Tersiar kabar bahwa Kadin Riau menyurati Gubernur agar menutup total
jembatan Siak III, kondisinya sudah mengkhawatirkan, mengancam
keselamatan masyarakat yang melintasinya.
Benarkah kekhawatiran pihak Kadin ini, bukankah jembatan dimaksud
baru saja diresmikan penggunaannya oleh Gubernur Riau pada 3 Desember
2011, diberi nama Jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah.
Dalam penjelasannya waktu itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau
SF Hariyanto mengatakan jembatan dengan ukuran 520 X 11 meter (P X L)
itu difungsikan tanpa pembatasan beban kendaraan yang melintas, dibangun
dengan biaya Rp136 miliar, dari Anggaran Pendapataan dan Belanja Daerah
(APBD) Provinsi , dan diperkirakan tahan sampai 50 tahun.
Kalau dibandingkan dengan penjelasan Kadis PU tersebut, kekhawatiran
Kadin Riau itu terasa sangat berlebihan, mengada-ada. Kadis PU menjamin
tahan sampai 50 tahun Kadin malah beranggapan mengancam keselamatan
pengguna. Tapi itulah kenyataannya, kekhawatiran kadin ini juga
merupakan kekhawatiran masyarakat, terutama bagi warga Rumbai yang
sering melintas diatasnya, kondisinya sedikit mencurigakan, ada
pemandangan aneh, melengkung dibagian tengahnya (turun kebawah), membuat
hati merasa gamang, ngeri-ngeri sedap saat melintasinya, dan oleh
karena itu pulalah pernah ada permintaan agar jembatan itu ditutup
sementara untuk diteliti ulang.
Memang pemerintah telah melakukan uji teknis atas jembatan dimaksud,
tapi sayangnya hingga kini hasilnya tidak pernah diumumkan kepublik,
sehingga menimbulkan kecurigaan bahwa ada sesuatu yang tak beres atas
pembangunan jembatan ini, dan akhirnya muncullah surat Kadin yang
meminta Jebatan itu ditutup total.
Selayaknya, Dinas pekerjaan umum segera mengumumkan hasil uji tekhnis
dan kelayakan jembatan itu kepada masyarakat. Sampaikanlah apa adanya,
masyarakat barangkali tidak siap menerima kenyataan jika jembatan itu
ditutup total, tetapi akan lebih tidak siap lagi jika jembatan itu roboh
dan menelan korban seperti yang terjadi di Kutai Kartanegara setahun
yang lalu.
Jembatan itu dibangun dengan uang rakyat, diberi nama Sultan Muhammad
Ali Abdul Jalil Muazzamsyah, sebuah nama yang diambil dari raja kelima
kerajaan Siak Sri Indrapura. Menurut catatan sejarah kota Pekanbaru Sang
sultan dianggap paling berjasa mengembangkan kota Pekanbaru dari sebuah
perkampungan kecil yang bernama Senapelan hingga kini menjadi kota
perdagangan dan ibu kota Provinsi Riau.
Penabalan nama besar Allahyarham baginda sultan tentu dengan harapan
agar jembatan ini memiliki arti yang sama besar dan pentingnya dengan
nama yang disandangnya, bermanfaat bagi masyarakat Pekanbaru dan
sekitarnya dan tidak roboh sebelum waktunya. Semoga !
0 comments:
Post a Comment