu Busu sudah duluan duduk diwarung itu, alhasil bil husal keduanya duduk semeja sambil memesan PECAL (makanan favourite bersama), sebuah kebersamaan yang sudah lama mereka tinggalkan.

Sambil menunggu Mak Sumiati mengulek pecal, mereka berbincang hal ikhwal pemilihan presiden. Keduanya bersikukuh dengan pendapatnya masing-masing, capres yang didukungnyalah yang terbaik, capres yang lain tidak.

“Usai Pemilihan Presiden ini  nantinya, kalian berdua ini dapat apa ?” Tiba-tiba terdengar suara Mak sumiati disela pembicaraan mereka. Pertanyaan itu membuat Lung Bisar dan Cu Busu terdiam bagaikan kehabisan kata, tidak mampu beragumen lagi dan tidak bisa memberikan jawaban. Mereka berdua sadar akan dirinya bahwa apa yang mereka lakukan selama ini adalah sebuah kesia-siaan.

Sia-sia karena mereka bukanlah anggota tim sukses, bukan anggota parpol pendukung, hanya sebatas simapati saja. Hak mereka sama dengan hak orang lainnya, boleh memilih salah satu calon dan boleh tidak memilih keduanya, tidak lebih dari itu.

Kedua capres itu sama sebangun, sama-sama punya kelebihan dan kekurangan, tiap-tiap orang bebas menentukan pilihan sesuai dengan hati nuraninya masing-masing, tidak perlu dibujuk-bujuk karena pemilih bukanlah anak kecil lagi, tidak boleh diintervensi karena pemilihan ini bebas dan rahasia, kecuali.

“Kecuali  jika kita punya kepentingan,” Kata Lung Bisar,


“Betul, Politik itu memang sarat dengan kepentingan, paling tidak, kepentingan untuk meraih kedudukan,”  Kata Cu Busu sambil beranjak dari tempat duduknya.
12:24 AM | 0 comments | Read More

Pemimpin Kencing Berdiri, Rakyat Kencing Menari

Makin dekat dengan hari pemilihan presiden makin riuh pula suara para pendukung masing-masing calon, semakin sering para capres dan cawapres datang kedaerah semakin terkotak-kotak pula masyarakat ditingkat bawah.

Gaduh dan terkotak-kotak dibumbui dengan berbagai ungkapan kasar dan serang menyerang antara kelompok pendukung capres yang satu dengan yang lainnya inilah yang menjadi kecemasan kita. Pilpres ini seakan sudah bergeser dari pesta demokrasi untuk melahirkan pemimpin yang mempersatukan bangsa menjadi perang yang meluluh lantakkan sendi-sendi persaudaraan

Memang hingga hari ini belum ada korban yang berjatuhan secara pisik, tetapi secara moral kita ditolak mundur kezaman purba yang prilaku manusianya tak mengenal etika, mengumbar umpatan secara berlebihan dan menganggap lawan dalam kompetisi sebagai musuh digelanggang.

Mula-mula perang dengan menggunakan kata dalam bait-bait puisi, yang satu menulis puisi bernada mengejek  lalu yang satunya lagi membalasnya dengan meminjam sajak Wiji Thukul. Dilanjut dengan umpatan lewat media cetak dan televisi, lalu diramaikan oleh masing-masing pendukung dengan akun palsu dijejaring sosial. Sungguh memprihatinkan.

Persaiangan antar capres seyogyanya dilakukan secara santun dan menjunjung adat ketimuran, saling menghargai dan saling menghormati.  Pemilihan presiden ini bukanlah perang tanding antara dua pendekar dalam dunia persilatan, dimana pendekar yang menang bisa melanjutkan hidupnya dengan damai sampai ada penantang berikutnya sementara yang kalah terkapar lana bersimbah darah, mati terkubur dengan dendam kesumat.

Tanpa disadari, pemilihan presiden kali ini telah melahirkan perseteruan antar elite yang menjalar keakar rumput, perang kata-kata antar tokoh dicontoh oleh para pendukungnya ditingkat bawah. Inilah yang membuat kita menjadi khawatir.

Kekhawatiran itu dipicu oleh realita yang berkembang ditengah masyarakat saat ini yang sudah mulai terkotak-kotak, masing-masing bersitegang urat leher membela calon yang didukungnya. Perbincangan ditempat-tempat umum hingga diwarung-warung kopi saat ini penuh dengan perdebatan antar masing-masing pendukung kandidat presiden.

Debat antar mereka terkadang berisi saling hujat dan membuka aib, seperti air tumpah kelantai berserak tanpa arah, mengalir sekenanya menurut penafsiran mereka sendiri akan ucapan elite yang diekspos oeh media.

Bagi kedua kandidat (Jokowi dan Prabowo) semua persaingan itu akan berakhir seiring dengan diumumkannya hasil pilpres mendatang, kalaupun diperpanjang masalahnya, paling hanya sampai ke Mahkamah Konstitusi. Setelah itu mereka bersalaman atau duduk bersanding secara damai, tetapi ditingkat bawah urusannya bisa runyam, sikap permusuhan diantara kedua kelompok pendukung itu akan berlangsung lama. Usaia Pilpres nanti, para elite pendukung capres akan saling berangkulan sambil melirik kemungknan mendekati lawan yang menang, tetapi diakar rumput akan seperti piring retak yang sangat susah untuk merekatkannya kembali.


Pemilihan presiden ini bertujuan untuk memilih seorang pemimpin yang terbaik bagi negeri ini, bukan untuk memecah belah dan mencabik-cabik rasa persaudaraan kita sesama bangsa Indonesia. Justeru itulah para tokoh negeri ini dihimbau agar tidak mempertontonkan sikap permusuhan dihadapan publik, karena masyarakat awam memiliki kecenderung sikap meniru kelakuan para pemimpinnya. Pemimpin Kencing Berdiri, Rakyat Kencing sambil Menari
12:13 AM | 0 comments | Read More

Ulama dan Kursi

"Bahkan saya berani menjamin, jika Jokowi-JK menang, menteri agamanya pasti dari kalangan Nahdatul Ulama (NU)," kata Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, di forum silaturahim ulama di Surabaya, Minggu (25/5/2014).

Sepintas, ucapan Muhaimin ini merupakan angin segar bagi warga NU, pemilihan presiden belum dilaksanakan jatah kursi kabinet untuk warga NU sudah disediakan. Ini menandakan bahwa NU merupakan sebuah organisasi yang selalu diutamakan dan diperhitungkan oleh siapapun yang memimpin dinegeri ini.

Namun karena ucapan ini disampaikan saat mendekati masa pemilihan presiden maka maknanya  bisa melenceng  jadi pelecehan terhadap NU. Apalagi ucapan itu disampaikan didepan para ulama Jatim yang pada umumnya adalah warga Nahdliyin.

Sadar atau tidak, ucapan Muhaimin itu seakan-akan memperlakukan para ulama seperti anak kecil yang bisa diiming-imingi dengan permen. Dengan janji jabatan menteri Agama,  Muhaimin mungkin berharap para Ulama akan mengajak pengikutnya untuk memilih pasangan Jokowi – JK sebagai presiden.

Ulama yang dihadapinya itu bukanlah orang bodoh, bukan pula kumpulan orang-orang yang haus jabatan. Mereka semuanya terdiri dari orang-orang berilmu dan berdedikasi, menentukan sikap pilihan bukan karena iming-iming jabatan, tetapi tergantung pada pribadi calon yang kita sodorkan. Lagi pula kursi menteri Agama itu hanya satu, sementara warga NU jumlahnya jutaan.

Bagi para Ulama, calon pemimpin itu jelas kreterianya, berakhlak, menjadi panutan bagi pengikutnya, arif dan bijaksana, berilmu  dan istiqomah, Amanah dan Fathonah, jujur serta berkeadilan dan beberapa syarat lainnya sesuai dengan tuntunan Rosul. Kesemua persyaratan pemimpin yang diyakini oleh para Ulama itu tidak bisa ditukar dengan sebuah kursi Menteri.

Sejatinya dalam pertemuan itu Muhaimin  bisa menjelaskan kepada para ulama tentang alasannya mendukung Jokowi – JK. Dia kewajiban untuk menyampaikan sedetail mungkin tentang profile Jokowi – JK, apa kelebihannya, apa untungnya bagi ummat dan apa ruginya jika ummat tidak memilih pasangan ini. Sehingga dengan penjelasan itu Ulama akan berkeyakinan bahwa memang Jokowi – JK lah pasangan pimpinan terbaik untuk dipilih.

Sebagai seorang pemimpin partai politik seharusnya Muhaimin ikut menumbuh suburkan faham Demokrasi yang kita anut. Siapapun yang terpilih menjadi presiden itulah yang terbaik untuk bangsa ini, tidak perduli apakah dia dari kelompok kita atau bukan, yang terpenting ukhwah Islamiyah tetap terjaga dengan baik, ummat tidak terkotak-kotak dalam kelompok kecil, tetapi bersatu padu dalam wadah besar yang bernama Indonesia.


Siapapun nantinya yang terpilih menjadi presiden maka dialah yang berwenang mengangkat menteri Agama. Dalam sejarah negeri ini telah mencatat bahwa sejak era reformasi, semua Menteri Agama itu berasal dari kalangan NU, cuma masalahnya adalah dua diantaranya telah menoreh catatan kelam,  tersandung kasus Korupsi dan digaruk oleh KPK. Dan kedua mantan menteri agama itu sudah bisa dipastikan telah merugikan nama baik NU.
12:07 AM | 0 comments | Read More

Benny dan Panbers Dalam Kenangan

Terakhir kali saya bertemu dengan Benny Panjaitan di Bandara Soekarno Hatta pada pernghujung 2012 silam, waktu itu pria yang saya kagumi ini bersama adik-adiknya yang tergabung dalam group musik panbers akan berangkat ke Sumatera Utara untuk sebuah Show.

Tubuhnya terlihat sedikit agak kurus dan karena penyakit yang dideritanya memaksa Benny harus duduk dikursi roda sepanjang hari. Diruang tungu bandara aku menanyakan keadaannya termasuk tentang kegiatannya sehari-hari yang menurut pengakuannya masih tetap bermain musik.

“Sampai kapanpun aku tetap ingin bermain musik,” katanya dengan mimik serius, kemudian dia melanjutkan lagi ceritanya yang mengeaskan bahwa bagi seorang Benny Panjaitan Musik adalah bagian dari hidupnya yang tak pernah bisa dipisahkan, bahkan sampai denyut nadi terakhir dia akan tetap ingin bernyanyi dan bermain musik.

Diakui oleh Benny bahwa dia tidak produktif seperti waktu mudanya dulu, namun dia tidak ingin berhenti berkarya, sesulit apapun keadaannya dia tetap berusaha mempertahankan eksistensi Panbers diblantika musik, justeru itulah meski harus didorong diatas kursi roda dia tetap berangkat ke Sumatera Utara untuk memenuhi permintaan penggemarnya.

Sama halnya dengan Tonny dalam keluarga Koeswojo, Benny menghimpun adik-adiknya seperti Hans, Doan dan Assido dalam sebuah group band yang diberi nama Panbers, akronim dari Panjaitan Bersaudara, sebuah nama yang mengekalkan marga Batak dalam kancah musik negeri ini.

Pembicaraan kami terputus seketika, karena Benny harus masuk kepesawat yang membawanya ke Medan. 
Mataku terus menataap langkah Asido Panjaitan mendorong Benny yang duduk dikursi roda, sambil ingatan surut kebelakang, kemasa-masa jayanya Panbers.

Waktu itu Panbers bersama Koesplus, The Mercys, Bimbo dan Favourite Group masuk dalam the big five group musik Indonesia. Masing-masing group musik ini memiliki ciri khas dan keistimewaan tersendiri,  seperti Panbers yang dikenal dengan Duet mautnya.

Lagu-lagu Hitsnya seperti Akhir Dari Cinta, Gereja Tua, Hidup terkekang dan lainnya hingga kini masih segar dalam ingatan publik. Meskipun lagu-lagu tersebut sudah terbilang lama usianya tetapi masih tetap enak didengar dimasa kini, itulah suatu bukti bahwa lagu dan musik yang kwalitas akan abadi dihati pendengarnya, dan kelompok Panbers memiliki hal itu.

Lama tak terdengar kabarnya, malam ini aku kembali melihat sosok Benny dalam acara televisi yang dipandu oleh Tukul Laptop, dia hadir bersama anak dan keponakannya plus adiknya Assido panjaitan. Penampilannya malam ini membuat hatiku jadi terenyuh, Benny yang kutemui dua tahun lalu sudah diubah oleh penyakit yang menggerogoti tubuhnya, bicaranya sudah terbata-bata dan tentunya sudah tidak bisa bernyanyi lagi. Namun sungguhpun demikian, keinginannya dalam bermusik tidak pernah padam, semangatnya masih menyala-nyala terutama ketika Tukul menanyakan apakah masih menciptakan lagu dengan tegas dia menjawab “Ya.”


Itulah Benny yang sejenak melintas dalam ingatan ku, semoga Panber tetap jaya dan abadi dalam ingatan penggemarnya, mauliate lae, Horas.
12:03 AM | 0 comments | Read More

Politisi Masuk Angin

Written By lungbisar.blogspot.com on Wednesday, June 25, 2014 | 11:47 PM

Pilpres tinggal enam minggu lagi, masing-masing kubu capres bergerak cepat pada siang dan malam hari. Mereka berlari mengejar waktu, membina hubungan dengan berbagai pihak, mendatangi petani dan pemusik, merancang baju seragam sebagai uniform agar mudah dikenali dan menyerang lawan dengan berbagai cara.

Persaingan antara kedua capres nampaknya semakin keras, masing-masing kubu sudah saling melempar tuduhan dan ejekan. Ada dalam bentuk puisi berbalas puisi, ada berbentuk sindiran yang dibalas pula dengan sindiran, dan ada pula yang memanfaatkan media sosial dalam menebar fitnah dan kebencian.

Seyogyanya, masing-masing capres memaparkan kepada publik tentang apa yang ingin mereka lakukan bila kelak terpilih menjadi PRESIDEN. Kemana bangsa dan negara ini mau mereka bawa, dan apa saja langkah kongkrit yang akan mereka lakukan agar kesejahteraan rakyat bisa lebih meningkat.

Seharusnya kedua capres berdiri ditengah publik, menanyakan apa kehendak hati rakyat lalu menyusun sebuah program untuk menjawab keingin rakyat dimaksud.  Mereka berdua seharusnya bisa memaparkan berbagai rencana program yang akan mereka laksanakan.

Rakyat sungguh sudah tidak bodoh lagi, justeru karenanya jangan dijejali dengan berbagai berita miring tentang masing-masing capres, tetapi masing-masing capres cobalah bicara dengan santun tanpa harus bicara tentang keburukan calon yang lain.

Cobalah sajikan kepada rakyat tentang bagaimana nantinya seorang presiden terpilih akan melaksanakan amanat Reformasi yang diputuskan oleh Sidang Umum MPR pada 1998 tentang pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Yang mana empat Presiden sebelumnya belum mampu menunaikan amanat MPR tersebut secara tuntas.

Cobalah paparkan bagaimana langkah kongkrit yang semestinya diambil oleh pemerintahan mendatang untuk mengatasi masalah pendidikan yang sistem Ujian Nasionalnya pada hari ini masih menjadi bahan perdebatan. Atau coba sampaikan kepada rakyat tentang upaya pemberantasan korupsi sehingga KPK tidak hanya sekedar menangkap Koruptor tetapi mampu membatasi langkah orang yang ingin menggarong uang rakyat.

Sistem pelayanan haji yang amburadul dan menjadi keluhan masyarakat muslim setiap musim haji juga perlu pembenahan, masing-masing capres seharusnya mengemukakan konsep bagaimana cara mengatasinya sehingga ummat muslim Indonesia bisa menjalankan ibadah haji dengan nyaman dan aman, tanpa dirasuki oleh syak wasangka terhadap penyelenggaraan haji.

Capres juga harus bisa menjelaskan soal tindakannya kedepan untuk mengatasi lonjakan jumlah tenaga kerja, apa upaya mereka untuk menciptakan lapangan kerja dan bagaiamana caranya agar jumlah TKI / TKW setiap tahunnya bisa berkurang.

Untuk Indonesia diwilayah Timur bagaimana pula cara pengembangannya, sehingga percepatan pembangunan bisa dilakukan tanpa harus menimbulkan rasa iri bagi saudaranya yang di Barat. Demikian juga soal daerah perbatasan yang harus dijaga sehingga rakyat disana tidak memilih hijrah kenegara lain, dan atau wilayah RI menjadi berkurang karena dicaplok oleh negara tetangga.


Banyak hal lain lagi yang semestinya mereka pikirkan untuk kepentingan bangsa dan negara ini, dan itu jauh lebih penting dari pada berbicara tentang keburukan lawan. Bicara tentang kejelekan dan keburukan lawan baik ditingkat elite maupun ditingkat pendukung yang paling bawah sama saja artinya menebar kentut kepada rakyat, baunya busuk dan menyengat hidung serta tidak ada manfaatnya, pekerjaan seperti ini hanya dilakukan oleh politisi kampungan yang sedang masuk angin. Dan sebagai rakyat pemilih tentunya tidak ingin dipimpin oleh politisi masuk angin yang kerjanya sepanjang waktu hanya sekedar ,menebar KENTUT.
11:47 PM | 0 comments | Read More