Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Benarkah PKS akan Hengkang dari KOALISI

Written By lungbisar.blogspot.com on Friday, May 24, 2013 | 8:51 PM


Rencana PKS ingin keluar dari koalisi partai pendukung pemerintah sudah sejak lama didengung-dengungkan oleh para elitenya, terutama saat-saat presiden akan melakukan reshuffle kabinet, dan gaungnya sangat menggema dengan istilah tijitibeh (mati siji mati kabeh), maksudnya jika 4 menteri  KIB dari PKS itu berkurang satu, PKS akan menarik semua kadernya dari kabinet dan keluar dari koalisi.
Ketika SBY benar-benar mencopot Menristek yang dijabat oleh kader PKS Suharna Surapranata, PKS diam tak berkutik. Istilah mati siji mati kabeh betul-betul “MATI”  dengan sendirinya, tak ada reaksi apapun dari PKS . Suara keras yang dikenal dengan istilah tijitibeh itu ternata hanya sekedar gertak sambal belaka, dan sampai hari ini PKS masih tetap setia bersama partai-partai lain menjadi anggota pendukung pemerintah.
Setelah SBY memberhentikan kader PKS dari kabinet dengan lantang Ketua Fraksi Demokrat Jakfar hafsah memberikan penjelasan.
"Sebenarnya di sini pilihannya adalah berada di koalisi dan tidak ada di koalisi, tidak ada rumus tengahnya. Jadi di sini pilihannya yes or no kan bahasanya sederhana," tegas Ketua FPD, Jafar Hafsah, kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (20/10/2011).
Penjelasan Jakfar itu seakan menegaskan kalau mau berkoalisi ya silakan jia tidak yang angkat kaki dan lebih tegas lagi Wasekjen PD Ramadhan Pohan mengatakan  bahwa SBY dengan sengaja mengurangi jatah PKS dikabinet sebagai hukuman.
"Kalau mau koalisi, koalisilah yang baik. Kalau mau jadi oposisi, oposisilah. Tapi, jangan dua kaki. PKS tidak konsisten dalam menjalankan peran sebagai partai koalisi. PKS sering menyerang motor koalisi yakni Presiden SBY. Jadi, PKS harus tahu kewajibannya jangan cuma tahu haknya di koalisi," ujar tokoh yang pernah populer dengan istilah Mr. A  ini.
Kini, ditengah hiruk pikuknya kasus  suap kuota impor daging Sapi yang melibatkan salah satu kader terbaiknya, desakan untuk keluar dari koalisi mencuat kembali, meskipun tak sekeras sebelunya dan tidak ada lagi istilah tijitibeh, tapi wacana itu jelas terdengar keluar lingkungan partai.
Kasus suap ini seakan tidak berhenti sampai pada LHI saja tetapi isunya melebar kekader lain yang kini duduk dikabinet. Beberapa media memberitakan bahwa LHI merencanakan anggaran pemenangan pemilu 2014 mendatang sebesar  Rp. 2 T. Dananya akan diambil dengan memanfaatkan fee dari proyek dikementerian yang dipimpin oleh beberapa kadernya, meskipun belum terbukti kebenarannya, tapi opini publik sudah terlanjur terbentuk, dan ini sangat merugikan partai.  Barangkali inilah alasan kuat kenapa beberapa kader PKS dan segenap anggota dewan syuro kembali melontarkan wacana keluar dari koalisi.
Alasan lainya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Wasejen Partai Keadilan Sejahtera, Mahfudz Siddiq,  PKS merasa pemerintah tak terlalu mendengar suara partai koalisi dalam penetapan kenaikan harga BBM. PKS merasa, pemerintah hanya menggiring dan memanfaatkan partai pendukung pemerintah untuk memluskan rencananya dengan mengabaikan usulan-usulan dari partai lain. 
Tapi, apakah kali ini PKS akan benar-benar keluar dari Koalisi ? Atau ini hanya sekedar wacana semata ? Wallahu’alam, namun satu hal yang pasti, kursi menteri itu sangatlah empuk , dan bila telah duduk sulit untuk meninggalkannya. Bukankah begitu pak menteri ? 

0 comments: