Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Golput

Written By lungbisar.blogspot.com on Thursday, June 20, 2013 | 10:07 PM

Karena kami makan akar dan terigu menumpuk digudangmu
Karena kami hidup berhimpitan dan ruangmu berlebihan
Maka kita bukan sekutu

Dan ketika  kau mengajak, kukepalkan tangan
dan kujawab
TIDAK

Orang-orang yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu, menyebut dirinya atau disebut sebagai GOLPUT, Golongan putih. Tak ada yang tau pasti dari mana asal istilah ini, mereka ada  ditengah kita dan meskipun tidak ada yang mengorganisirnya tetapi keberadaan mereka tetap utuh dan jumlahnya semakin bertambah disetiap pemilu.
Penguasa orde baru mengelompokan golongan ini secara keliru, dianggap sebagai warga negara yang tidak sadar akan hak dan kewajibannya, dituding ikut mencederai makna demokrasi , tidak menghargai niat baik pemerintah yang sudah bersusah payah menyelenggarakan pesta demokrasi dengan biaya yang amat mahal dan lain sebagainya.  
Tetapi pihak Golput punya alasan sendiri, tidak ikut pemilu juga merupakan hak dan pilihan, mereka memilih haknya untuk tidak  memilih, dan tidak ada aturan yang dilanggar, serta tidak pula ada UU yang mewajibkan rakyat untuk ikut dalam pemilihan umum.
Bermacam alasan orang untuk tidak ikut memilih (Golput), tetapi secara sederhanya dapat disebutkan bahwa Golongan ini merasa kecewa terhadap wakil rakyat yang dipilihnya pada pemilu terdahulu, lalu pada pemilu berikutnya mereka mengambil sikap  “daripada salah dalam menentukan pilihan maka lebih baik tidak ikut pemilu,”  atau lebih ekstrimnya  lagi “Tidak ada calon yang pantas untuk dipilih.”  Fenomena  Golput ini juga muncul  dalam skala yang lebih kecil pada pemilihan kepala desa dipulau Jawa, sebagaimana  yang kita kenal dengan istilah kotak kosong.
Rabu kemarin, Presiden dalam pidatonya di acara ulang tahun harian Rakyat Merdeka ke-14 di Hotel Mulia, Senayan, mengajak rakyat untuk tidak Golput dalam pilpres 2014 mendatang.
"Jangan golput, karena rakyat yang memegang kedaulatan. Kedaulatan bukan hanya milik elit politik, milik insan pers, pengamat, tapi milik rakyat Indonesia," 
Dalam hal ajakan  pak SBY ini, maka jawabnya tentu tergantung pada calon presiden yang diajukan oleh Partai Politik dalam pilpres mendatang. Jika rakyat menilai ada calon    yang layak untuk dipilih, kenapa tidak, rakyat pasti berbondong-bondong datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya, tetapi jika sebaliknya, maka bukan tak mungkin rakyat akan memilih  Golput, untuk apa bersusah payah datang ke TPS, kalau tidak ada calon yang pantas untuk dipilih.
Memang, tidak ada calon presiden yang bisa memuaskan seluruh rakyat Indonesia, tidak ada yang mampu menciptakan kesejahteraan secara seketika langsung jadi seperti superman, tetapi setidak-tidaknya parpol harus berpikir untuk mengajukan calon presiden yang memiliki rekam jejak sebagai manusia Indonesia yang peduli akan nasib rakyatnya.
Akhirulkalam tulisan ini saya tutup dengan sebagian dari  sajak Rendra  yang masih sempat saya ingat.
Karena kami makan akar dan terigu menumpuk digudangmu
Karena kami hidup berhimpitan dan ruangmu berlebihan
Maka kita bukan sekutu
Dan ketika  kau mengajak, kukepalkan tangan
dan kujawab
TIDAK

0 comments: