Kalau Padi katakan Padi
Janganlah kami tertampi-tampi
Kalau jadi, katakan jadi
Janganlah kami ternanti-nanti
Janganlah kami tertampi-tampi
Kalau jadi, katakan jadi
Janganlah kami ternanti-nanti
Itulah sebait pantun yang ditulis Lung Bisar kepada SBY, sebagai ungkapan Galau hatinya atas ketidak jelasan sikap pemerintah dalam hal harga BBM. Pemerintah terkesan ragu-ragu dalam mengambil kebijakan soal harga BBM subsidi. Ketidakjelasan sikap pemerintah ini berdampak buruk bagi rakyat kecil, para spekulan memainkan akal bulusnya dengan cara menimbun BBM, sementara pedagang mulai menaikkan harga kebutuhan bahan pokok.
Ulah para penimbun BBM membuat para nelayan berhenti malaut karena kesulitan mendapatkan Solar, akibatnya penghasilan mereka jadi berkurang sementara biaya hidup semakin tinggi karena harga kebutuhan bahan pokok sudah naik terlebih dahulu.
Tidak jelasnya sikap pemerintah dalam hal kebijakan harga BBM ini tercermin dari penentuan harga yang pada awalnya direncanakan BBM dijual dengan dua harga, yakni harga untuk kendraan roda dua dan angkutan umum berbeda dengan harga kenderaan pribadi. Rencana ini mendapat tanggapan dari berbagai pihak dan akhirnya pemerintah memutuskan naik dengan satu harga, perubahan rencana kebijakan harga ini telah mengorbankan Pertamina, karena Perusahaan milik negara ini sudah terlanjur mengeluarkan dana untuk menyiapkan infra struktur disetiap SPBU untuk melayani konsumen dengan dua harga, jumlahnya tidaklah sedikit mencapai Rp. 10 Milyar.
Keragu-raguan pemerintah ini semakin tak jelas lagi karena SBY berencana akan memberikan BLT sebagai kompensasi atas kenaikan harga BBM subsidi. Dana untuk BLT ini mau diambil dari mana karena dalam APBN 2013 tidak pernah dianggarkan. Jika SBY bersikeras mengambil kebijakan menaikkan harga BBM berbarengan dengan pemberian BLT, maka tidak diragukan lagi pasti akan memakan waktu yang lama karena pemerintah harus mengajukan APBNP ke DPR.
DPR tentu saja tidak dengan mudahnya memberikan persetujuan atas usulan anggara BLT yang diajukan oleh pemerintah itu, maklum DPR itu isinya orang-orang politik, orang-orang yang duduk di Senayan itu memandang segala sesuatunya dari sudut pandang poitis, tidak bisa dipungkiri mereka akan berhitung soal untung ruginya dan dampak politiknya terhadap parpol mereka sendiri.
Selayaknya rencana kenaikan harga BBM ini tidak perlu dikemukakan dulu sebelum pemerintah merasa mantap untuk melakukannya, tenggang waktu antara rencana dengan keputusan yang diambil oleh pemerintah itu menjadi masa-masa sulit bagi rakyat. Makin lama keputusan diambil semakin dalam derita rakyat, karena masa-masa seperti ini membuka peluang bagi para spekulan untuk melakukan penimbunan, para pedagang seakan berlomba-lomba mendahului pemerintah dalam hal menaikan harga. Bahkan pihak Pelabuhan sebagai gerbang keluar masuknya barang kebutuhan pokok masyarakat sudah lebih dahulu pula menaikan tarif tambat labuh kapal, tarif jasa penumpukan barang, berikut disusul pula dengan upah bongkar muat untuk buruh dipelabuhan, walhasil BBM belum naik harga sembilan bahan pokok sudah melabung terlebih dahulu.
Oleh karenanya, jika pemerintah memandang perlu untuk menaikan harga BBM bersubsidi, maka tidak perlu ragu dan mengulur waktu lagi, ambil sikap yang tegas, dan buatlah keputusan secepatnya, demikian juga sebaliknya jika pemerintah belum merasa perlu menaikan harga BBM maka umumkanlah pembatalan rencana kenaikan harga itu. Makin lama keputusan diambil makin lama pula rakyat menderita.
0 comments:
Post a Comment