Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Kartini Baru

Written By lungbisar.blogspot.com on Sunday, April 22, 2012 | 9:56 AM

Angelina Sondakh, anggota DPR dari Fraksi PD, yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus suap Wisma Atelit hingga hari ini belum juga diperiksa oleh KPK. Penetapannya diumumkan langsung oleh ketua KPK pada tanggal 3 Februari yang lalu, masih segar dalam ingatan kita gaya Abraham Samat yang tampil sendiri didepan publik tanpa didampingi oleh komisioner yang lain.
Dibalik pengumuman tersebut beredar isu peristiwa Abraham menggebrak meja, menandakan ada ketidak sesuaian diantara mereka sesama komisioner KPK.
Ketidak kompakan itu sendiri dibantah oleh ketua KPK yang lain, dengan tegas mereka menolak disebut ada perpecahan diantara mereka, yang ada hanyalah perbedaan pendapat dan itu syah adanya serta tidak menimbulkan perpecahan diantara pimpinan KPK.
Lambatnya pemeriksaan terhadap Anggie sebagai tersangka itu seakan menguatkan dugaan akan kebenaran isu perpecahan dimaksud. Seseorang yang sudah ditetapkan sebagai tersangka tanpa berlama-lama langsung ditahan oleh KPK. Wa Ode misalnya, tidak berapa lama setelah ditetapkan sebagai terangka, langsung masuk bui. Sementara Anggie, jangankan ditahan diperiksapun tidak.
Banyak hal yang aneh dalam kasus ini, penetapan Anggie sebagai tersangka yang juga merupakan orang penting ditubuh partai demokrat ini awalnya diharapkan menjadi pintu masuk bagi tersangka yang lain, kini malah mandek ditengah jalan.
Bambang menyebutkan alasan terlambatnya pemeriksaan Anggie terkait jumlah penyidik KPK yang terbatas, sementara seorang Iwan Piliang dalam akun twiternya menulis "@IwanPiliang, dia menulis, 'Bung Samad, ketua @KPK_RI sakit. Kuat dugaan saya, slh satu krn lenyap semua data pemeriksaan Angie apel washington."
Membaca status Bung Iwan tersebut kembali mengingatkan kita pada cerita Apel Malang dan Apel washington, lengkap dengan istilah Ketua Besar dan Bos Besarnya, yang terungkap dalam persidangan Mindo rosalina. Siapa yang disebut dengan Ketua dan Bos besar itu kemudian diperjelas dalam persidangan Nazaruddin.  Selanjutnya terurailah secara panjang lebar kisah aliran dana haram itu, bak lagu Bengawan Solo, Dananya mengalir sampai jauh, akhirnya ke Laut.
Jaringan koruptor yang terlibat dan diduga menerima aliran dana haram itu disebut-sebut seorang Ketua Partai, tapi sang ketua Partai hingga hari ini tak tersntuh, bahkan dengan sombongnya beliau mengatakan "jangankan terlibat dipanggil bersaksi saja tidak."
Dalam tuntutan yang dibacakan Jaksa atas terdakwa Nazaruddin pada perkara suap Wisma Atelit senilai Rp4,6 miliar di Pengadilan Tipikor Jakarta, tanggal 2 April yang lalu, disebutkan adanya aliran dana Rp5 miliar diterima Angie dan Wayan Koster pada 5 Mei 2010. Lebih jelasnya lagi diterangkan bahwa Angie menerimanya dari Mindo Rosalina Manulang. Jadi, keterlibatan Anggie dalam kasus ini sungguh sesuatu yang terang benderang, namun entah apa gerangan yang menghalangi langkah KPK sehingga sampai hari ini, jangankan untuk menangkap Anggie, berniat memeriksanya saja belum, baru sebatas pemeriksaan saksi. Lebih ironisnya lagi PD Demokrat hingga kini belum mengambil sikap terhadap kadernya itu, akibatnya Gedung DPR RI yang semestinya menjadi tempat orang-orang terhormat, kini berisikan seorang tersangka, dan tidaklah berlebihan kiranya jika pada hari Kartini nanti Anggie dinobatkan sebagai Kartini baru , seorang kartini yang lahir diabad modern, wajahnya cantik dan anggun, tangan kanannya mengenggam apel malang dan apel Washington ditangan kirinya. Dengan sepatu tumit tinggi dia berdiri melindungi Ketua dan Bos besar dibelakangnya, dan kitapun berdiri untuk menyambut kehdairannya sambil menyanyikan lagu  Ibu kita kartini.

0 comments: