Karena kami makan akar dan terigu menumpuk
digudangmu
Karena kami hidup berhimpitan dan ruangmu berlebihan
Maka kita bukan sekutu
Karena kami hidup berhimpitan dan ruangmu berlebihan
Maka kita bukan sekutu
Dan ketika
kau mengajak, kukepalkan tangan
dan kujawab
TIDAK
dan kujawab
TIDAK
Orang-orang yang tidak
menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu, menyebut dirinya atau disebut sebagai GOLPUT,
Golongan putih. Tak ada yang tau pasti dari mana asal istilah ini, mereka
ada ditengah kita dan meskipun tidak ada
yang mengorganisirnya tetapi keberadaan mereka tetap utuh dan jumlahnya semakin
bertambah disetiap pemilu.
Penguasa orde baru mengelompokan
golongan ini secara keliru, dianggap sebagai warga negara yang tidak sadar akan
hak dan kewajibannya, dituding ikut mencederai makna demokrasi , tidak
menghargai niat baik pemerintah yang sudah bersusah payah menyelenggarakan
pesta demokrasi dengan biaya yang amat mahal dan lain sebagainya.
Tetapi pihak Golput
punya alasan sendiri, tidak ikut pemilu juga merupakan hak dan pilihan, mereka
memilih haknya untuk tidak
memilih, dan tidak ada aturan yang dilanggar, serta tidak pula
ada UU yang mewajibkan rakyat untuk ikut dalam pemilihan umum.
Bermacam alasan orang
untuk tidak ikut memilih (Golput), tetapi secara sederhanya dapat disebutkan
bahwa Golongan ini merasa kecewa terhadap wakil rakyat yang dipilihnya pada
pemilu terdahulu, lalu pada pemilu berikutnya mereka mengambil sikap “daripada salah dalam menentukan pilihan maka
lebih baik tidak ikut pemilu,” atau
lebih ekstrimnya lagi “Tidak ada calon
yang pantas untuk dipilih.” Fenomena Golput ini juga muncul dalam skala yang lebih kecil pada pemilihan kepala
desa dipulau Jawa, sebagaimana yang kita
kenal dengan istilah kotak kosong.
Rabu kemarin, Presiden
dalam pidatonya di acara ulang tahun harian Rakyat Merdeka ke-14 di Hotel
Mulia, Senayan, mengajak rakyat untuk tidak Golput dalam pilpres 2014
mendatang.
"Jangan golput,
karena rakyat yang memegang kedaulatan. Kedaulatan bukan hanya milik elit
politik, milik insan pers, pengamat, tapi milik rakyat Indonesia,"
Dalam hal ajakan pak SBY ini, maka jawabnya tentu tergantung
pada calon presiden yang diajukan oleh Partai Politik dalam pilpres mendatang.
Jika rakyat menilai ada calon yang layak untuk dipilih, kenapa tidak, rakyat
pasti berbondong-bondong datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya, tetapi
jika sebaliknya, maka bukan tak mungkin rakyat akan memilih Golput, untuk apa bersusah payah datang ke
TPS, kalau tidak ada calon yang pantas untuk dipilih.
Memang, tidak ada calon
presiden yang bisa memuaskan seluruh rakyat Indonesia, tidak ada yang mampu
menciptakan kesejahteraan secara seketika langsung jadi seperti superman,
tetapi setidak-tidaknya parpol harus berpikir untuk mengajukan calon presiden yang
memiliki rekam jejak sebagai manusia Indonesia yang peduli akan nasib
rakyatnya.
Akhirulkalam tulisan
ini saya tutup dengan sebagian dari
sajak Rendra yang masih sempat
saya ingat.
Karena kami makan akar dan terigu menumpuk
digudangmu
Karena kami hidup berhimpitan dan ruangmu berlebihan
Maka kita bukan sekutu
Karena kami hidup berhimpitan dan ruangmu berlebihan
Maka kita bukan sekutu
Dan ketika
kau mengajak, kukepalkan tangan
dan kujawab
TIDAK
dan kujawab
TIDAK
0 comments:
Post a Comment