Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Pak BUAL

Written By lungbisar.blogspot.com on Sunday, April 22, 2012 | 10:01 AM

Raut wajahnya seakan mencerminkan kegelisahan hatinya, warung kopi milik keluarga yang dikuasakan padanya kini mulai sedeng (hampir bangkrut). Sementara para sepuh dan ahli waris atas warung nenek moyangnya itu kini sudah mulai memandang sinis terhadap dirinya, ada yang menilainya tak becus, kurang tegas, dan lain sebagainya.
Kondisi warung kopi itu sebenarnya tidaklah parah - parah amat, pelanggannya masih tetap ramai sepanjang hari, jualan laku terus, tapi keuntungannya tidak jelas,  hasil penjualannya entah kemana dan setiap hitung-hitungan tekor melulu, jangankan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan membayar gaji perbulan saja  hampir-hampir tak mampu. Para ahli warispun naik pitam dibuatnya , jangankan mendapat bagian keuntungan malah mereka diminta nombok.
Raut wajah Pak Bual semakin tak selesai, kerut dahinya bertambah jelas akibat pusing berpikr melulu, kantong matanya semakin tebal karena sepanjang malam kesulitan tidur. Ditambah lagi ulah rekan sejawatnya yang tersangkut masalah hukum karena ketahuan main mata dengan pendongkel laci kasir, membelanjakan uang dengan seenaknya, mark up dana belanja modal dan lain sebagainya.
Raut wajah Pak Bual kian kusut, manakala para peramu adonan kopi gulanya menuntut kenaikan upah dengan ancaman mogok serentak. Pramusajinya juga membuat ulah sehingga menimbulkan protes dikalangan pelanggan. Ulah tukang masak didapur juga tak kalah memusingkan kepalanya, kayu habis dilalap api tapi airnya mentah, sekali lagi para pelanggannya protes dan membuat uban pak Bual semakin putih  menabur.
Kerisauan hati Pak Bual semakin menjadi-jadi, manakala dia menganjurkan untuk berhemat, malah disambut dengan cibiran, karena dia sendiri sangat boros menggunakan anggaran, untuk kepentingan rapat didapur saja menghabiskan dana milyaran rupiah. Lain lagi dengan gayanya yang ingin tampil wah seperti pemilik super market, pergi belanja kepasar untuk membeli kopi gula sebenarnya cukup pakai sepeda, hemat energi, tidak pakai BBM, dan tidak perlu bayar uang parkir, tapi Pak Bual malah pesan pesawat dengan anggaran yang fantastis, wah dia tak mau kalah dengan pemilik KFC yang asal negeri super power itu.
Sekali waktu dia coba untuk curhat seakan ingin berbagi dan menyampaikan keresahan hatinya, eeee  malah menjadi bahan olok-olokan orang banyak karena curhatnya itu bocor keluar. Entah siapa yang gatal mulut membukanya kepublik tak ada satupun yang tau, dan sebagaimana kebiasaannya dibentuklah pansus untuk menelidiki pelakunya.
Sampai cerita ini ditulis, raut wajah pak bual belum juga jernih seperti sediakalanya, terdengar kabar bahwa Yusril menggugat ke Mahkamah Konstitusi.  Ada kemungkinan kerja kerasnya untuk menaikan harga secangkir kopi akan kandas dalam gugatan di MK, dan saya tak bisa membayangkan lagi betapa kusamnya wajah Pak Bual selanjutnya.

0 comments: