Saat mengisi formulir dan menyusun kelengkapan administrasi yang akan
diajukannya, salah seorang polisi bertanya, apakah Lung Bisar sudah memliki
kartu INAFIS.
“Oooo ........ Ngah Nafis, ya ya saya tau ?” jawabnya sambil bergegas
meninggalkan kantor polisi itu, dia langsung meluncur ke Warung kopi Pak Bual
tempat Ngah Nafis biasa mangkal.
Tapi diperjalanan dia kebingungan, sambil memutar otaknya dia bertanya
dalam hati. “Mengapa Polisi itu tiba-tiba menanyakan Ngah Nafis, apa
hubungannya ? Ah ada-ada saja polisi ni,” desisnya dalam hati.
Setibanya diwarung Pak Bual, matanya langsung tertuju kesalah satu meja
disudut ruangan tempat dimana Ngah Nafis biasa duduk menyeruput kopi, lalu
dengan tidak membuang waktu lagi dia langsung mengajak konconya itu kekantor
Polisi. Sang temanpun tak banyak tanya lagi langsung mengikut saja, dan
setibanya dikantor polisi dia langsung menemui polisi yang tadi melayaninya.
“Ini Ngah Nafis yang bapak maksudkan itu,” katanya sambil tersenyum
bangga karena sudah berhasil membawa Ngah Nafis kekantor polisi.
“Waduh Pak Lung, ini pasti salah .......... kata pak Polisi itu sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya, tapi belum sempat polisi itu melanjutkan
kata-katanya tiba-tiba Lung Bisar menjawab dengan penuh keyakinan.
“Tidak salah lagi pak, inilah orang yang bernama Ngah Nafi itu,
satu-satunya dinegeri ini” potong Lung Bisar dengan penuh semangat.
“Dengar baik-baik ya pak,” ujar polisi itu dengan sedikit menekan rasa
geli dihatinya, “jangan potong pembicaraan saya dulu ya.”
“Ya,” jawab Lung Bisar dengan tegas.
“Yang saya
maksudkan itu adalah kartu Indonesia Automatic Fingerprint Identification System atau
lazim disebut dengan kartu INAFIS, setiap orang yang ingin mengurus SIM
dianjurkan membuat kartu ini, gunanya agar polisi memiliki data yang otentik
bagi setiap orang, sehingga memudahkan penyelidikan dan memperlancar urusan
polisi dalam melayani masyarakat. Kartu ini juga bisa meminimalisir kejadian
salah tangkap.” Ujar polisi itu dengan panjang lebar.
“Tapi kan
sudah ada E-KTP, kata Pak Camat datanya juga lengkap,” jawab Lung Bisar.
“Iya pak
Lung, E-KTP itu kartu dari kemendagri, ini kartu dari kepolisian.”
Lung Bisar
bertambah tak mengerti dengan apa yang sedang dihadapinya, dulu waktu mengurus
e ktp disebutkan bahwa kartu itu memuat data tiap-tiap warga dengan lengkap dan
menjadi satu-satunya bukti identitas diri, berlaku dan dapat diakses diseluruh
wilayah republik Indonesia karena sistemnya sudah online, tapi mengapa masih
ada lagi kartu Ngah Nafis , (eh kesasul,
Kartu Inafis) apakah tidak tumpang tindih dan bila ini dibiarkan apakah
tidak akan muncul instansi lain yang membuat kartu sejenis dengan alasan yang
sama pula. “Kalau sudah begini, uang dalam dompet akan terkuras dan berganti dengan
beragam kartu identitas,” kata Lung Bisar dalam hatinya, dan ucapan itu
menjadi penutup lamunan panjangnya tentang kartu Inafis yang dengan tanpa
disengaja telah dipelesetkannya menjadi Ngah Nafis.
0 comments:
Post a Comment