Angelina Sondakh, anggota DPR dari Fraksi PD, yang ditetapkan sebagai
tersangka dalam kasus suap Wisma Atelit hingga hari ini belum juga
diperiksa oleh KPK. Penetapannya diumumkan langsung oleh ketua KPK pada
tanggal 3 Februari yang lalu, masih segar dalam ingatan kita gaya
Abraham Samat yang tampil sendiri didepan publik tanpa didampingi oleh
komisioner yang lain.
Dibalik pengumuman tersebut beredar isu peristiwa Abraham menggebrak
meja, menandakan ada ketidak sesuaian diantara mereka sesama komisioner
KPK.
Ketidak kompakan itu sendiri dibantah oleh ketua KPK yang lain,
dengan tegas mereka menolak disebut ada perpecahan diantara mereka, yang
ada hanyalah perbedaan pendapat dan itu syah adanya serta tidak
menimbulkan perpecahan diantara pimpinan KPK.
Lambatnya pemeriksaan terhadap Anggie sebagai tersangka itu seakan
menguatkan dugaan akan kebenaran isu perpecahan dimaksud. Seseorang yang
sudah ditetapkan sebagai tersangka tanpa berlama-lama langsung ditahan
oleh KPK. Wa Ode misalnya, tidak berapa lama setelah ditetapkan sebagai
terangka, langsung masuk bui. Sementara Anggie, jangankan ditahan
diperiksapun tidak.
Banyak hal yang aneh dalam kasus ini, penetapan Anggie sebagai
tersangka yang juga merupakan orang penting ditubuh partai demokrat ini
awalnya diharapkan menjadi pintu masuk bagi tersangka yang lain, kini
malah mandek ditengah jalan.
Bambang menyebutkan alasan terlambatnya pemeriksaan Anggie terkait
jumlah penyidik KPK yang terbatas, sementara seorang Iwan Piliang dalam
akun twiternya menulis "@IwanPiliang, dia
menulis, 'Bung Samad, ketua @KPK_RI sakit. Kuat dugaan saya, slh satu
krn lenyap semua data pemeriksaan Angie apel washington."
Membaca status Bung Iwan tersebut kembali mengingatkan kita pada cerita Apel Malang dan Apel washington, lengkap dengan istilah Ketua Besar dan Bos Besarnya,
yang terungkap dalam persidangan Mindo rosalina. Siapa yang disebut
dengan Ketua dan Bos besar itu kemudian diperjelas dalam persidangan
Nazaruddin. Selanjutnya terurailah secara panjang lebar kisah aliran
dana haram itu, bak lagu Bengawan Solo, Dananya mengalir sampai jauh,
akhirnya ke Laut.
Jaringan koruptor yang terlibat dan diduga menerima aliran dana haram
itu disebut-sebut seorang Ketua Partai, tapi sang ketua Partai hingga
hari ini tak tersntuh, bahkan dengan sombongnya beliau mengatakan
"jangankan terlibat dipanggil bersaksi saja tidak."
Dalam tuntutan yang dibacakan Jaksa atas terdakwa Nazaruddin pada
perkara suap Wisma Atelit senilai Rp4,6 miliar di Pengadilan Tipikor
Jakarta, tanggal 2 April yang lalu, disebutkan adanya aliran dana Rp5
miliar diterima Angie dan Wayan Koster pada 5 Mei 2010. Lebih jelasnya
lagi diterangkan bahwa Angie menerimanya dari Mindo Rosalina Manulang.
Jadi, keterlibatan Anggie dalam kasus ini sungguh sesuatu yang terang
benderang, namun entah apa gerangan yang menghalangi langkah KPK
sehingga sampai hari ini, jangankan untuk menangkap Anggie, berniat
memeriksanya saja belum, baru sebatas pemeriksaan saksi. Lebih ironisnya
lagi PD Demokrat hingga kini belum mengambil sikap terhadap kadernya
itu, akibatnya Gedung DPR RI yang semestinya menjadi tempat orang-orang
terhormat, kini berisikan seorang tersangka, dan tidaklah berlebihan
kiranya jika pada hari Kartini nanti Anggie dinobatkan sebagai Kartini
baru , seorang kartini yang lahir diabad modern, wajahnya cantik dan
anggun, tangan kanannya mengenggam apel malang dan apel Washington
ditangan kirinya. Dengan sepatu tumit tinggi dia berdiri melindungi
Ketua dan Bos besar dibelakangnya, dan kitapun berdiri untuk menyambut
kehdairannya sambil menyanyikan lagu Ibu kita kartini.
0 comments:
Post a Comment