PKS yang dulunya selalu disebut sebagai Partai Putih kini menjadi bulan-bulanan banyak orang dan dipelesetkan menjadi Partai KEPUTIHAN.
Bukan mainlah marahnya kader PKS terhadap Ahmad Fathanah, lelaki gagah yang dikelilingi banyak perempuan cantik ini telah mengotori Partai yang selama ini disebut-sebut kadernya sebagai Partai Putih. Suasana partai yang pada awalnya adem ayem, tenang tak beriak kini bagaikan sedang berada dipusaran badai, mengalami goncangan dahsyat.
Fathanah ditangkap KPK akhir Januari lalu terkait kasus suap izin impor sapi. Bersamanya ditangkap pengusaha yang melakukan penyuapan, plus barang bukti dan seorang gadis cantik. Kemudian KPK menciduk presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq yang diduga ikut menikmati uang suap dari Fathanah.
Dari sinilah Pangkal Bala itu bermula, sepak terjang Fathanah mulai dibuka, dia bukan seorang pemain baru, namanya sejak lama sudah diduga memiliki dana mencurigakan. Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pernah mendapati dana mencurigakan mengalir dari dan kerekeningnya. Akibatnya Fathanah tidak hanya diduga sebagai pelaku suap, tetapi juga patut diduga melakukan pencucuian uang, dan akhirnya jadi melebar kemana-mana, sampai kewalikota Makassar sekaligus melibatkan wanita cantik seperti Ayu Azhari, Vitalia Shesya, Maharani, dan Dewi Kirana.
Ketika Luthfi Hasan dinyatakan terlibat dalam kasus suap daging impor, dia langsung mengundurkan dari jabatannya selaku presiden partai, posisinya digantikan oleh Annis Mata. Dengan demikian PKS mungkin berharap bisa melepaskan diri dari kasus Fathanah dan Luthfi sendiri bisa full kosentrasi menghadapi proses hukumnya di KPK,
Kenyataannya kemudian menjadi lain, Ayu Azhari yang diketahui menikmati aliran dana dari fathanah menyebutkan bahwa uang yang diterimanya sebagai panjar untuk tampil disebuah acara PKS, meskipun kemudian pernyataan Ayu itu dibantah ramai-ramai oleh kader PKS, namun publik sudah terlanjur mengetahuinya.
Awalnya PKS terkesan merelakan Luthfi ditangani KPK, tapi ketika persoalannya melebar kemasalah pencucian uang PKS mulai pasang badan, dan memuncak saat KPK ingin menyita 6 mobil mewah milik Lutfhi. Menurut KPK, semula mobil-mobil itu berada dirumah Luthfi, namun ketika tau akan disita oleh KPK segera dipindahkan oleh Ahmad Zaky ke DPP PKS.
PKS menolak disebut menghalang-halangi penyidik KPK dalam penyitaan mobil tersebut, tapi kenyataannya mobil itu batal dibawa KPK karena menurut keterangan para penyidiknya dihalang-halangi oleh satpam PKS, bahkan belakangan diketahui semua Ban mobil tersebut dalam keadaan kempes. Dan Ahmad Zaky ketika tiba di kantor PKS hilang menyelinap entah kemana, yang menurut penyidik dia melarikan diri sementara menurut keterangan Fahri Hamzah dia ketiduran karena capek.
Jika pada saat KPK datang untuk menyita mobil tersebut tidak dihalangi oleh kader PKS, tentu persoalannya tidak akan seribut sekarang ini. Mobil mewah tersebut milik Luthfi Hasan Ishak, seorang tersangka kasus suap, bukan milik PKS secara institusi hanya seorang mantan presiden PKS. Jadi jika tidak berniat melindungi untuk apa dipertahankan.
Fahri Hamzah malah menuduh cara yang dilakukan KPK itu seperti preman, dan buntutnya PKS melaporkan 10 penyidik KPK ke Polisi, entah atas tuduhan apa. Tapi sebaliknya KPK bisa saja melaporkan orang-orang PKS dengan tuduhan menghalang-halangi tugas penyidik.
Ribut soal penyitaan mobil milik Lutfhi ini tentunya akan membuat PKS rugi sendiri, semakin keras Fahri berteriak semakin deras angin menerpa PKS, karena apapun yang dikatakan orang tentang KPK publik jauh lebih percaya kepada lembaga ini dari pada partai politik.
Kerasnya suara Fahri Hamzah hari ini, mengingatkan publik pada keinginannya untuk membubarkan KPK dimasa lalu, ternyata sudah sejak lama Fahri merasa hawatir bahwa cepat atau lambat KPK akan menjadi lawan berat bagi PKS. Akibatnya PKS yang dulunya selalu disebut sebagai Partai Putih kini menjadi bulan-bulanan banyak orang dan dipelesetkan menjadi Partai KEUPTIHAN.
0 comments:
Post a Comment