Apa yang diharapkan oleh rakyat dengan hasil pemilihan
umum tidak lain adalah memiliki rasa keterwakilan dalam penyelenggaraan negara,
makanya tuan-tuan yang kini duduk di Senayan itu disebut sebagai wakil rakyat
dan ditambah embel-embel “yang terhormat” , maksudnya orang yang mendapat
kehormatan sebagai penyambung lidah rakyat.
Selama duduk di DPR mereka mendapat fasilitas sebagai
pejabat negara, mendapat hak pensiun diakhir masa tugasnya. Gajinya dibayar
dengan uang rakyat, jumlahnya hampir 40
kali lipat dari UMR yang diperjuangkan oleh buruh setiap tahunnya. Komponen
upahnya juga macam-macam, terdiri dari berbagai tunjangan, ada uang sidang
meskipun diantara mereka ada yang mangkir, ada yang ngantuk-ngatuk saat sidang.
Ada uang reses meskipun saat reses mereka tidak menemui konstituennya melainkan
pulang kampung menemui sanak saudaranya.
Selain itu ada lagi uang saku bagi yang sedang melakukan
studi banding, nilainya membuat kalkulator rakyat tidak mampu menghitungnya,
mata anggarannyapun bukan rupiah tapi dolar karena pada umumnya studi banding
itu dilakukan keluar negeri.
Uang Sidang, Uang Reses, Uang saku, kesemuanya itu
merupakan penerimaan anggota Dewan diluar gaji resminya, dan itu saja tidak
cukup, masih ada lagi tambahan berupa uang siluman dari pemerintah daerah, dari
direksi BUMN, dari para kontraktor berskala besar dan lain sebagainya, jenis penerimaan yang satu ini tidak tertulis
tapi tebungkus rapi, serah terimanyapun dilakukan secara sembunyi-sembunyi,
takut tertangkap tangan sama KPK.
Dari sejumlah hak yang diterima oleh anggota Dewan itu,
semestinya mereka kembalikan kerakyat dalam bentuk pengabdian, kinerja yang
baik, keputusan yang bernas yang mampu mendongkrak kesejahteraan rakyat, bukan
ngantuk dan tidur saat sidang soal rakyat, bukan ngobrol dengan rekan sesama
anggota dewan, bukan membuka tablet saat paripurna, dan bukan pula mangkir
dengan seribu alasan.
Dipenghujung masa bakti anggota dewan ini, selayaknya
mereka melakukan evaluasi, apakah mereka
sudah memenuhi harapan rakyat yang telah memilihnya, apakah mereka sudah layak
menyandang gelar terhormat sebagai wakil rakyat dan apakah janji-janji
kampanyenya sudah ditepati. Dan (ini yang penting) apakah selama menjadi
anggota dewan mereka benar-benar memegang amanah atau malah sebaliknya numpang
hidup mengais rezeki ?
Evaluasi Ini penting bagi wakil rakyat, karena tanpa
mereka sadari rakyat sudah memilik catatan khusus terhadap mereka. Perbanyaklah
bercermin sambil bertanya pada diri sendiri, apakah masih layak untuk
mencalonkan diri dalam pemilu yang akan datang ?
Semoga dengan banyak bercermin mereka menemui jawabannya,
itupun jika anggota dewan yang terhormat itu terdiri dari orang-orang yang tau
diri.
0 comments:
Post a Comment