Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Kisah Cinta Sumiati dan Berus

Written By lungbisar.blogspot.com on Sunday, October 26, 2014 | 10:25 PM

Derai tawa para pengunjung setia warung Mak Sumiati memecah kesunyian malam, Warung itu menjadi tempat mangkal para pelanggannya untuk berbincang lepas menjelang kantuk tiba. Beragam topik yang mereka perbincangkan, mulai dari kisah hidup para petani di Tanah Putih sampai pada keputusan politik di gedung putih, kesemuanya dibingkai menjadi kabar dan cerita yang tak berjudul.

Diantara sekian ramai pengunjung diwarung itu ada seorang lelaki asing dengan perawakan sedang dan berkulit sawo matang.  Dia duduk sambil memesan secangkir kopi sebagai penghangat tubuh. Lelaki yang belakangan dikenal dengan nama Berus itu  membuat Mak Sumiati merasa gerah, hampir tiap malam dia mampir duduk berlama-lama didalam warung hanya memesan secangkir kopi, tetapi tidak memesan makanan apapun, sampai akhirnya pada suatu malam Mak Sumiati memberanikan diri untuk bertanya.

“Apakah Tuan tidak memesan makanan  ?”
“Oh ...... tidak,”  jawab lelaki itu singkat
“Kenapa ?”

“Saya duduk disini karena ingin melewati waktu malam sambil aroma menikmati goyangan tangan anda saat mengulek bumbu pecal,” jawabnya dengan nada serius. Ternyata gerak tangan dan gaya mak Sumiati yang cekatan plus sedikit goyang pinggul saat menggiling bumbu pecal itu merupakan daya tarik tersendiri bagi Berus, sehingga membuat dia betah untuk  berlama-lama duduk diwarung itu.

“Waw, tuan sudah melakukan kesalahan besar, menikmati goyang tubuh saya tanpa izin,  tuan harus bayar semuanya itu.” Kata Mak sumiati dengan gaya khasnya.
“Berapa yang harus saya bayar,”  jawab Berus sambil merogoh sakunya, kemuadian dia mengeluarkan sejumlah uang, dan setelah itu  “Ting, terdengar bunyi dentingan dari sekeping uang logam Berus yang terjatuh kelantai. Bunyinya dirasakan Mak Sumiati sebagai sesuatu yang merdu, ......... merdua sekali.

“Wah merdu sekali bunyinya, lapang terlingaku mendengarnya,” ujar Mak Sumiati.

“Impas, berarti impaslah sudah,” jawab Berus.

“Apanya yang Impas ?” tanya mak Smiati.

“Aku nikmati goyang tangan dan tubuhmu saat menggiling bumbu Pecal, dan kamu menikmati dentingan uang logamku, kita sama-sama menikmati,” jawab Berus sambil melempar senyum.


Sejak peristiwa malam itu Berus mulai jarang berkunjung kewarung mak sumiati, dia hanya mampir sesekali dan tidak duduk untuk waktu yang terlalu lama. Para pelanggan setia mak Sumiati seakan sudah melupakan peristiwa yang lucu dan menarik itu, mereka tetap ngumpul menghangatkan suasana malam dengan berbagai topik perbincangan, hingga sampailah suatu ketika warung Mak Sumiti tutup tanpa pemberitahuan. Mereka kebingungan, ada apa gerangan yang terjadi, dan setelah ditanya keorang-orang dekatnya ternyata malam itu Mak Sumiati sedang melansungkan pernikahannya dengan Berus dirumah tuan Qadi.

0 comments: