Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh menyatakan
ujian nasional bukan hanya untuk pelajar. "Kami, pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, juga diuji secara nasional," kata Nuh di SMA Negeri 3
Jakarta, Senin, 15 April 2013. Sebagaimana dikutip oleh Tempo.co.
Ungkapan pak Menteri tersebut barangkali ingin mengatakan
bahwa antara siswa dan Pemerintah pada hari ini mengalami nasib yang sama,
yakni sama-sama diuji oleh suatu keadaan yang disebut UN.
Sebagai penyemangat, ucapan itu bisa difahami, menjadi cambuk
agar para siswa tidak merasa sendirian dalam menghadapi ujian. Pada saat yang
sama masih ada pihak lain yang juga sedang diuji, yakni pemerintah. Kalau siswa
diuji kemampuan menguasai materi pelajaran sementara pemerintah diuji dalam hal
penyelenggaraan UN itu sendiri.
Namun persoalannya saat ini bukanlah masalah bersemangat atau
loyonya para siswa dalam menghadapi UN itu, tapi sejauh mana kesiapan
pemerintah menyelenggarakan Ujian yang bertaraf Nasional itu dilakukan. Logikanya,
jika siswa akan diuji secara nasional maka proses belajar mengajar seharusnya juga
bertaraf nasional. Apa yang diperoleh oleh siswa yang belajar di Jakarta juga harus dirasakan
oleh siswa lain diseluruh pelosok nusantara ini, termasuk para siswa yang
belajar di pedalaman Papua dan di Pematang Ibul Rohil. Atau dengan kata lain
pemerataan pendidikan itu harus benar sudah dirasakan oleh siswa secara
nasional.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, apakah
penyelenggaraan pendidikan (termasuk
sarana dan prasarana, fasilitas dan tenaga pengajarnya) sudah merata secara
nasional ? Jika sudah, ya Alhamdulillah,
tapi jika belum, maka sebaiknya pemerintah berpikir ulanglah untuk melakukan
ujian secara nasional.
Akan halnya hari ini pak Menteri merasa sedang diuji, ya
diujilah situ, tidak ada korelasinya
dengan UN yang sedang dihadapi oleh siswa kita. Ujian yang dihadapi oleh para
siswa kita sesungguhnya sudah berlangsung sejak dia masuk sekolah dulu, diuji
dengan keterbatasan fasilitas, sarana dan prasarana, diuji dengan keharusan
membeli pakaian seragam dan kemungkinan
juga diuji dengan berbagai pungutan.
Ujian-ujian seperti itu, berlangsung selama mereka dalam
pendidikan, maka ketika pak menteri mengatakan pemerintah sedang diuji, secara
samar-samar terdengarlah jawaban siswa dengan menggunakan istilah “Lebay” ,
sebuah kosa kata yang belum kita jumpai dalam kamus besar bahasa Indonesia, dan
kita diuji untuk memahaminya.
0 comments:
Post a Comment