Anas dan SBY, dua tokoh
yang saat ini banyak diperbincangkan publik, terlebih-lebih setelah Anas
menyatakan berhenti sebagai ketua umum Partai Demokrat, partai yang
mengantarkan SBY kekursi poresiden.
Dari awal, hubungan
keduanya terlihat baik-baik saja, sering
terlihat tampil berdua, dalam setiap acara partai selalu duduk
berdampingan , tidak pernah terdengar
suara berbantahan, isi pidato SBY selalu disambut positif oleh Anas dan
begitulah sebaliknya.
Hubungan baik itu
berlanjut terus, hingga akhirnya terlihat sedikit agak tegang beberapa hari
menjelang Anas menyatakan berhenti. Hubungan yang tegang itu semakin tak
terkendalikan lagi setelah Anas benar-benar berhenti dari jabatannya dan
menyampaikan pidato yang diyakini publik bernada menyerang SBY. Setelah itu
keduanya mulai berseberangan, bahkan terkesan berseteru.
Sebagai orang awam
sebenarnya perseteruan mereka ini sangatlah disayangkan, Anas dan SBY adalah
dua kekuatan yang jika bersatu akan membawa manfaat besar bagi kemajuan bangsa,
asal saja keduanya tidak bersatu dalam pemufakatan jahat, misalnya melakukan
korupsi bersama dan saling melindungi antara satu sama lain.
Kini kedua tokoh ini
sudah terlanjur berseteru, meskipun tidak saling serang secara terbuka, tapi dari beberapa berita dimedia masa dan
tuit Anas dimedia sosial bisa dibaca
betapa tajamnya perseteruan itu. Bahkan saat berlangsungnya KLB Partai Demokrat
di Bali Anas merasa dirinya dibuntuti oleh oknum yang disebutnya sebagai alat
negara.
Jika celotehan Anas
dimedia sosial ini benar, tentu ini merupakan sebuah indikasi bahwa SBY tidak
melepaskan Anas dengan begitu saja bebas dialam terbuka, meskipun sudah bukan
ketua partai lagi gerak-gerik Anas tetap masih dipantau oleh SBY.
Semestinya, Anas yang sudah berhenti dari PD , dan sudah
ditetapkan sebagai tersangka itu menjadi urusan penegak hukum untuk mengawasinya,
gerak-geriknya dipantau, dan dicekal
bepergian keluarnegeri agar tidak lari dari tanggung jawab hukum.
Sebaliknya sebagai
orang muda, Anas harus menghentikan tuit-tuitnya yang halus dan menusuk itu,
tak ada gunanya lagi melakukan perlawanan disaat pertandingan sudah usai, kalau
mau membuka borok SBY kenapa tidak dari dulu, sebelum dirinya berhenti sebagai
Ketua Umum. Hari ini seharusnya Anas berpikir bahwa dia masih punya waktu
sementara SBY sudah harus mengejar waktu,
Demikian juga halnya
dengan SBY, semestinya dia sadar bahwa sebagai seorang kepala negara Anas itu
hanyalah rakyat biasa, dia bisa bilang sama Anas, bahwa dia telah berhasil
menggantikan Anas sebagai ketua umum partai tapi Anas tidak mampu menggantikannya
sebagai presiden.
Anas dan SBY seharusnya
sadar akan keunggulan dirinya masing-masing, dan selanjutnya dengan keunggulan
yang dimilikinya itu mereka melangkah kedepan, yang satu membawa partainya
menghadapi pemilu tahun 2014, dan satunya lagi kepengadilan tipikor. Selamat
berpikir
0 comments:
Post a Comment