Ketika
Luthfi Hasan Ishak diciduk oleh KPK, PKS nampaknya adem-adem saja, sebagai
sebuah partai politik yang taat hukum mereka legowo dan menyerahkan prosesnya
kepada penegak hukum. Tidak terkesan adanya perlawanan yang berarti baik dari
kader partai secara personal maupun Partai secara kelembagaan.
Luthfi
sendiri nampaknya amat arif menyikapi peristiwa penangkapannya, dan agar PKS
tidak terlibat dalam kasusnya dia langsung mengundurkan diri. Demikian juga
dengan Anis Matta, dengan sukarela meninggalkan kursi empuk di Senayan demi
mengemban tugas selaku presiden partai. Setakat ini publik angkat jempol untuk
kader PKS.
Ketika
kasus Luthfi yang berbarengan dengan sahabatnya Fathanah mulai berkembang dari
dugaan menerima suap kedugaan pencucian
uang, mulailah sebagian kader PKS merasa gerah. Kegerahan itu memuncak ketika
sejumlah penyidik KPK mendatangi kantor DPP PKS yang hendak menyita mobil, VW
Caravelle B 948 RFS, Nissan Navara B 9051 QI, Mitsubishi Pajero Sport B 1074
RFW, Mitsubishi Grandis B 7476 UE, Mazda CX9 B 2 MDF, dan Toyota Fortuner B 544
RFS. Ke enam mobil itu diduga terkait
dengan tindak pidana pencucian uang yang disangkakan kepada Luthfi.
Setelah
peristiwa itu hubungan KPK dengan PKS mulai menegang, kader-kader PKS mulai
menunjukan kegarangannya, merasa diperlakukan semena-mena oleh penyidik KPK.
Dengan dimotori oleh vokalisnya Fahri Hamzah PKS berencana melaporkan KPK ke
Polisi, rencana itu kemudian berubah dengan hanya melaporkan penyidik KPK,
kemudian mentah lagi dan akhirnya juru bicara KPK Johan Budi yang dilaporkan ke
Polisi dengan tuduhan telah melakukan kebohongan publik.
Beberapa
hari setelah itu, ketegangan sedikit agak mereda, para petinggi PKS mulai
berbicara dengan santun mempersilakan penyidik KPK datang ke DPP PKS untuk
menyita mobil milik Luthfi. Mereka menyatakan tidak akan menghalang-halangi
tugas penyidik KPK, bahkan ada yang ingin menyambut dengan membentangkan karpet
merah sebagai tanda penghormatan.
Tak
dapat dipungkiri bahwa hiruk pikuk penyitaan mobil dikantor DPP PKS itu telah memperburuk
citra PKS, perlawanan yang dilakukan oleh Fahri dan kawan-kawannya terhadap
penyidik KPK menjadi blunder, membuat publik
mengambil kesimpulan bahwa PKS ingin melawan KPK.
Sadar
akan hal itu, para elite PKS segera berubah sikap terhadap penyidik KPK, dan menjelang
babak akhir penyitaan mobil gerbang kantor PKS dipasangi spanduk bertuliskan
"Selamat Datang KPK di DPP PKS. Kami Senang Jika Dikau Datang Sesuai Hukum
dan Akhlak Mulia".
Kedatang para penyidik KPK
itu disambut oleh Kepala Rumah Tangga DPP PKS Dwi Eka dengan memberikan
setangkai mawar merah, plus hidangan makanan. Tapi sayangnya, dengan alasan tak
boleh menerima pemberian dalam bentuk apapun Penyidik KPK menolak bunga serta
makanan dan minuman yang dihidangkan. Dan penolakan itu menjadi pelajaran yang
amat berharga bagi seluruh kader PKS bahwa adakalanya orang tidak membutuhkan basa
basi yang sifatnya berlebihan, bersikap sewajarnya sajalah.
0 comments:
Post a Comment