Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Debat Panjang Dalam Koalisi

Written By lungbisar.blogspot.com on Thursday, June 20, 2013 | 9:53 PM

Berhari-hari sudah kita dijejali oleh berita retaknya perahu koalisi, taik kuping rakyat seperti menari-nari dibuatnya dan berita ini seakan menjadi higangan yang mau tidak mau harus disantap. Wajib hukumnya bagi mata dan telinga rakyat Indonesia untuk mendengar dan menyaksikan debat sengit antara SBY dan PD disatu sisi dengan PKS dilain pihak.
Para elite bangsa ini seakan menempatkan pembicaraan soal koalisi ini menjadi sesuatu yang harus didahulukan, yang lainnya meskipun lebih penting dari itu boleh dilupakan. Pembicaraan yang tidak berhubungan dengan cerita Koalisi harap disimpan rapat-rapat dalam almari besi dan diberi tujuh lapis gembok.  Yang  diperbincangan hanyalah soal  “apakah” PKS akan hengkang dari Koalisi, atau “apakah” SBY akan mendepak PKS dari Koalisi.
Pertanyaan tentang  “apakah” yang menyiratkan banyak makna dan jawabannya  inilah yang diurai sepanjang waktu, mulai dari matahari terbit diufuk Timur hinga terbit kembali esok paginya.  Meskipun tak menemui jawaban pasti , pertanyaan itu tetap saja digulirkan, dan kalaupun ada pihak yang berkesempatan memberikan jawaban maka isinya tetap saja ngambang, bahkan semakin menambah daftar “Apakah”.
Dengan logika sederhana, sebenarnya mudah saja bagi SBY untuk mendepak PKS. Selaku pimpinan Koalisi dia bisa saja mengucapkan “Selamat jalan PKS, perbedan sikap dan pandangan diantara kita sudah menganga sedemikian lebarnya, sudah tidak bisa dikatup lagi, maka saya putuskan untuk mengeluarkan kamu dari perahu ini”, urusannya selesai dan perdebatan ditutup.
Atau sebaliknya PKS tampil dengan ksatria bilang sama SBY, “Pak presiden, kita sudah tidak sepaham lagi soal harga BBM dan demi memperjuangkan nasib rakyat kami angkat kaki dari koalisi.
Tapi sayangnya, pihak-pihak yang berpolemi ini tidak satupun yang berani bersikap, baik SBY selaku pimpinan Koalisi maupun PKS sebagai anggotanya, keduanya saling menunggu pihak lawan membuat keputusan, dan dalam situasi menunggu inilah perut rakyat serasa mau muntah mual dibuatnya,  mual disebabkan oleh perangai para elite yang asik dengan pencitraan.

SBY sepertinya sengaja menunggu agar PKS  berinisiatif untuk mengatur langkah mundur , sehingga dia tidak dicitrakan seperti habis manis sepah dibuang, demikian juga dengan PKS, bersikap menuggu didepak oleh SBY agar bisa dicitrakan sebagai Partai yang terzolimi. Kedua-duanya bertahan dalam sebuah perahu retak yang bernama koalisi, dan ini sungguh sangat tidak menguntungkan rakyat. Karena diujung perdebatan panjang ini rakyat hanya menunggu keputusan tentang harga BBM yang sudah pasti akan naik.

0 comments: