Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Anas dan SBY

Written By lungbisar.blogspot.com on Tuesday, April 16, 2013 | 7:00 PM


Anas dan SBY, dua tokoh yang saat ini banyak diperbincangkan publik, terlebih-lebih setelah Anas menyatakan berhenti sebagai ketua umum Partai Demokrat, partai yang mengantarkan SBY kekursi poresiden.  
Dari awal, hubungan keduanya  terlihat baik-baik saja, sering terlihat tampil berdua, dalam setiap acara partai selalu duduk berdampingan  , tidak pernah terdengar suara berbantahan, isi pidato SBY selalu disambut positif oleh Anas dan begitulah sebaliknya.
Hubungan baik itu berlanjut terus, hingga akhirnya terlihat sedikit agak tegang beberapa hari menjelang Anas menyatakan berhenti. Hubungan yang tegang itu semakin tak terkendalikan lagi setelah Anas benar-benar berhenti dari jabatannya dan menyampaikan pidato yang diyakini publik bernada menyerang SBY. Setelah itu keduanya mulai berseberangan, bahkan terkesan berseteru.
Sebagai orang awam sebenarnya perseteruan mereka ini sangatlah disayangkan, Anas dan SBY adalah dua kekuatan yang jika bersatu akan membawa manfaat besar bagi kemajuan bangsa, asal saja keduanya tidak bersatu dalam pemufakatan jahat, misalnya melakukan korupsi bersama dan saling melindungi antara satu sama lain.
Kini kedua tokoh ini sudah terlanjur berseteru, meskipun tidak saling serang secara terbuka, tapi  dari beberapa berita dimedia masa dan tuit  Anas dimedia sosial bisa dibaca betapa tajamnya perseteruan itu. Bahkan saat berlangsungnya KLB Partai Demokrat di Bali Anas merasa dirinya dibuntuti oleh oknum yang disebutnya sebagai alat negara.
Jika celotehan Anas dimedia sosial ini benar, tentu ini merupakan sebuah indikasi bahwa SBY tidak melepaskan Anas dengan begitu saja bebas dialam terbuka, meskipun sudah bukan ketua partai lagi gerak-gerik Anas tetap masih dipantau oleh SBY. 
Semestinya,  Anas yang sudah berhenti dari PD , dan sudah ditetapkan sebagai tersangka itu menjadi urusan penegak hukum untuk mengawasinya,  gerak-geriknya dipantau, dan dicekal bepergian keluarnegeri agar tidak lari dari tanggung jawab hukum.
Sebaliknya sebagai orang muda, Anas harus menghentikan tuit-tuitnya yang halus dan menusuk itu, tak ada gunanya lagi melakukan perlawanan disaat pertandingan sudah usai, kalau mau membuka borok SBY kenapa tidak dari dulu, sebelum dirinya berhenti sebagai Ketua Umum. Hari ini seharusnya Anas berpikir bahwa dia masih punya waktu sementara SBY sudah harus mengejar waktu,
Demikian juga halnya dengan SBY, semestinya dia sadar bahwa sebagai seorang kepala negara Anas itu hanyalah rakyat biasa, dia bisa bilang sama Anas, bahwa dia telah berhasil menggantikan Anas sebagai ketua umum partai tapi Anas tidak mampu menggantikannya sebagai presiden. 
Anas dan SBY seharusnya sadar akan keunggulan dirinya masing-masing, dan selanjutnya dengan keunggulan yang dimilikinya itu mereka melangkah kedepan, yang satu membawa partainya menghadapi pemilu tahun 2014, dan satunya lagi kepengadilan tipikor. Selamat berpikir

0 comments: