Perahu negeri ku, perahu bangsa ku // Jangan retak
dindingmu
Semangat rakyat ku derap kaki tekadmu // Jangan terantuk batu
Semangat rakyat ku derap kaki tekadmu // Jangan terantuk batu
Syair itu ditulis oleh
Em Ha Ainun Najib puluhan tahun silam,
dan dipopulerkan oleh Franky Sahilatua dalam lagu berirama country. Meskipun rentang waktu sudah terlalewati
sedemikian jauh namun masih terasa relevan dengan situasi bangsa kita saat ini,
terlebih-lebih saat pemerintah dan parlemen bersitegang urat leher, adu
argumentasi soal apakah BBM perlu naik atau tidak ?
Pemerintah beranggapan
bahwa subsidi BBM yang berlangsung selama ini merupakan sebuah kebijakan yang
keliru, tidak tepat sasaran, dan menjadi penyebab beratnya beban anggaran
negara, justeru karenanya subsidi BBM harus dikurangi secara bertahap dengan
cara menaikan harga BBM. Sikap pemerintah ini didukung oleh Fraksi Partai
Demokrat bersama anggota fraksi partai yang tergabung dalam setgab / Koalisi,
sementara PDIP, PKS dan Gerindra menyatakan penolakannya.
Diluar parlemen,
sejumlah mahasiswa dan beberapa elemen masyarakat berunjuk rasa menolak rencana
pemerintah mencabut subsidi BBM. HMI misalnya dengan tegas menolak rencana
pemerintah itu, karena berdampak pada naiknya harga kebutuhan bahan pokok dan
menurunkan daya beli masyarakat.
Dua pendapat berbeda,
dan dua pihak yang berbeda pendapat itu kini sedang berhadap-hadapan,
masing-masing bertahan dengan pandangannya. Semuanya berbicara untuk dan atas
nama rakyat semuanya mengaku sebagai pihak yang berjuang demi kepentingan
rakyat. Sementara dilain pihak rakyat
menyaksikannya dengan penuh tanda tanya ,
kemanakah arah perjalanan bangsa ini dibawa oleh para elitenya ?
Naiknya harga BBM sudah
pasti akan berdampak buruk pada nasib rakyat, tetapi meneruskan kekeliruan
subsidi yang tak tepat sasaran ini juga
akan memperburuk nasib bangsa dalam jangka panjang. Subsidi BBM lebih banyak
dinikmati oleh orang mampu dibanding kaum duafa.
Namun mencabut subsidi
bukan berarti tidak beresiko bagi rakyat kecil, naiknya harga BBM akan memicu
kenaikan harga kebutuhan hidup sehari-hari, para kuli bangunan dan pekerja
harian tentu akan merasakan langsung dampaknya. Bantuan langsung yang diberikan
pemerintah dengan istilah yang dipelesetkan sebagai BALSEM itu hanya bersifat
sementara, dan jika tiba waktunya akan dihentikan seketika.
Rakyat maklum
semaklum-maklumnya, bahwa subsidi BBM plus prilaku korup telah membuat beban
anggaran negara menjadi berat, namun apakah pemerintah tidak punya cara lain
menguranginya selain dengan cara mencabut subsidi tersebut. Misalnya saja dengan melakukan pengetatan
anggaran dan peningkatan efisiensi, mencegah praktik korupsi, menelaah ulang
kebijakan tentang pengelolaan minyak dan gas bumi, berupaya agar minyak dan gas yang terkandung
dalam perut bumi pertiwi ini menjadi sesuatu yang mampu mensejahterakan rakyat.
Negeri ini dikenal
sebagai penghasil minyak , tetapi anehnya sepanjang tahun kita ribut soal
subsidi minyak. Di Senayan, terjadi perdebatan
sengit antara sesama anggota parlemen dan pemerintah, ada yang secara tulus
membela kepentingan rakyat dan ada pula yang memanfaatkan momen ini sebagai
pencitraan.
Diluar parlemen
mahasiswa berhadap-hadapan dengan pihak kemanan, mereka berteriak menolak
kenaikan harga BBM sambil menahan derasnya gas air mata yang ditembakan oleh
polisi, sementara dirumah dan dikampung
para orang tua mereka menunggu dengan denyut jantung yang semakin kencang, alhasil
waktu dan energi kita terbuang percuma sementara minyak yang menjadi kekayaan
negeri ini tetap saja menjadi sesuatu yang mahal bagi pemiliknya. Akhirulkalam
tulisan ini ditutup sambil mendendangkan lagu mendiang Franky.
Tanah Pertiwi, anugerah illahi
Jangan ambil sendiri
Jangan ambil sendiri
0 comments:
Post a Comment