Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Perahu Negeriku

Written By lungbisar.blogspot.com on Thursday, June 20, 2013 | 10:02 PM

Perahu negeri ku, perahu bangsa ku // Jangan retak dindingmu
Semangat rakyat ku derap kaki tekadmu // Jangan terantuk batu
Syair itu ditulis oleh Em Ha Ainun Najib  puluhan tahun silam, dan dipopulerkan oleh Franky Sahilatua dalam lagu berirama country.  Meskipun rentang waktu sudah terlalewati sedemikian jauh namun masih terasa relevan dengan situasi bangsa kita saat ini, terlebih-lebih saat pemerintah dan parlemen bersitegang urat leher, adu argumentasi soal apakah BBM perlu naik atau tidak ?
Pemerintah beranggapan bahwa subsidi BBM yang berlangsung selama ini merupakan sebuah kebijakan yang keliru, tidak tepat sasaran, dan menjadi penyebab beratnya beban anggaran negara, justeru karenanya subsidi BBM harus dikurangi secara bertahap dengan cara menaikan harga BBM. Sikap pemerintah ini didukung oleh Fraksi Partai Demokrat bersama anggota fraksi partai yang tergabung dalam setgab / Koalisi, sementara PDIP, PKS dan Gerindra menyatakan penolakannya.
Diluar parlemen, sejumlah mahasiswa dan beberapa elemen masyarakat berunjuk rasa menolak rencana pemerintah mencabut subsidi BBM. HMI misalnya dengan tegas menolak rencana pemerintah itu, karena berdampak pada naiknya harga kebutuhan bahan pokok dan menurunkan daya beli masyarakat.
Dua pendapat berbeda, dan dua pihak yang berbeda pendapat itu kini sedang berhadap-hadapan, masing-masing bertahan dengan pandangannya. Semuanya berbicara untuk dan atas nama rakyat semuanya mengaku sebagai pihak yang berjuang demi kepentingan rakyat.  Sementara dilain pihak rakyat menyaksikannya dengan penuh tanda tanya ,  kemanakah arah perjalanan bangsa ini dibawa oleh para elitenya ?
Naiknya harga BBM sudah pasti akan berdampak buruk pada nasib rakyat, tetapi meneruskan kekeliruan subsidi yang tak tepat  sasaran ini juga akan memperburuk nasib bangsa dalam jangka panjang. Subsidi BBM lebih banyak dinikmati oleh orang mampu dibanding kaum duafa.  
Namun mencabut subsidi bukan berarti tidak beresiko bagi rakyat kecil, naiknya harga BBM akan memicu kenaikan harga kebutuhan hidup sehari-hari, para kuli bangunan dan pekerja harian tentu akan merasakan langsung dampaknya. Bantuan langsung yang diberikan pemerintah dengan istilah yang dipelesetkan sebagai BALSEM itu hanya bersifat sementara, dan jika tiba waktunya akan dihentikan seketika.
Rakyat maklum semaklum-maklumnya, bahwa subsidi BBM plus prilaku korup telah membuat beban anggaran negara menjadi berat, namun apakah pemerintah tidak punya cara lain menguranginya selain dengan cara mencabut subsidi tersebut.  Misalnya saja dengan melakukan pengetatan anggaran dan peningkatan efisiensi, mencegah praktik korupsi, menelaah ulang kebijakan tentang pengelolaan minyak dan gas bumi,  berupaya agar minyak dan gas yang terkandung dalam perut bumi pertiwi ini menjadi sesuatu yang mampu mensejahterakan rakyat.
Negeri ini dikenal sebagai penghasil minyak , tetapi anehnya sepanjang tahun kita ribut soal subsidi minyak. Di Senayan,  terjadi perdebatan sengit antara sesama anggota parlemen dan pemerintah, ada yang secara tulus membela kepentingan rakyat dan ada pula yang memanfaatkan momen ini sebagai pencitraan.  
Diluar parlemen mahasiswa berhadap-hadapan dengan pihak kemanan, mereka berteriak menolak kenaikan harga BBM sambil menahan derasnya gas air mata yang ditembakan oleh polisi,  sementara dirumah dan dikampung para orang tua mereka menunggu dengan denyut jantung yang semakin kencang, alhasil waktu dan energi kita terbuang percuma sementara minyak yang menjadi kekayaan negeri ini tetap saja menjadi sesuatu yang mahal bagi pemiliknya. Akhirulkalam tulisan ini ditutup sambil mendendangkan lagu mendiang Franky.

Tanah Pertiwi, anugerah illahi
Jangan ambil sendiri 

0 comments: